Mencari Data di Blog Ini :

Friday, February 25, 2011

Kala Semangat Ibadah Menurun (2 of 2)

3. Bila kita mimpi bertemu Rasulullah saw.


مَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَخَيَّلُ بِي
Barang siapa melihatku dalam mimpi, maka dia benar-benar telah melihatku. Sesungguhnya setan tidak dapat menjelma sepertiku. (HR Bukhari dan Muslim. Adapun lafazh hadits menurut riwayat Imam Bukhari)

Bagaimana bila kita mimpi bertemu Rasulullah saw. dan beliau bertanya tentang keseharian kita? Apa yang akan kita katakan?

Tidakkah kita malu bila kondisi kita malas beribadah?
Tidakkah kita malu jika keadaan kita jauh sekali dari yang beliau harapkan?
Tidakkah kita malu kalau mushaf Al-Qur’an di rumah kita hanya sebagai pajangan?
Tidakkah kita malu jikalau hari demi hari kita lalui tanpa aktivitas berarti?
Tidakkah kita malu?!


4. Berkumpul dengan orang-orang yang punya semangat ibadah tinggi

Ketika baterei melemah, sudah semestinya di-charge. Kita butuh energi untuk menguatkan kondisi keimanan diri, salah satunya berkumpul dengan orang-orang yang memiliki semangat ibadah tinggi.

Tidaklah mengherankan saat berada di masjid kita jadi alim.
Tidaklah mengagetkan jika di pesantren para santri tekun shalat berjamaah.
Tidaklah aneh waktu di ruang kelas siswa-siswi rajin belajar.
Tidaklah memukau saat di sasana seluruh atlet giat berlatih.
Tidaklah mengagumkan kala di padepokan silat semua calon pendekar senantiasa mengolah jurus.

Berkaca pada kejadian nyata, maka berada di tengah-tengah orang/perkumpulan yang semangat ibadahnya tinggi akan mengembalikan energi kita dalam mengabdi kepada Allah.

Berada di tengah-tengah orang/perkumpulan yang semangat ibadahnya tinggi akan membuat kita tahu bahwa ibadah kita masih jauh dari harapan.

Berada di tengah-tengah orang/perkumpulan yang semangat ibadahnya tinggi akan menjadikan diri kita memiliki rasa malu karena ibadah yang tak seberapa.

Berada di tengah-tengah orang/perkumpulan yang semangat ibadahnya tinggi dapat menjadi pelecut semangat, penguat asa dan penjaga stabilitas jiwa dalam beribadah.
الرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Seseorang mengikuti agama kawannya. Karena itu, lihatlah olehmu siapakah yang menjadi kawannya. (HR Abu Daud dan Tirmidzi)

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِخِيَارِكُمْ قَالُوْا بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ الَّذِيْنَ إِذَا رُءُوْا ذُكِرَ اللهُ تَعَالَىَ


Maukah kalian kukabari tentang orang-orang pilihan (terbaik)? Sahabat menjawab, “Tentu, ya Rasulullah.” Beliau lalu berkata, “Yaitu orang-orang yang jika dilihat, diingat (pula) Allah Ta‘âla.” (HR Ahmad. Imam al-Haitsami juga mencantumkannya di “Majma‘ az-Zawâid”)

5. Semua kegiatan diniati ibadah


Rumus sederhana saat semangat ibadah tinggi adalah, “Selain mengerjakan ibadah wajib & amalan sunnah yang istiqamah kita lakukan, sapu (lakukan) semua amal ibadah sunnah yang bisa atau sempat kita kerjakan.”

Adapun ketika semangat ibadah turun yaitu, ”Kerjakan ibadah wajib & amalan sunnah yang istiqamah kita lakukan (menjadi andalan). Misal kita senantiasa shalat Dhuha 2 rakaat setiap hari. Di kondisi apa pun, jangan sampai amalan ini kita tinggalkan.”
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُِئلَ: أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ


Bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya, “Amal apakah yang paling disukai Allah?” Jawab beliau, “Yang paling mudawamah (terus-menerus atau istiqamah) sekalipun sedikit.” (HR Muslim)

Janganlah juga kita lupakan bahwa setiap kegiatan bisa bernilai ibadah, tergantung niat kita. Oleh karena itu, sertakan niat ibadah dalam keseharian.

Bekerja diniati ibadah untuk memberi nafkah keluarga, membeli pakaian untuk shalat, melaksanakan zakat, menunaikan haji dan sebagainya.

Sekolah, kuliah, kursus atau training diniati ibadah guna menuntut ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan pribadi dan orang lain.
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Manusia terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. (HR al-Qudha‘i – hadits hasan)

أَحَبُّ النَّاسِ إِلىَ اللهِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat. (HR Thabrani – hadits hasan lighayrih)

Banyak hal, bahkan yang bersifat mubah berubah menjadi ibadah bila disertai niat karena Allah.

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Sesungguhnya setiap amal tergantung niat dan Sesungguhnya bagi setiap orang apa yang telah menjadi niatnya. (Muttafaq ‘alayh)

Di kitab Tawdhîhul Ahkâm–syarah Bulughul Maram, Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al-Bassam menerangkan bahwa hadits tentang niat inilah yang menjadi landasan salah satu kaidah fiqh, “Setiap urusan/perkara tergantung maksud/niatnya.”
القاعدة الأولى من القواعد الكبرى: الأمور بمقاصدها
دليلها: قوله صلى الله عليه وسلم: إنما الأعمال بالنيات

Ke-5 tips praktis yang dikemukakan di artikel ini berdasarkan ilmu dan pengalaman penulis. Setiap kita bisa menambahkan tips-tips praktis lainnya, yang mungkin lebih sesuai dan tepat untuk pribadi masing-masing.

Semoga Allah senantiasa menolong dan memberi hidayah kepada kita sehingga kita selalu dalam keadaan berbakti kepada-Nya, amin.



Daftar Pustaka:
  • Abdullah bin Abdurrahman al-Bassam, asy-Syaikh, “Tawdhîhul Ahkâm min Bulûghil Marâm”

  • Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi, asy-Syaikh, “Riyâdhush Shâlihîn”

  • ‘Aidh al-Qarni, Dr, “Sentuhan Spiritual ‘Aidh al-Qarni (Al-Misk wal-‘Anbar fi Khuthabil-Mimbar)”, Penerbit Al Qalam, Cetakan Pertama : Jumadil Akhir 1427 H/Juli 2006

  • Maktabah Syamilah al-Ishdâr ats-Tsâlits

  • Salim Bahreisy, “Tarjamah Riadhus Shalihin I dan II (karya Syaikh Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi)”, PT Alma‘arif

Tulisan ini lanjutan dari : Kala Semangat Ibadah Menurun (1 of 2)
#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#

Friday, February 18, 2011

Kala Semangat Ibadah Menurun (1 of 2)

Dalam hidup ini setiap hal berpasang-pasangan.

Ada pagi, ada senja.
Ada utara, ada selatan.
Ada suami, ada istri.
Ada bahagia, ada nestapa.
Ada steker, ada stop kontak.
Ada roda, ada velg.
Ada aksi, ada reaksi.
Ada fi‘il, ada fâ‘il.
Ada naik, ada turun.

Penulis yakin kita bisa menambah daftar pasangan tersebut hingga berpuluh-puluh baris. Mengapa semua hal berpasangan? Prof. M. Quraish Shihab menguraikan bahwa diciptakannya segala sesuatu berpasang-pasangan, tujuan akhirnya untuk menunjukkan kepada kita bahwa hanya Allah Yang Maha Esa, tak butuh pasangan. Allah-lah Al-Ahad. Pemahaman ini untuk menguatkan tauhid kita.

Dengan kesadaran ini seharusnya setiap peristiwa membuat kita senantiasa ingat kepada Allah Al-Ahad.

Dengan kesadaran ini seharusnya kita berusaha sekuat-kuatnya mendekatkan diri kepada-Nya.

Dengan kesadaran ini seharusnya kita konsisten dan persisten dalam mengabdikan diri kepada-Nya.

Dengan kesadaran ini seharusnya kita selalu merasakan bahwa Allah mengetahui segenap gerak-gerik kita.

Dengan kesadaran ini seharusnya semangat ibadah kita tak boleh menurun.

Namun, pernak-pernik kehidupan, buaian nyanyian setan serta godaan nafsu duniawi kadang membuat kita terlena dan terpedaya sehingga semangat ibadah pun menurun.

اَلْإِيْمَانُ يَزِيْدُ وَيَنْقُصُ

(Kondisi) keimanan itu bisa bertambah, bisa pula berkurang

Pertanyaannya, “Apa yang harus kita lakukan bila semangat ibadah menurun?”

1. Ingat nikmat Allah yang dianugerahkan kepada kita

Memang, kita tak akan sanggup menghitung jumlah nikmat Allah. Hal ini pun telah ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur'an.

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. (QS an-Nahl [16]: 18)


Namun, itu bukan berarti kita tidak diperintahkan berpikir—termasuk mengingat, menghitung dan sejenisnya—tentang karunia Allah. Kalau kita abaikan kegiatan berpikir tentang nikmat Allah, maka lama-kelamaan kita akan lupa betapa banyak karunia yang telah dicurahkan kepada kita. Sampai-sampai, nasihat bijak disampaikan,

“Kita baru mengerti nikmat sehat ketika sakit.”
“Kita baru menyadari nikmat kaki saat harus diamputasi.”
“Kita baru memahami nikmat memiliki anak kalau lama tak punya buah hati.”
“Kita baru mensyukuri nikmat bekerja tatkala di-PHK.”
“Kita baru memikirkan nikmat udara waktu membeli oksigen di rumah sakit.”
“Kita baru merenungkan nikmat hujan jika kemarau berkepanjangan.”
“Kita baru merasakan nikmat kemarau bila hujan tak henti-henti.”

Walaupun ada pepatah, “Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali,” tapi bukankah lebih baik lagi bila tidak terlambat? Perlu kita pahami bahwa udara, air, matahari dan semua hal yang ada di semesta adalah karunia Allah untuk kita. Terkadang, kita kurang mensyukuri anugerah yang bersifat umum (untuk semua makhluk hidup), padahal semua itu juga anugerah yang sangat besar kepada kita secara pribadi.

Senantiasa mengingat nikmat Allah akan membuat diri kita selalu bersyukur.

Bersyukur berarti menggunakan semua anugerah Allah sesuai peruntukannya, demi mengabdi (beribadah) kepada-Nya.

Bersyukur berarti memiliki rasa malu bila menjauh dari-Nya.

Bersyukur berarti bersungguh-sungguh dalam usaha menggapai cinta dan ridha-Nya.


2. Memahami dan mengingat mengingat masa depan (surga)

Misal ada seorang karyawan diminta atasannya, “Mulai besok, sampean kerja sampai dengan pukul 21:00 setiap hari selama 7 tahun. Semua itu dilakukan demi dedikasi kepada perusahaan tanpa ada uang lembur.”

Kira-kira, apa komentar dan sikap karyawan tersebut?

Coba kita bandingkan bila atasannya berkata, “Mulai besok, sampean kerja sampai dengan pukul 21:00 setiap hari selama 7 tahun. Semua itu dilakukan demi dedikasi kepada perusahaan. Sebagai imbalan, perusahaan akan memberi lembur Rp 7.000.000,- (tujuh juta rupiah)/hari dan jabatan/kedudukan sampean akan naik ke jajaran direksi di akhir tahun ke-7.”

Biasanya, tanpa mengetahui tujuan secara gamblang, kita akan asal-asalan dalam melakukan kegiatan. Keadaan ini sama seperti mendengarkan orang berbicara/pidato tanpa arah/maksud jelas. Mbuletisasi!

Senantiasa mengingat masa depan (surga) akan membuat kita mengerti bahwa ladang yang kita tanam di dunia ini menghasilkan ganjaran tak terhingga.

Di surga kita akan mendapat pendamping yang keelokannya tak bisa ditandingi oleh wanita mana pun di dunia.

Di surga kita akan menikmati harta berlimpah yang nilainya tak bisa dicapai oleh konglomerat mana pun sejagad.

فِيْهَا مَالاَ عَيْنٌ رَأَتْ وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ

“Di surga (kenikmatannya) belum pernah dilihat mata, didengar oleh telinga dan terbetik di dalam hati (atau dihayalkan oleh pikiran).”
(HR Bukhari)

Di surga kita akan bertemu Allah, yang senantiasa kita sembah, mohon ridha-Nya dan rindukan. Adakah kebahagiaan yang melebihi pertemuan dengan Allah?

Sebagai ilustrasi, kita mungkin senang bisa tinggal di rumah mewah. Tapi, kebahagiaan bercanda dengan anak-istri jauh di atas gemerlap duniawi. Itu mengapa bertemu Allah jauh melebihi kenyamanan dan kemewahan fasilitas surga.

Imam Muslim meriwayatkan dari Sahabat Shuhaib ra. bahwa Rasulullah bersabda:

إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ يَقُوْلُ اللهُ تَبارَكَ وَتَعَالَى: تُرِيْدُوْنَ شَـيْئًا أَزِيْدُكُمْ؟ فَيَقُوْلُوْنَ: أَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوْهَنَا، أَلَمْ تُدْخِلَنَا الْجَنَّةَ، وَتُنْجِنَا مِنَ النَّارِ؟ فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ فَمَا أُعْطُوْا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظْرِ إِلَى رَبِّهِمْ

Jika penghuni surga telah masuk surga, Allah berfirman, “Maukah kalian kutambah sesuatu?” Mereka menjawab, “Bukankah Engkau telah memutihkan wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke surga dan menghindarkan kami dari neraka?” Kemudian disingkapkanlah penghalang itu, tidak ada sesuatu yang paling diinginkan melainkan hanya melihat wajah Tuhan mereka.
وَعَدَ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga ‘Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.
(QS at-Taubah [9]: 72)

Di dalam ayat tersebut, Allah meletakkan kemuliaan ridha Allah lebih tinggi daripada surga-Nya. Keridhaan pemilik surga lebih utama ketimbang surga itu sendiri, bahkan Allah adalah inti dari yang diidamkan para penghuni surga. Rasulullah Muhammad saw. bersabda:

إِنَّ اللهَ يَتَجَلَّى لِلْمُؤْمِنِيْنَ فَيَقُوْلُ: سَلُّوْنِي فَيَقُوْلُوْنَ رِضَاكَ

Sesungguhnya Allah menampakkan diri kepada orang-orang mukmin (di surga), lalu Dia berfirman, “Mintalah kepada-Ku!” Lalu para penghuni surga berkata, “Kami minta keridhaan-Mu.”
(HR al-Bazzar dan Thabrani)


Daftar Pustaka:
  • Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi, asy-Syaikh, “Riyâdhush Shâlihîn”
  • Maktabah Syamilah al-Ishdâr ats-Tsâlits
  • Salim Bahreisy, “Tarjamah Riadhus Shalihin I dan II (karya Syaikh Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi)”, PT Alma‘arif

Tulisan ini berlanjut ke : Kala Semangat Ibadah Menurun (2 of 2)

#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#

Friday, February 11, 2011

Cukup Masuk Surga Tingkat Terendah? (9 of 9)

Untuk menambah semangat meraih surga level yang lebih tinggi, perlu diketahui bahwa hari akhir disebut juga yawm at-Taghâbun (Hari ditampakkan kesalahan-kesalahan).


(Ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan (untuk dihisab), itulah hari (waktu itu) ditampakkan kesalahan-kesalahan. Dan siapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal shaleh niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah keberuntungan yang besar. (QS at-Taghâbun [64]: 9)


Ada juga yang menerangkan bahwa Yawm at-Taghâbun berarti hari yang nampak segala sesuatu yang berbeda dengan yang pernah terlintas di dalam benak pikiran seseorang. Allah berfirman yang terjemahnya:


Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
(QS as-Sajdah [32]: 17)


Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya. (QS Qâf [50]: 35)

Orang mukmin yang tidak beramal lebih dari apa yang telah dilakukan di dunia (padahal ketika itu ia bisa meningkatkan amalnya) menyesal dan merugi, sebab ia tidak memberi penilaian yang benar terhadap kehidupan akhirat dan baru mengetahui hakikatnya ketika itu terjadi. Ia menyesal, seandainya saja ia berbuat lebih baik ketika di dunia, niscaya akan mendapatkan surga yang lebih tinggi derajatnya. Demikian pula orang kafir, ia menyesal dalam hal yang sama, sebab tidak memiliki amal sama sekali.


Mungkin kita akan bertanya, “Bukankah para ulama menjelaskan bahwa kita masuk surga karena rahmat Allah, bukan karena amal kita? Lalu, di manakah peran amal kebaikan yang telah kita lakukan?”


Ya. Kita masuk surga bukan semata-mata karena amal ibadah kita. Kita bisa masuk surga karena rahmat Allah. Ada dua pendapat yang menjelaskan tentang hubungan amal dan rahmat Allah. Pendapat pertama mengatakan bahwa amal perbuatan yang dilakukan oleh hamba dapat terlaksana berkat rahmat Allah, maka amal perbuatannya itu pada hakikatnya kembali kepada rahmat Allah. Pendapat kedua meyatakan bahwa kedudukan dan derajat di surga ditentukan oleh amal perbuatan, sedang memasuki surga atas rahmat Allah. Wallâhu a‘lam.


Berikut ini penulis sajikan lagi kisah yang sering kita dengar dari para ulama bahwa kita masuk surga karena rahmat dari Allah, bukan hanya karena amal kita.


Para ahli sirah dan sejarawan menuturkan, pada zaman dahulu tersebutlah seorang ahli ibadah dari Bani Israil yang mengasingkan diri di pulau terpencil untuk beribadah kepada Allah. Tidak ada kawan yang mengganggu, wanita yang mengusik, juga tetangga yang menyakiti atau menggunjing. Dia hanya beribadah dari pagi hingga petang. Buah delima menjadi makanan dan sumber air dingin sebagai minumannya.


500 (lima ratus) tahun beribadah, kemudian sang ajal pun tiba. Di hari Perhitungan (yawm al-Hisâb), Allah bertanya, “Wahai hamba-Ku, apakah engkau menginginkan surga dengan amal perbuatanmu atau dengan rahmat-Ku?”


“Aku ingin masuk surga dengan amal perbuatanku,” jawab hamba ahli ibadah itu.


Maka Allah memerintahkan malaikat untuk menghitung nikmat-nikmat yang telah diberikan padanya. Malaikat mendapati bahwa seluruh amal perbuatan hamba itu tidak lebih berharga dari satu nikmat yang diterimanya dari Allah yaitu nikmat penglihatan. Dengan hasil perhitungan tersebut, maka Allah memerintahkan malaikat untuk memasukkannya ke neraka.


Hamba itu berdoa dan memohon dengan penuh rasa tunduk. Oleh sebab itu, Allah mengasihinya dan memasukkannya ke surga. Dengan demikian, si hamba mengetahui bahwa surga didapat berkat rahmat Allah, bukan semata-mata karena amal ibadahnya. Rasululllah bersabda:


لاَ يَدْخُلُ أََحَدُكُمُ الْجَنَّةَ بِعَمَلِهِ

Tidak seorang pun dari kalian bisa masuk surga hanya karena amal perbuatannya.


Para sahabat bertanya, “Apakah engkau juga demikian, ya Rasulullah?”


وَلاَ أَنَا إلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللهُ مِنْهُ بِرَحْمَةٍ وَفَضْلٍ

“Ya, terkecuali jika Allah menyelimuti aku dengan rahmat dan keutamaan-Nya.” (HR Ahmad dan Muslim)


Tentang kenikmatan sesungguhnya dari surga dijelaskan oleh Rasulullah di hadits lain. Diriwayatkan dari Sahal bin Sa‘ad ra., bahwa dia pernah menyaksikan dalam suatu majelis dimana Nabi saw. menceritakan surga hingga akhirnya bersabda,


فِيْهَا مَالاَ عَيْنٌ رَأَتْ وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ

“Di surga (kenikmatannya) belum pernah dilihat mata, didengar oleh telinga dan terbetik di dalam hati (atau dihayalkan oleh pikiran).”
(HR Bukhari)


Sebagai renungan, sebuah puisi ‘Aidh al-Qarni mengajak kita untuk kembali ke tempat asal kita, tempat ayah dan ibu pertama kita, Nabi Adam as. dan Siti Hawa bermukim pada awalnya, yaitu surga. Marilah kita pulang ke rumah setelah mengembara di dunia yang fana ini. Semoga Allah senantiasa menjaga kita di dunia ini, mengampuni semua kesalahan kita dan mencurahkan rahmat-Nya, sehingga kita bisa bersama-sama dengan Rasulullah Muhammad saw. di akhirat kelak, amin.


Tidaklah akan ada tempat tinggal
Di kehidupan sesudah mati akan dihuni seseorang
Lebih indah dari rumah yang dibangunnya semasa hidup
Jika ia membangunnya dengan kebajikan
Maka tempat tinggalnya kelak akan baik
Namun jika ia membangunnya dengan kejahatan, sia-sialah ia

Marilah kembali ke surga-surga ‘Adn
Karna di sanalah sesungguhnya tempat asalmu
Dan di sana tempat berteduh
Namun musuh menawan kita
Akankah kita terbebas dan kembali ke kampung halaman?


Sebagai penutup, marilah kita bersama-sama berdoa kepada Allah sebagaimana doa yang dipanjatkan junjungan kita, Rasulullah Muhammad saw., walaupun hadits ini dinilai dhaif.


اللَّـهُمَّ
اِِجْـعَلْ خَيْـرَ عُمُـرِيْ آخِـرَهُ
اللَّـهُمَّ
اِجْـعَلْ خَـوَاتِيْمَ عَمَلِيْ رِضْـوَانَكَ
اللَّـهُمَّ
اِجْـعَلْ خَيْـرَ أَيَّامِيْ يَـوْمَ أَلْقَـاكَ

Ya Allah,
Jadikanlah kebaikan itu pada penghujung umur hamba
Ya Allah,
Jadikanlah kesudahan amal hamba adalah ridha-Mu
Ya Allah,
Jadikanlah hari terbaik bagi hamba adalah ketika hamba menemui-Mu
(HR Ibnu Sunni dan Thabrani)


Daftar Pustaka:

  • Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi, asy-Syaikh, “Riyâdhush Shâlihîn”
  • ‘Aidh al-Qarni, Dr, “Nikmatnya Hidangan Al-Qur’an (‘Alâ Mâidati Al-Qur’an)”, Maghfirah Pustaka, Cetakan Kedua : Januari 2006
  • Salim Bahreisy, “Tarjamah Riadhus Shalihin I dan II (karya Syaikh Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi)”, PT Alma‘arif
  • Sayyid M. Nuh, Dr, “Penyebab Gagalnya Dakwah (Âfâtun ‘Alâ ath-Tharîq) – Jilid 1 dan 2”, Gema Insani Press
  • Sumardi, “Metafisika Akhirat – Tafsir Tematik Ayat-Ayat Akhirat Dalam Al-Qur’an dengan Pendekatan Kefilsafatan”, Makalah, Badan Penerbitan Pesantren Ulumul Qur’an Surabaya, 2007

Tulisan ini lanjutan dari : Cukup Masuk Surga Tingkat Terendah? (8 of 9)

#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#

Friday, February 4, 2011

Cukup Masuk Surga Tingkat Terendah? (8 of 9)

Untuk kendaraan, kita tidak perlu pusing harus berebut naik bis atau berdesakan di angkot. Di rumah, tersedia berbagai jenis mobil mewah, ada BMW, Ferrari, Jaguar, Mercy, Porsche dan Rolls-Royce; tinggal pilih saja. Ingin naik motor juga tidak masalah, karena tersedia dengan kondisi siap pakai, motor Harley Davidson, Honda Tiger, Kawasaki Ninja, Suzuki Thunder, Yamaha TZ, Honda Supra, Suzuki Shogun, Yamaha Jupiter, Honda Vario dan Yamaha Mio. Semua jenis kendaraan bermotor “ready stock”. Rumah kita persis seperti sebuah showroom.


Segala jenis makanan bisa kita santap dengan lezatnya, misalnya ayam kampung bakar, batagor, bebek goreng, cah kangkung, coto Makasar, daging sapi masak paprika atau lada hitam, gudeg, ikan bakar nusantara, kabab lahmul ghanam (sate kambing), kambing guling, lontong balap, lontong kupang, aneka macam nasi goreng (mawut, Jawa, Cina atau standar), nasi Padang, nasi pecel, nasi uduk, pecel lele, pempek Palembang, palumara dari Manado, rawon, rujak cingur, otak-otak bandeng asal Gresik, sate kerbau dari Kudus, sinonggi khas Kendari, siomay, sop buntut goreng, kepiting telur asam manis dan lobster.

Jangan kita lupakan lauk khas bangsa kita, sederhana namun penuh gizi, yaitu tempe serta tahu goreng lengkap dengan sambal bajak (bahan tomat dan lombok digoreng/digongso dulu)—yang membuat air liur serta air mata otomatis meningkat produksinya. Masakan luar juga boleh, seperti steak daging bawang bombai, onion dan cheese omelette (semacam telur dadar), sabu-sabu, yakiniku, chicken teriyaki, chicken kofta with tomato sauce, cien cen ci (ayam lapis dengan kol), California rolls sushi, salad, sandwich, spaghetti atau masakan “heboh” lainnya. Aroma sedap dan eksotis pasti meruap dari berbagai jenis makanan tersebut. Amboi, betapa nikmatnya itu semua, benar-benar “Mak Nyusss!”.

Begitu juga dengan minuman, kita bisa minum apa pun. Kita boleh minum ‘ashîr (jus buah), ‘ashîr ashab (air tebu, minuman paling memasyarakat di Indonesia dan Mesir saat musim panas), beras kencur, degan (kelapa muda), legen, milshake, tamar hindi (air buah asam), sinom, soda dengan macam-macam variasinya, teh/kopi dari berbagai negara dengan teknik penyajian yang berbeda-beda, red/white wine, sake, scotch, tequilla atau vodka. Toh atas anugerah Allah semuanya halal bagi kita, dan kita juga tidak akan sakit. Kita akan sehat terus, terhindar dari terkena asam urat, darah tinggi, diabetes, hepatitis, kolesterol, stroke, tumor, kanker atau yang lain. Dengan karunia seperti ini, sudah sepantasnya kita berseru, “Enak Tenaaan!”.

Sebagai pecinta olah raga, setiap ada pertandingan bola, baik berupa liga maupun piala dunia, kita dapat menontonnya secara langsung di kursi VVIP (Very Very Important Person). Ingin berkenalan dengan para pemain NBA dan mantannya, bagi kita mudah saja. Kita kenal dengan baik para pemain bintang saat ini, misalnya Dwyane Wade, Kobe Bryant dan LeBron James. Foto-foto dan sejarah para mantan pemain NBA juga kita miliki secara komplit, seperti Michael Jordan, Earvin “Magic” Johnson dan Kareem Abdul-Jabbar. Begitu pula dengan SEA Games, ASIAN Games, Olimpiade, Moto GP dan Formula 1; semuanya bisa kita saksikan dengan fasilitas utama. Bila bosan dengan segala fasilitas yang serba wah, kita bisa memilih tempat duduk di mana pun, dengan keselamatan terjamin karena semua orang segan dan hormat pada kita, tak ada yang iri atau benci, apalagi menjadi musuh. Duhai, betapa surga dunia begitu menakjubkan.

Akhirnya, jika ingin istirahat melepas lelah, cukup dengan menelepon, apakah mau di kos-kosan, homestay, apartemen, hotel melati, hotel bintang lima di seantero negeri, hotel bintang tujuh Burj al-Arab yang dibangun dengan amat megah dan mewah di Uni Emirat Arab, atau “hotel” bintang sembilan, yaitu Pondok Pesantren :).

Selama tujuh menit, marilah kita pejamkan mata, kita sungging sebuah senyuman, kita bayangkan semua hal yang ingin kita raih sesuai paparan di atas. Kita tidak perlu mempermasalahkan bagaimana cara mencapainya. Di sini, kita hanya memvisualisasikan, memanjakan diri untuk sebuah kenikmatan yang tiada tara. Kita tanamkan di otak bawah sadar tentang semua kebahagiaan yang ingin dicapai.

. . . . . . .
. . . . . . .
. . . . . . .
Tidakkah kita ingin semua hal di atas terwujudkan? Jika semua hayalan tersebut tidak bisa kita dapatkan di kehidupan ini, karena mungkin terlalu sempurna bagi kita (it’s too perfect—too good to be true), apakah kita tidak ingin meraihnya di kehidupan berikutnya? Senangkah kita bila kita tidak berhasil dua kali? Bukankah sudah nyata bahwa keindahan dunia hanya bisa dinikmati sementara, sedangkan kemewahan akhirat berlaku selamanya? Berdasarkan data, rata-rata usia harapan hidup (UHH) penduduk Indonesia mencapai usia 69,87 tahun. Untuk laki-laki, harapan hidupnya mencapai usia 67,42 tahun dan untuk perempuan mencapai 72,45 tahun. Apakah kita lupa bahwa indahnya surga tingkat terendah adalah sepuluh kali indahnya seluruh dunia beserta isinya? Padahal, sejauh apa pun kita berimajinasi, kita belum bisa menghayalkan seluruh kenikmatan duniawi. Entah bagaimana pula kita akan membayangkan fasilitas yang disediakan di surga.

Berbuatlah kebajikan untuk rumah yang diridhai di hari esok
Yang dibangun oleh Yang Maha Pemurah,
bertetanggakan Muhammad
Istana-istana dari emas,
bertahtakan misik
Za‘faran dan rerumputan segar di dalamnya
Dan burung-burung berkicauan di atas dahan-dahan yang tegak
Sambil bertasbih pada Allah mereka beterbangan di sekelilingnya
(gubahan ‘Aidh al-Qarni)

Tentang kemewahan surga, dari hadits Nabi dijelaskan bahwa yang terendah adalah sepuluh kali semua yang ada di dunia ini. Subhânallâh. Diriwayatkan dari Ibnu Mas‘ud ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda,

إِنِّي َلأَعْلَمُ آخِرَ أَهْلِ النَّارِ خُرُوْجًا مِنْهَا وَآخِرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُوْلاً الْجَنَّةَ رَجُلاً يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ حَبْوًا. فَيَـقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ: اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ فَيَأْتِيْهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْـهِ أَنَّهَا مَـْلأَى، فَيَرْجِعُ فَيَـقُوْلُ: ياَرَبِّ وَجَدْتُهَا مَـْلأَى. فَيَـقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ: اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ فَيَأْتِيْهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْـهِ أَنَّهَا مَـْلأَى، فَيَرْجِعُ فَيَـقُوْلُ: يَارَبِّ وَجَدْتُهَا مَـْلأَى. فَيَـقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ: اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ فَإِنَّ لَكَ مِثْلَ الدُّنْيَا وَعَشَرَةَ أَمْثَالِهَا، اَوْ إِنَّ لَكَ مِثْلَ عَشَرَةِ أَمْثَالِ الدُّنْيَا. فَيَـقُوْلُ: أَتَسْـخَرُبِي اَوْ تَضْحَكُ بىِ وَأَنْتَ الْمَلِكُ؟ قَالَ: فَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَحِكَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ، فَكَانَ يَقُوْلُ: ذَلِكَ أَدْنىَ أَهْلَ الْجَنَّةَ مَنْـزِلَةً
Saya mengetahui akhir ahli neraka keluar dari neraka, dan akhir ahli surga masuk surga. Yaitu seorang keluar dari neraka, dengan merangkak-rangkak, maka Allah berfirman padanya, “Pergilah masuk surga,” maka pergilah orang itu. Tiba-tiba terbayang padanya seolah-olah sudah penuh, maka kembali berkata, “Ya Tuhan, hamba mendapatkannya sudah penuh.” Allah berfirman, “Pergilah masuk surga,” maka kembali pergi didapatkannya seolah-olah penuh. Maka kembali berkata, “Ya Tuhan, ia sudah penuh.” Maka Allah berfirman, “Pergilah masuk surga, bagimu di surga sepuluh kali besarnya dunia.” Maka berkata orang itu, “Apakah Engkau 'mengejek' hamba, Tuhan, sedang Engkaulah Raja.” Berkata Ibnu Mas‘ud, “Maka saya melihat Rasulullah saw. tertawa hingga tampak giginya, sambil berkata, ‘Demikianlah serendah-rendahnya tingkatan ahli surga’.” (HR Bukhari dan Muslim)

Daftar Pustaka:

  • Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi, asy-Syaikh, “Riyâdhush Shâlihîn”
  • ‘Aidh al-Qarni, Dr, “Nikmatnya Hidangan Al-Qur’an (‘Alâ Mâidati Al-Qur’an)”, Maghfirah Pustaka, Cetakan Kedua : Januari 2006
  • Ibnu Hazm al-Andalusi, “Di Bawah Naungan Cinta (Thawqul Hamâmah) – Bagaimana Membangun Puja Puji Cinta Untuk Mengukuhkan Jiwa”, Penerbit Republika, Cetakan V : Maret 2007
  • Salim Bahreisy, “Tarjamah Riadhus Shalihin I dan II (karya Syaikh Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi)”, PT Alma‘arif
  • Salim Bahreisy, “Tarjamah Al-lu’lu’ wal-Marjân (karya Syaikh Muhammad Fuad ‘Abdul Baqi) – Himpunan Hadits Shahih Yang Disepakati Oleh Bukhari dan Muslim – Jilid 1 dan 2”, PT Bina Ilmu


#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#