Mencari Data di Blog Ini :

Friday, July 29, 2011

Langkah-Langkah Menyambut Ramadhan (2 of 2)

b. Mengisi atau Menghiasi Diri


Setelah membersihkan rumah, apa langkah berikutnya guna menyambut Presiden RI dan Raja negara tetangga yang hendak bertamu ke rumah kita?


Langkah selanjutnya yaitu kita isi atau hiasi rumah supaya tampak indah dan menyenangkan. Kita bisa membeli hiasan dinding, perabotan baru atau apa pun yang dapat memperindah rumah.


Senada dengan konsep mengisi atau menghias rumah, dalam rangka menyongsong bulan suci Ramadhan, setelah membersihkan diri, hendaknya kita mengisi atau menghiasi diri dengan akhlak mulia dan berbagai ibadah/amal kebajikan. Konsep ini disebut tahalliy.


Begitu banyak ibadah yang bisa kita lakukan, salah satunya target mengkhatamkan Al-Qur’an minimal sekali (1x) dalam bulan Ramadhan. Bagaimana caranya?


Jumlah hari dalam bulan Ramadhan bisa 29 atau 30 hari. Jadi, bila dirata-rata kita harus membaca 1 juz setiap hari. Namun ternyata konsep ini menjadi berantakan karena kesibukan sekolah, kuliah, kerja, membuat kue, mengecat rumah, menjadi panitia penerima/penyalur zakat, persiapan mudik, kedatangan tamu bulanan bagi perempuan dan banyak lagi.


Tips praktis berikut ini bisa menjadi solusi:


1. Baca sebanyak mungkin selagi sempat. Biasanya di awal-awal Ramadhan semangat beribadah sangat tinggi, kesibukan pun tidak mengganggu.

2. Tiap hari harus membaca Al-Qur’an karena hal ini bagian dari konsistensi (istiqamah). Bila di akhir Ramadhan kesibukan meninggi, tetap harus membaca Al-Qur’an walau satu maqra’ (ruku’). Toh di hari-hari sebelumnya kita sudah membaca lebih banyak, sehingga target khatam Al-Qur’an insya Allah tetap tercapai.


Bagaimana bila usia kita sudah begitu tua (sepuh) sehingga tak sanggup mengkhatamkan Al-Qur’an selama bulan Ramadhan?

Bagaimanapun, kita tetap harus membaca Al-Qur’an setiap hari walau tak sampai khatam. Kalaupun tak bisa, maka kita buka saja setiap halaman Al-Qur’an. Kita pandangi ayat demi ayat dengan niat ibadah dan rasa bahagia. Mata kita beribadah dengan memandang ayat-ayat suci Al-Qur’an.


Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an. Itu kenapa membaca Al-Qur’an sangat digalakkan sebagai salah satu ibadah di bulan suci Ramadhan.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).
(QS al-Baqarah [2]: 185)


Selain tetap membaca ayat Al-Qur’an setiap hari semampunya, sebaiknya kita rutinkan juga membaca QS al-Ikhlâsh [112] tiga kali setiap hari, atau malah setiap habis shalat fardhu. Bukankah kandungan QS al-Ikhlâsh [112] sama dengan sepertiga Al-Qur’an?


قُلْ هُوَ الله أَحَدٌ، يعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ
Qul Huwallâhu Ahad (surah al-Ikhlash) sebanding dengan sepertiga Al Qur’an. (HR Muslim)
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّها لَتَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ


Demi Dzat yang jiwaku di dalam kekuasaan-Nya, sesungguhnya surah al-Ikhlash sebanding (dengan) sepertiga al-Qur’an. (HR Bukhari)


Bagaimana bila masih tidak sanggup, misalnya karena kita sedang sakit? Saat ini banyak kaset, VCD, DVD atau MP3 murattal Al-Qur’an. Kita putar saja lalu dengarkan dengan baik sampai 30 juz. Semoga Allah senantiasa menganugerahkan kesehatan kepada kita serta dapat menjumpai lagi Ramadhan di tahun-tahun mendatang. Semoga Allah senantiasa menolong kita untuk bisa beribadah dengan istiqamah. Amin.



Daftar Pustaka:


  • Maktabah Syamilah al-Ishdâr ats-Tsâlits


  • #Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#

    Friday, July 22, 2011

    Langkah-Langkah Menyambut Ramadhan (1 of 2)

    “Marhaban ya Ramadhan,” begitulah sambutan kita menyongsong kehadiran bulan suci Ramadhan. Mengapa bukan “Ahlan wa Sahlan ya Ramadhan”? Bukankah “Ahlan wa Sahlan” juga berarti “Selamat Datang”?

    Di buku “Wawasan Al-Qur’an – Tafsir Maudhu‘i atas Pelbagai Persoalan Umat”, M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa para ulama memang mengajarkan demikian.

    Ahlan terambil dari kata “ahl” yang berarti keluarga, sedangkan sahlan berasal dari kata “sahl” yang berarti mudah. “Sahl” juga berarti “dataran rendah” karena mudah dilalui, tidak seperti jalan mendaki. Ahlan wa sahlan, adalah ungkapan selamat datang, yang di celahnya terdapat kalimat tersirat yaitu, “(Anda berada di tengah) keluarga dan (melangkahkan kaki di) dataran rendah yang mudah.”

    Adapun marhaban terambil dari kata “rahb” yang berarti luas atau lapang. Dengan demikian marhaban menggambarkan bahwa tamu disambut dan diterima dengan lapang dada, penuh kegembiraan serta dipersiapkan baginya ruang yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya.


    “Marhaban ya Ramadhan” mengandung maksud bahwa kita menyambutnya dengan lapang dada, penuh kegembiraan, tidak dengan menggerutu apalagi menganggap kehadirannya mengganggu ketenangan atau suasana nyaman kita. Jika memang demikian adanya, langkah-langkah apa sajakah yang harus kita lakukan demi menyambut Ramadhan?


    a. Membersihkan Diri
    Jika kita diberitahu oleh protokoler kepresidenan bahwa sebulan lagi Presiden RI dan Raja negara tetangga akan mengunjungi rumah kita, apa yang akan kita lakukan?


    Langkah awal yang kemungkinan besar kita kerjakan adalah membersihkan rumah. Rumah kita sapu, pel bahkan dicat ulang. Semua perabotan pun dicuci tak bernoda. Harus kinclong! 


    Nah, jika menyambut Presiden dan Raja saja seperti itu, lantas apa yang harus kita lakukan dalam rangka menyambut Ramadhan, tamu agung yang dinanti-nanti? Bukankah kemuliaan Ramadhan tak tertandingi?


    Langkah pertama yaitu membersihkan diri (takhalliy). Drs. Syamsuri, MA—dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta—menjelaskan bahwa takhalliy berarti membersihkan diri dari “kotoran” lahir maupun “kotoran” hati.


    “Kotoran” lahir misalnya mencuri, mabuk, penyalahgunaan narkoba, membunuh dan sejenisnya. Adapun “kotoran” atau penyakit hati meliputi sombong, kikir, riya’, dengki, menggunjing, berdusta dan sebagainya.

    Hati juga harus dibersihkan dari keterikatan kepada dunia. Adapun definisi dunia, dijelaskan oleh ulama sebagai berikut:
    كُلُّ شَيْئٍ لاَ نَفْعَ فِيْهِ لِـْلآخِرَةِ
    Segala sesuatu yang tidak ada manfaatnya untuk akhirat.

    Lalu, kapan persiapan menyambut Ramadhan dimulai? Ulama memberi nasihat agar kita mempersiapkannya minimal sejak bulan Rajab karena bulan Rajab termasuk salah satu bulan haram (bulan mulia).

    Bahkan, Ustadz Sigit Pranowo, Lc, al-Hafizh—pengasuh rubrik ”Ustadz Menjawab” di Eramuslim—menerangkan bahwa setengah tahun sebelum kedatangan ramadhan, para ulama salaf senantiasa berdoa kepada Allah agar dipertemukan dengan bulan mulia tersebut dan setengah tahun setelahnya berdoa agar berbagai ibadah mereka di bulan mulia itu diterima oleh-Nya.

    اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
    Ya Allah, berilah kami keberkahan di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan, amin.

    Daftar Pustaka:
    • Moch. Djamaluddin Achmad, KH., “Jalan Menuju Alloh – Ath-Thorîqah Ilâ Allâh”, Pustaka Al-Muhibbin, Edisi Perdana: Syawal 1427H/Nopember 2006M


  • M. Quraish Shihab, Dr, “Wawasan Al-Qur’an – Tafsir Maudhu‘i atas Pelbagai Persoalan Umat”, Penerbit Mizan, Cetakan XIX: Muharram 1428H/ Februari 2007


  • http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/doa-memasuki-bulan-rajab.htm, “Doa Memasuki Bulan Rajab”


  • http://imamsutrisno.blogspot.com/2007/08/puasa-secara-takhalli-tahalli-dan.html, “Puasa Secara Takhalli, Tahalli dan Tajalli”


  • Tulisan ini berlanjut ke: Langkah-Langkah Menyambut Ramadhan (2 of 2)
    #Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#

    Friday, July 15, 2011

    Kita Sebenarnya Bisa Khusyu’ Tapi Enggan (7 of 7)

    Shalat bukanlah sekadar gerakan ritual manusia itu sendiri, yang terpisah dari alam semesta. Sesungguhnya ia mengikuti thawaf alam semesta yang setiap detiknya bertasbih memuji Allah Yang Maha Esa (Al-Ahad). Saat itulah, manusia melakukan shalat bersama dengan bumi, bulan dan matahari. Dan ketika manusia melakukannya dengan serasi dan tepat waktu, dimana saat itulah sebenarnya semua partikel dan zat menyucikan Sang Maha Tinggi (Al-‘Aliyy), maka terciptalah sebuah keseimbangan harmonis, seperti keteraturan alam semesta yang begitu sempurna.

    Tidakkah kamu mengetahui bahwasanya Allah, bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) shalat dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS an-Nûr [24]: 41)

    Shalat adalah sebuah garis orbit yang harus kita ikuti alurnya. Kewajiban untuk berputar 17 kali dalam sehari semalam mengitari pusat orbit atau melakukan 17 rakaat dalam shalat lima waktu setiap harinya. Mari kita pelajari gerakan-gerakan fisik kita dalam ibadah shalat. Dalam satu rakaat terdapat gerakan yang membentuk satu putaran (360o). Ini sama seperti satu putaran thawaf. Gerakan pembentuk satu putaran adalah:
    • Berdiri = 0 derajat
    • Ruku‘ = 90 derajat
    • Sujud = 135 derajat (diukur dari posisi berdiri)
    Satu rakaat dua kali sujud berarti 270 derajat.

    Dengan demikian, dalam satu rakaat kita telah melakukan putaran sebesar:
    0 + 90 + 270 = 360 derajat (satu putaran thawaf). Subhânallâh

    Berikutnya coba kita lihat shalat dari sudut pandang kesehatan. Sekali lagi, dengan mengetahui hikmah dan rahasia shalat dari berbagai sudut pandang dan disiplin ilmu, insya Allah akan menguatkan niat dan tekad kita untuk bisa khusyu’ dalam shalat. Semoga Allah menolong kita untuk bisa melaksanakannya, amin.

    Di buku “Mukjizat Gerakan Shalat untuk Pencegahan dan Perawatan Kesehatan”, Drs. Madyo Wratsongko, MM mengungkapkan bahwa gerakan shalat dapat melenturkan urat saraf dan mengaktifkan sistem keringat dan pemanas tubuh. Selain itu juga membuka pintu oksigen ke otak, mengeluarkan muatan listrik negatif dari tubuh, membiasakan pembuluh darah halus di otak mendapat tekanan tinggi, serta membuka pembuluh darah di bagian dalam tubuh (arteri jantung).

    Kita dapat menganalisis sabda Rasulullah saw., “Jika engkau berdiri untuk melaksanakan shalat, maka bertakbirlah.” Saat takbir, Rasulullah mengangkat kedua tangannya ke atas hingga sejajar dengan bahu-bahunya (HR Bukhari dari Abdullah bin Umar). Takbir ini juga dilakukan ketika hendak rukuk, dan ketika bangkit dari rukuk.

    Apa maknanya? Pada saat kita mengangkat tangan sejajar bahu, maka otomatis kita membuka dada, memberikan aliran darah dari pembuluh balik yang terdapat di lengan untuk dialirkan ke bagian otak pengatur keseimbangan tubuh, membuka mata dan telinga kita, sehingga keseimbangan tubuh terjaga.

    “Rukuklah dengan tenang (thuma’ninah).” Ketika rukuk, Rasulullah meletakkan kedua telapak tangan di atas lutut (HR Bukhari dari Sa‘ad bin Abi Waqqash). Apa maknanya? Rukuk yang dilakukan dengan tenang dan maksimal, dapat merawat kelenturan tulang belakang yang berisi sumsum tulang belakang (sebagai saraf sentral manusia) beserta aliran darahnya. Rukuk pun dapat memelihara kelenturan tuas sistem keringat yang terdapat di pungggung, pinggang, paha dan betis belakang. Demikian pula tulang leher, tengkuk dan saluran saraf memori dapat terjaga kelenturannya dengan rukuk. Kelenturan saraf memori dapat dijaga dengan mengangkat kepala secara maksimal dengan mata mengharap ke tempat sujud.

    “Lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak.”

    Apa maknanya? Saat berdiri dari dengan mengangkat tangan, darah dari kepala akan turun ke bawah, sehingga bagian pangkal otak yang mengatur keseimbangan berkurang tekanan darahnya. Hal ini dapat menjaga saraf keseimbangan tubuh dan berguna mencegah pingsan secara tiba-tiba.

    Selepas itu, sujudlah dengan tenang.”

    Apa maknanya? Bila dilakukan dengan benar dan lama, sujud dapat memaksimalkan aliran darah dan oksigen ke otak atau kepala, termasuk pula ke mata, telinga, leher, dan pundak, serta hati. Cara seperti ini efektif untuk membongkar sumbatan pembuluh darah di jantung, sehingga resiko terkena jantung koroner dapat diminimalisasi.

    “Kemudian bangunlah hingga engkau duduk dengan tenang.”

    Apa maknanya? Cara duduk di antara dua sujud dapat menyeimbangkan sistem elektrik serta saraf keseimbangan tubuh kita. Bisa juga menjaga kelenturan saraf di bagian paha dalam, cekungan lutut, cekungan betis, sampai jari-jari kaki. Subhânallâh!

    Terakhir, marilah kita pelajari bagaimana para sahabat melihat Rasulullah shalat. Walaupun belum bisa kita lakukan, setidaknya menjadi ilmu terlebih dahulu, kemudian kita amalkan satu per satu.

    Ketika Rasulullah mengucap Allâhu Akbar, terdengar suara beliau muncul dari kedalaman hati. Kemudian beliau meletakkan kedua tangannya. Saat seperti itu, Allah adalah Dzat Yang Maha Agung dari segala sesuatu. Karena Allah Maha Besar, maka seorang hamba seperti beliau hanya sanggup berdiri khusyu’, tunduk dan rendah di hadapan Yang Maha Tunggal.

    Abu Daud meriwayatkan bahwa Abdullah bin Sukhair berkata, “Suatu ketika aku pernah menemui Rasulullah. Saat itu beliau sedang shalat. Aku melihat dada Rasulullah bergemuruh seperti getaran tangis.”

    Dalam hadits lain yang diriwayatkan Muslim disebutkan bahwa Hudzaifah berkata,

    “Suatu ketika Rasulullah mengerjakan shalat malam setelah Isya’. Kemudian aku bergabung dengan beliau melaksanakan shalat. Beliau membuka shalat dengan bacaan surah al-Baqarah. Pada ayat ke seratus, beliau melakukan sujud. Kemudian Rasulullah mengkhatamkannya. Kemudian membaca surah Âli ‘Imran hingga khatam. Kemudian membaca surah an-Nisâ’ hingga khatam.

    Beliau tidak pernah melewati ayat rahmah tanpa memanjatkan permohonan kepada Allah. Demikian pula tidak melewati ayat azab tanpa memohon perlindungan kepada Allah. Sama halnya ketika beliau membaca ayat tasbih, maka beliau pun mengucapkan tasbih kepada Allah. Kemudian beliau ruku‘. Waktu yang digunakan untuk ruku‘ tidak jauh berbeda dengan saat beliau berdiri.

    Kemudian beliau bangkit dari ruku‘ (i‘tidal). Bangkit dari ruku‘ ini pun tidak jauh beda lamanya dengan saat beliau ruku‘. Kemudian beliau sujud. Lama waktu bersujud hampir sama dengan lamanya waktu ruku‘ dan berdiri dari ruku‘.

    Adapun rakaat kedua, beliau kerjakan hampir sama dengan rakaat pertama.”

    Supaya dalam bimbingan-Nya selalu, marilah kita bersama-sama berdoa kepada Allah:
    اللَّهُمَّ أَعِـنَّا عَلىٰ ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِـبَادَتِكَ
    Ya Allah, tolonglah kami dalam mengingat-Mu, bersyukur untuk-Mu dan beribadah dengan baik kepada-Mu, amin.

    Daftar Pustaka:
    • Ary Ginanjar Agustian, “ESQ POWER – Sebuah Inner Journey Melalui Al-Ihsan”, Penerbit Arga, Cetakan Kesembilan: Mei 2006
    • _______, “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual – ESQ (Emotional Spiritual Quotient)”, Penerbit Arga, Cetakan Kedua puluh sembilan: September 2006
    • Mohammad Sholeh, Prof, “Pelatihan Sholat Khusyuk”, Makalah, April 2006
    Tulisan ini lanjutan dari : Kita Sebenarnya Bisa Khusyu’ Tapi Enggan (6 of 7)

    #Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#

    Friday, July 8, 2011

    Kita Sebenarnya Bisa Khusyu’ Tapi Enggan (6 of 7)

    5. Membaca Ayat Suci Al-Qur’an

    • Ayat Al-Qur’an adalah ungkapan yang paling haq (benar), penuh hikmah dan paling sempurna. Oleh karena itu menjadi media paling pas untuk mendekatkan diri kepada Allah dalam menghadap-Nya.
    • Ayat Al-Qur’an hakikatnya surat cinta kasih Allah kepada para hamba-Nya.
    6. Bertasbih dan Beristighfar dalam Ruku‘ dan Sujud
    • Menyucikan Allah Yang Maha Agung, Maha Tinggi, lagi Maha Penentu.
    • Menyadarkan diri dari kehinaan dan ketidakberdayaan hamba.
    • Mohon ampunan dari segala kesalahan dan dosa, disertai segenap ketulusan jiwa dan kelembutan hati.
    • Mengulangi bacaan tiga kali karena ucapan sekali biasanya lemah pengaruhnya.
    7. Bacaan I‘tidal
    • Ikrar bahwa Allah Maha Mendengar akan segala pujian hamba-Nya, doa maupun munajatnya.
    • Menyeru kepada Allah dan memuji-Nya.
    • Percaya akan kehadiran Allah, bahwa Allah juga menghadap orang shalat, sesuai sabda Nabi saw.:
    إِنَّ اللهَ عَزَّوَجَلَّ مُقْبِلٌ عَلَى الْمُصَلِّي مَا لَمْ يَلْتَفِتْ
    Sesungguhnya Allah senantiasa menghadap kepada orang yang shalat selama dia tidak berpaling. (HR Abu Daud, Hakim dan Nasa’i)

    8. Bacaan Duduk di antara Dua Sujud
    • Mohon ampunan dan rahmat-Nya.
    • Mohon dicukupkan dan mohon kemurahan-Nya.
    • Mohon derajat yang tinggi.
    • Mohon diberi rezeki.
    • Mohon petunjuk-Nya.
    • Mohon kesehatan dan ampunan.
    9. Bacaan Tasyahud
    • Pengakuan bahwa penghormatan yang penuh berkah dan kesejahteraan yang sempurna hanya milik Allah SWT.
    • Menghadirkan Nabi untuk menyampaikan doa keselamatan, rahmat dan barakah untuk beliau.
    • Menghadirkan umat dan semua hamba Allah yang shaleh agar mendapatkan keselamatan.

    • Memohon kepada Allah dengan disertai usaha yang sungguh-sungguh agar bisa menjadi hamba yang shaleh. Sebuah kebahagiaan yang tak terkira bila kita didoakan oleh setiap muslim dalam setiap shalat, bukan hanya shalat wajib, tapi juga shalat-shalat nawafil (sunnah).

    • Menegaskan kembali aqidah tauhid, yakni kesaksian akan kekuasaan serta ketuhanan Allah, yang berhak disembah.
    • Pengakuan kembali tentang kerasulan Nabi Muhammad saw., yang telah membimbing kita menuju jalan yang diridhai Allah.
    10. Bacaan Shalawat
    • Memohon kesejahteraan untuk Nabi Muhammad saw. dan seluruh keluarganya, sebagaimana telah diberikan kepada para Nabi terdahulu.
    • Pengakuan akan kesatuan misi para nabi dan rasul.
    11. Ucapan Salam
    • Mengingat kembali misi pembawa rahmat dan barakah di manapun dan kapanpun.
    Berkenaan dengan tujuan dan hakikat shalat, Ary Ginanjar Agustian menjelaskan tentang shalat dari sudut pandang ESQ (Emotional Spiritual Quotient). Dengan mempelajari shalat dari berbagai sudut pandang, maka ilmu kita akan lengkap seperti lingkaran dengan sudutnya 360o, tidak parsial (hanya dari satu sudut pandang). Dengan demikian upaya untuk memahami dan menghayati shalat akan lebih sempurna sehingga mempermudah kita untuk mencapai khusyu’.

    Fungsi shalat dalam ESQ adalah sebagai mekanisme untuk mengingat sifat-sifat mulia yang dimiliki oleh Sang Pencipta jiwa manusia. Ketika shalat, manusia diminta untuk melafazhkan sifat-sifat agung yang dimiliki-Nya dengan sepenuh jiwa, serta memuji asma-Nya secara berulang-ulang. Pemilik sifat-sifat yang terindah, Allah ‘Azza wa Jalla, adalah pemilik seluruh Asmaul Husna, yang terangkai dengan penuh kesempurnaan dalam satu ibadah shalat.

    Ketika shalat, manusia memasuki gelombang 40 Hz, menyatu dengan alam semesta, bersama bintang-bintang, matahari, rembulan dan alam bersujud dan bersimpuh di haribaan Allah SWT. Manusia tidak shalat sendirian. Ia turut pada kehendak alam yang sedang bertasbih memuji kekuatan Yang Maha Perkasa. Matahari memancarkan cahayanya, bertasbih kepada An-Nûr, Sang Maha Cahaya. Ia sujud dan tunduk kepada Ar-Rahmân untuk mengasihi umat manusia.
    وَيُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ

    Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah. (QS ar-Ra‘d [13]: 13)


    Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (QS al-Isrâ’ [17]: 44)

    Bintang-bintang bertaburan di langit menghiasi malam yang begitu indah bak gemerlap hamparan mutiara; menciptakan keindahan tak terperi, keindahan yang penuh keagungan dan tak terjangkau ketinggiannya. Bintang gemintang bersujud dan bersimpuh di Keagungan Yang Maha Indah, bercermin dan menyifati nilai-nilai keindahan-Nya. Bintang-bintang itu bagai kompas, yang memberi petunjuk pada nelayan di tengah samudera agar tidak kehilangan arah pulang ke rumah. Bintang bersujud kepada Yang Maha Pemberi Petunjuk (Al-Hâdiy).

    Rembulan memberikan cahaya yang lembut di malam hari, cahaya indah dan tak menyilaukan mata. Cahaya yang memberikan rasa damai di hati setiap manusia yang memandangnya. Rembulan bertasbih kepada Al-Lathîf, berguru pada kelembutan Sang Maha Pemilik Kelembutan.

    Bumi dengan kokoh dan tangguh menopang serta menahan segala apa yang menjejak di permukaannya. Ia menopang semua tetumbuhan. Ia menahan ketinggian gunung-gunung dan gedung-gedung tinggi pencakar langit. Ia ber-taqarrub pada Sifat Maha Penahan/Pengendali milik Al-Qâbidh. Bumi berputar pada porosnya, berotasi pada sumbunya. Gerakan ini merupakan cara bumi untuk selalu bertasbih kepada Allah. Inilah thawaf bumi pada pusatnya.

    Sebagai sesama hamba Allah yang hidup di alam semesta raya, yang kedua kakinya begitu tak berdaya menjejak bumi, sudah sepatutnya manusia mengikuti irama alam semesta. Diciptakan sebagai makhluk yang sempurna sebagai khalifah di bumi ini, adalah karunia yang tiada tara yang harus disyukuri lewat aktivitas shalat. Aktivitas yang mengajak manusia untuk menuju dimensi murni yang begitu suci, menuju ke hadirat Allah.

    Daftar Pustaka:
    • Ary Ginanjar Agustian, “ESQ POWER – Sebuah Inner Journey Melalui Al-Ihsan”, Penerbit Arga, Cetakan Kesembilan: Mei 2006
    • _______, “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual – ESQ (Emotional Spiritual Quotient)”, Penerbit Arga, Cetakan Kedua puluh sembilan: September 2006
    • Mohammad Sholeh, Prof, “Pelatihan Sholat Khusyuk”, Makalah, April 2006
    Tulisan ini lanjutan dari : Kita Sebenarnya Bisa Khusyu’ Tapi Enggan (5 of 7)
    Tulisan ini berlanjut ke : Kita Sebenarnya Bisa Khusyu’ Tapi Enggan (7 of 7)

    #Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#

    Friday, July 1, 2011

    Kita Sebenarnya Bisa Khusyu’ Tapi Enggan (5 of 7)

    Selain pemahaman akan makna gerakan shalat, kita juga harus mengetahui makna bacaan shalat supaya kita tidak sekadar membaca, tapi juga memahami dan menghayatinya. Sebuah syair mengingatkan kita agar memahami bacaan shalat:


    فَكَمْ مِنْ مُصَلٍّ مَالَهُ مِنْ صَلاَتِهِ * سِوَى رُؤْيَةِ الْمِحْرَابِ وَالْخَفْضِ وَالرَّفْعِ
    تَرَاهُ عَلَى سُطْحِ الْحَصِيْرَةِ قَائِمًا * وَهِـمَّتُهُ فىِ السُّوْقِ فىِ اْلأَخْذِ وَالدَّفْعِ


    Banyak orang shalat namun tak ada baginya dari shalatnya
    Kecuali hanya melihat mihrab, turun dan bangkit

    Engkau melihat dia berada di atas tikar dalam keadaan berdiri (shalat)
    Namun hatinya tertuju pada perniagaannya di pasar

    1. Niat
    • Bertekad untuk memenuhi perintah Allah dengan shalat, menyempurnakan dan mengikhlaskan semuanya semata-mata untuk mencari ridha-Nya.

    • Mengakui bahwa bemunajat kepada Allah merupakan aktivitas yang sangat agung.

    • Saat itu, hendaknya kening berkeringat karena rasa malu, tubuh bergetar karena rasa takut dan wajah memucat karena rasa gentar.

    • Niat harus kuat, karena niat yang kuat akan memerintahkan otak kita untuk melaksanakan shalat dengan penuh kesungguhan. Dengan demikian seluruh anggota tubuh dan pikiran akan tunduk dan khusyu’.

      Apakah memang niat sedemikian penting? Ya. Selain penjelasan dari hadits Nabi saw. bahwa segala amal tergantung niatnya, dari sudut pandang medis hal itu benar adanya. Penulis pernah mendapatkan informasi dari sebuah acara di radio tentang fungsi niat dalam ibadah puasa dari sisi medis. Walaupun ini tentang puasa, namun hakikatnya bisa diimplementasikan untuk ibadah lainnya.

      Kalau kita tidak berniat melakukan puasa esok hari, maka otak akan memerintahkan lambung memproduksi asam lambung seperti biasa. Jadi, ketika diketahui isi lambung kosong, maka kita akan merasa sakit, karena asam lambung berlebih. Namun, jika malam sebelumnya kita sudah berniat untuk puasa, maka otak akan memberi perintah pada lambung untuk menghasilkan asam lambung sedikit saja, karena lambung akan kosong disebabkan kita berpuasa. Dengan demikian puasa tidak menyebabkan kita sakit perut (maag). Subhânallâh.
    2. Takbirahul Ihram
    • Ikrar yang tulus bahwa hanya Allah Yang Maha Agung dan Maha Besar. Apa pun selain-Nya adalah kecil dan harus dibuat kecil.

    • Meninggalkan untuk beberapa saat segala bentuk kesibukan dunia, hanya untuk beraudiensi dengan Allah

    • Mulai memasuki “haram Allah” yaitu kawasan eksklusif di hadapan Allah langsung tanpa perantara. Karenanya, mulai saat ini tidak boleh ada ucapan selain tuntutan ucapan shalat.
    3. Doa Iftitah
    • Mengagungkan Allah, memuji dan bertasbih untuk-Nya (menyucikan-Nya dari segala sifat kekurangan).

    • Berikrar menghadapkan jiwa, raga, pikiran dan perasaan dengan sungguh-sungguh dan tulus kepada Allah, pencipta langit dan bumi, secara konsisten, pasrah dan pantang menyekutukan-Nya.

    • Ketika kita mengucapkan hanîfan muslimâ (berlaku lurus sebagai seorang muslim), hendaklah terdetik di dalam hati kita bahwa seorang muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari lidah dan tangannya. Jika kenyataannya kita tidak seperti itu, maka kita termasuk pendusta. Bertekadlah untuk berlaku seperti itu di masa yang akan datang.

    • Berikrar bahwa shalat, ibadah, hidup dan mati kita hanya karena Allah dan untuk mencari ridha Allah, Tuhan Alam Semesta, serta hanya mengikuti tuntunan-Nya.

    • Berikrar bahwa tidak ada sekutu bagi-Nya, hanya untuk itu diperintah, dan kita ini adalah hamba-Nya yang pasrah dan berserah diri.
    4. Membaca Al-Fatihah
    • Miniatur (induk atau ibu) Al-Qur’an dan doa yang lengkap, yang mencakup aqidah, syariah dan akhlak.

    • Memahami bahwa segala perkara adalah dengan ijin Allah.

    • Mengajarkan bagaimana memuji-Nya, mengesakan-Nya sebagai satu-satunya Tuhan Yang Haq, Pencipta dan Pemelihara alam semesta.

    • Merasa bahagia karena Allah Yang Maha Mulia (Al-Karîm) menyebut kita dalam kemuliaan dan keagungan-Nya, sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits qudsi:
    قَسَمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ نِصْفُهَا لِي وَنِصْفُهَا لِعَبْدِي مَا سَأَلَ يَقُوْلُ الْعَبْدُ أَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ فَيَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ حَمِدَنِي عَبْدِي

    Aku membagi shalat antara Aku dan hamba-Ku mejadi dua bagian. Setengahnya untuk-Ku dan setengah lagi untuk hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang ia pinta. Hamba berucap, “Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam,” maka Allah menjawab, “Hamba-Ku memuji-Ku.” (HR Muslim)

    • Merasakan kelembutan-Nya, karena Allah Maha Pemurah dan Maha Penyayang.

    • Menimbulkan rasa takut akan siksa-Nya dan tidak mendapat surga-Nya karena Allah adalah Raja dan Penguasa hari pembalasan (hari Kiamat).

    • Memperbaharui keikhlasan, rasa lemah dan ketergantungan kepada Allah. Melepaskan perasaan kuat dan yakin bahwa amal-amal ketaatan terasa mudah berkat pertolongan-Nya.

    • Mohon dibimbing menuju ridha-Nya, ke jalan kebahagiaan yang hakiki, jalan para Nabi, para shiddiqin (orang-orang yang benar), syuhada’ dan shalihin.

    • Mohon dijauhkan dari jalan orang-orang yang dimurkai dan jalan kesesatan.

    Daftar Pustaka:
    • Mohammad Sholeh, Prof, “Pelatihan Sholat Khusyuk”, Makalah, April 2006
    • Muhammad Ihya’ Ulumiddin, Kyai, “Tuntunan Sholat Menurut Riwayat Hadist”, Yayasan Al-Haromain Surabaya, Cetakan Pertama: Muharram 1412 H
    Tulisan ini lanjutan dari : Kita Sebenarnya Bisa Khusyu’ Tapi Enggan (4 of 7)
    Tulisan ini berlanjut ke : Kita Sebenarnya Bisa Khusyu’ Tapi Enggan (6 of 7)


    #Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#