Mencari Data di Blog Ini :

Friday, July 8, 2011

Kita Sebenarnya Bisa Khusyu’ Tapi Enggan (6 of 7)

5. Membaca Ayat Suci Al-Qur’an

  • Ayat Al-Qur’an adalah ungkapan yang paling haq (benar), penuh hikmah dan paling sempurna. Oleh karena itu menjadi media paling pas untuk mendekatkan diri kepada Allah dalam menghadap-Nya.
  • Ayat Al-Qur’an hakikatnya surat cinta kasih Allah kepada para hamba-Nya.
6. Bertasbih dan Beristighfar dalam Ruku‘ dan Sujud
  • Menyucikan Allah Yang Maha Agung, Maha Tinggi, lagi Maha Penentu.
  • Menyadarkan diri dari kehinaan dan ketidakberdayaan hamba.
  • Mohon ampunan dari segala kesalahan dan dosa, disertai segenap ketulusan jiwa dan kelembutan hati.
  • Mengulangi bacaan tiga kali karena ucapan sekali biasanya lemah pengaruhnya.
7. Bacaan I‘tidal
  • Ikrar bahwa Allah Maha Mendengar akan segala pujian hamba-Nya, doa maupun munajatnya.
  • Menyeru kepada Allah dan memuji-Nya.
  • Percaya akan kehadiran Allah, bahwa Allah juga menghadap orang shalat, sesuai sabda Nabi saw.:
إِنَّ اللهَ عَزَّوَجَلَّ مُقْبِلٌ عَلَى الْمُصَلِّي مَا لَمْ يَلْتَفِتْ
Sesungguhnya Allah senantiasa menghadap kepada orang yang shalat selama dia tidak berpaling. (HR Abu Daud, Hakim dan Nasa’i)

8. Bacaan Duduk di antara Dua Sujud
  • Mohon ampunan dan rahmat-Nya.
  • Mohon dicukupkan dan mohon kemurahan-Nya.
  • Mohon derajat yang tinggi.
  • Mohon diberi rezeki.
  • Mohon petunjuk-Nya.
  • Mohon kesehatan dan ampunan.
9. Bacaan Tasyahud
  • Pengakuan bahwa penghormatan yang penuh berkah dan kesejahteraan yang sempurna hanya milik Allah SWT.
  • Menghadirkan Nabi untuk menyampaikan doa keselamatan, rahmat dan barakah untuk beliau.
  • Menghadirkan umat dan semua hamba Allah yang shaleh agar mendapatkan keselamatan.

  • Memohon kepada Allah dengan disertai usaha yang sungguh-sungguh agar bisa menjadi hamba yang shaleh. Sebuah kebahagiaan yang tak terkira bila kita didoakan oleh setiap muslim dalam setiap shalat, bukan hanya shalat wajib, tapi juga shalat-shalat nawafil (sunnah).

  • Menegaskan kembali aqidah tauhid, yakni kesaksian akan kekuasaan serta ketuhanan Allah, yang berhak disembah.
  • Pengakuan kembali tentang kerasulan Nabi Muhammad saw., yang telah membimbing kita menuju jalan yang diridhai Allah.
10. Bacaan Shalawat
  • Memohon kesejahteraan untuk Nabi Muhammad saw. dan seluruh keluarganya, sebagaimana telah diberikan kepada para Nabi terdahulu.
  • Pengakuan akan kesatuan misi para nabi dan rasul.
11. Ucapan Salam
  • Mengingat kembali misi pembawa rahmat dan barakah di manapun dan kapanpun.
Berkenaan dengan tujuan dan hakikat shalat, Ary Ginanjar Agustian menjelaskan tentang shalat dari sudut pandang ESQ (Emotional Spiritual Quotient). Dengan mempelajari shalat dari berbagai sudut pandang, maka ilmu kita akan lengkap seperti lingkaran dengan sudutnya 360o, tidak parsial (hanya dari satu sudut pandang). Dengan demikian upaya untuk memahami dan menghayati shalat akan lebih sempurna sehingga mempermudah kita untuk mencapai khusyu’.

Fungsi shalat dalam ESQ adalah sebagai mekanisme untuk mengingat sifat-sifat mulia yang dimiliki oleh Sang Pencipta jiwa manusia. Ketika shalat, manusia diminta untuk melafazhkan sifat-sifat agung yang dimiliki-Nya dengan sepenuh jiwa, serta memuji asma-Nya secara berulang-ulang. Pemilik sifat-sifat yang terindah, Allah ‘Azza wa Jalla, adalah pemilik seluruh Asmaul Husna, yang terangkai dengan penuh kesempurnaan dalam satu ibadah shalat.

Ketika shalat, manusia memasuki gelombang 40 Hz, menyatu dengan alam semesta, bersama bintang-bintang, matahari, rembulan dan alam bersujud dan bersimpuh di haribaan Allah SWT. Manusia tidak shalat sendirian. Ia turut pada kehendak alam yang sedang bertasbih memuji kekuatan Yang Maha Perkasa. Matahari memancarkan cahayanya, bertasbih kepada An-Nûr, Sang Maha Cahaya. Ia sujud dan tunduk kepada Ar-Rahmân untuk mengasihi umat manusia.
وَيُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ

Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah. (QS ar-Ra‘d [13]: 13)


Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (QS al-Isrâ’ [17]: 44)

Bintang-bintang bertaburan di langit menghiasi malam yang begitu indah bak gemerlap hamparan mutiara; menciptakan keindahan tak terperi, keindahan yang penuh keagungan dan tak terjangkau ketinggiannya. Bintang gemintang bersujud dan bersimpuh di Keagungan Yang Maha Indah, bercermin dan menyifati nilai-nilai keindahan-Nya. Bintang-bintang itu bagai kompas, yang memberi petunjuk pada nelayan di tengah samudera agar tidak kehilangan arah pulang ke rumah. Bintang bersujud kepada Yang Maha Pemberi Petunjuk (Al-Hâdiy).

Rembulan memberikan cahaya yang lembut di malam hari, cahaya indah dan tak menyilaukan mata. Cahaya yang memberikan rasa damai di hati setiap manusia yang memandangnya. Rembulan bertasbih kepada Al-Lathîf, berguru pada kelembutan Sang Maha Pemilik Kelembutan.

Bumi dengan kokoh dan tangguh menopang serta menahan segala apa yang menjejak di permukaannya. Ia menopang semua tetumbuhan. Ia menahan ketinggian gunung-gunung dan gedung-gedung tinggi pencakar langit. Ia ber-taqarrub pada Sifat Maha Penahan/Pengendali milik Al-Qâbidh. Bumi berputar pada porosnya, berotasi pada sumbunya. Gerakan ini merupakan cara bumi untuk selalu bertasbih kepada Allah. Inilah thawaf bumi pada pusatnya.

Sebagai sesama hamba Allah yang hidup di alam semesta raya, yang kedua kakinya begitu tak berdaya menjejak bumi, sudah sepatutnya manusia mengikuti irama alam semesta. Diciptakan sebagai makhluk yang sempurna sebagai khalifah di bumi ini, adalah karunia yang tiada tara yang harus disyukuri lewat aktivitas shalat. Aktivitas yang mengajak manusia untuk menuju dimensi murni yang begitu suci, menuju ke hadirat Allah.

Daftar Pustaka:
  • Ary Ginanjar Agustian, “ESQ POWER – Sebuah Inner Journey Melalui Al-Ihsan”, Penerbit Arga, Cetakan Kesembilan: Mei 2006
  • _______, “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual – ESQ (Emotional Spiritual Quotient)”, Penerbit Arga, Cetakan Kedua puluh sembilan: September 2006
  • Mohammad Sholeh, Prof, “Pelatihan Sholat Khusyuk”, Makalah, April 2006
Tulisan ini lanjutan dari : Kita Sebenarnya Bisa Khusyu’ Tapi Enggan (5 of 7)
Tulisan ini berlanjut ke : Kita Sebenarnya Bisa Khusyu’ Tapi Enggan (7 of 7)

#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#

0 comments:

Post a Comment