Mencari Data di Blog Ini :

Friday, July 1, 2011

Kita Sebenarnya Bisa Khusyu’ Tapi Enggan (5 of 7)

Selain pemahaman akan makna gerakan shalat, kita juga harus mengetahui makna bacaan shalat supaya kita tidak sekadar membaca, tapi juga memahami dan menghayatinya. Sebuah syair mengingatkan kita agar memahami bacaan shalat:


فَكَمْ مِنْ مُصَلٍّ مَالَهُ مِنْ صَلاَتِهِ * سِوَى رُؤْيَةِ الْمِحْرَابِ وَالْخَفْضِ وَالرَّفْعِ
تَرَاهُ عَلَى سُطْحِ الْحَصِيْرَةِ قَائِمًا * وَهِـمَّتُهُ فىِ السُّوْقِ فىِ اْلأَخْذِ وَالدَّفْعِ


Banyak orang shalat namun tak ada baginya dari shalatnya
Kecuali hanya melihat mihrab, turun dan bangkit

Engkau melihat dia berada di atas tikar dalam keadaan berdiri (shalat)
Namun hatinya tertuju pada perniagaannya di pasar

1. Niat
  • Bertekad untuk memenuhi perintah Allah dengan shalat, menyempurnakan dan mengikhlaskan semuanya semata-mata untuk mencari ridha-Nya.

  • Mengakui bahwa bemunajat kepada Allah merupakan aktivitas yang sangat agung.

  • Saat itu, hendaknya kening berkeringat karena rasa malu, tubuh bergetar karena rasa takut dan wajah memucat karena rasa gentar.

  • Niat harus kuat, karena niat yang kuat akan memerintahkan otak kita untuk melaksanakan shalat dengan penuh kesungguhan. Dengan demikian seluruh anggota tubuh dan pikiran akan tunduk dan khusyu’.

    Apakah memang niat sedemikian penting? Ya. Selain penjelasan dari hadits Nabi saw. bahwa segala amal tergantung niatnya, dari sudut pandang medis hal itu benar adanya. Penulis pernah mendapatkan informasi dari sebuah acara di radio tentang fungsi niat dalam ibadah puasa dari sisi medis. Walaupun ini tentang puasa, namun hakikatnya bisa diimplementasikan untuk ibadah lainnya.

    Kalau kita tidak berniat melakukan puasa esok hari, maka otak akan memerintahkan lambung memproduksi asam lambung seperti biasa. Jadi, ketika diketahui isi lambung kosong, maka kita akan merasa sakit, karena asam lambung berlebih. Namun, jika malam sebelumnya kita sudah berniat untuk puasa, maka otak akan memberi perintah pada lambung untuk menghasilkan asam lambung sedikit saja, karena lambung akan kosong disebabkan kita berpuasa. Dengan demikian puasa tidak menyebabkan kita sakit perut (maag). Subhânallâh.
2. Takbirahul Ihram
  • Ikrar yang tulus bahwa hanya Allah Yang Maha Agung dan Maha Besar. Apa pun selain-Nya adalah kecil dan harus dibuat kecil.

  • Meninggalkan untuk beberapa saat segala bentuk kesibukan dunia, hanya untuk beraudiensi dengan Allah

  • Mulai memasuki “haram Allah” yaitu kawasan eksklusif di hadapan Allah langsung tanpa perantara. Karenanya, mulai saat ini tidak boleh ada ucapan selain tuntutan ucapan shalat.
3. Doa Iftitah
  • Mengagungkan Allah, memuji dan bertasbih untuk-Nya (menyucikan-Nya dari segala sifat kekurangan).

  • Berikrar menghadapkan jiwa, raga, pikiran dan perasaan dengan sungguh-sungguh dan tulus kepada Allah, pencipta langit dan bumi, secara konsisten, pasrah dan pantang menyekutukan-Nya.

  • Ketika kita mengucapkan hanîfan muslimâ (berlaku lurus sebagai seorang muslim), hendaklah terdetik di dalam hati kita bahwa seorang muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari lidah dan tangannya. Jika kenyataannya kita tidak seperti itu, maka kita termasuk pendusta. Bertekadlah untuk berlaku seperti itu di masa yang akan datang.

  • Berikrar bahwa shalat, ibadah, hidup dan mati kita hanya karena Allah dan untuk mencari ridha Allah, Tuhan Alam Semesta, serta hanya mengikuti tuntunan-Nya.

  • Berikrar bahwa tidak ada sekutu bagi-Nya, hanya untuk itu diperintah, dan kita ini adalah hamba-Nya yang pasrah dan berserah diri.
4. Membaca Al-Fatihah
  • Miniatur (induk atau ibu) Al-Qur’an dan doa yang lengkap, yang mencakup aqidah, syariah dan akhlak.

  • Memahami bahwa segala perkara adalah dengan ijin Allah.

  • Mengajarkan bagaimana memuji-Nya, mengesakan-Nya sebagai satu-satunya Tuhan Yang Haq, Pencipta dan Pemelihara alam semesta.

  • Merasa bahagia karena Allah Yang Maha Mulia (Al-Karîm) menyebut kita dalam kemuliaan dan keagungan-Nya, sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits qudsi:
قَسَمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ نِصْفُهَا لِي وَنِصْفُهَا لِعَبْدِي مَا سَأَلَ يَقُوْلُ الْعَبْدُ أَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ فَيَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ حَمِدَنِي عَبْدِي

Aku membagi shalat antara Aku dan hamba-Ku mejadi dua bagian. Setengahnya untuk-Ku dan setengah lagi untuk hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang ia pinta. Hamba berucap, “Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam,” maka Allah menjawab, “Hamba-Ku memuji-Ku.” (HR Muslim)

  • Merasakan kelembutan-Nya, karena Allah Maha Pemurah dan Maha Penyayang.

  • Menimbulkan rasa takut akan siksa-Nya dan tidak mendapat surga-Nya karena Allah adalah Raja dan Penguasa hari pembalasan (hari Kiamat).

  • Memperbaharui keikhlasan, rasa lemah dan ketergantungan kepada Allah. Melepaskan perasaan kuat dan yakin bahwa amal-amal ketaatan terasa mudah berkat pertolongan-Nya.

  • Mohon dibimbing menuju ridha-Nya, ke jalan kebahagiaan yang hakiki, jalan para Nabi, para shiddiqin (orang-orang yang benar), syuhada’ dan shalihin.

  • Mohon dijauhkan dari jalan orang-orang yang dimurkai dan jalan kesesatan.

Daftar Pustaka:
  • Mohammad Sholeh, Prof, “Pelatihan Sholat Khusyuk”, Makalah, April 2006
  • Muhammad Ihya’ Ulumiddin, Kyai, “Tuntunan Sholat Menurut Riwayat Hadist”, Yayasan Al-Haromain Surabaya, Cetakan Pertama: Muharram 1412 H
Tulisan ini lanjutan dari : Kita Sebenarnya Bisa Khusyu’ Tapi Enggan (4 of 7)
Tulisan ini berlanjut ke : Kita Sebenarnya Bisa Khusyu’ Tapi Enggan (6 of 7)


#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#

1 comment:

  1. terima kasih telah menulis artikel ini, membuka pikiran

    ReplyDelete