Mencari Data di Blog Ini :

Friday, July 15, 2011

Kita Sebenarnya Bisa Khusyu’ Tapi Enggan (7 of 7)

Shalat bukanlah sekadar gerakan ritual manusia itu sendiri, yang terpisah dari alam semesta. Sesungguhnya ia mengikuti thawaf alam semesta yang setiap detiknya bertasbih memuji Allah Yang Maha Esa (Al-Ahad). Saat itulah, manusia melakukan shalat bersama dengan bumi, bulan dan matahari. Dan ketika manusia melakukannya dengan serasi dan tepat waktu, dimana saat itulah sebenarnya semua partikel dan zat menyucikan Sang Maha Tinggi (Al-‘Aliyy), maka terciptalah sebuah keseimbangan harmonis, seperti keteraturan alam semesta yang begitu sempurna.

Tidakkah kamu mengetahui bahwasanya Allah, bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) shalat dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS an-Nûr [24]: 41)

Shalat adalah sebuah garis orbit yang harus kita ikuti alurnya. Kewajiban untuk berputar 17 kali dalam sehari semalam mengitari pusat orbit atau melakukan 17 rakaat dalam shalat lima waktu setiap harinya. Mari kita pelajari gerakan-gerakan fisik kita dalam ibadah shalat. Dalam satu rakaat terdapat gerakan yang membentuk satu putaran (360o). Ini sama seperti satu putaran thawaf. Gerakan pembentuk satu putaran adalah:
  • Berdiri = 0 derajat
  • Ruku‘ = 90 derajat
  • Sujud = 135 derajat (diukur dari posisi berdiri)
Satu rakaat dua kali sujud berarti 270 derajat.

Dengan demikian, dalam satu rakaat kita telah melakukan putaran sebesar:
0 + 90 + 270 = 360 derajat (satu putaran thawaf). Subhânallâh

Berikutnya coba kita lihat shalat dari sudut pandang kesehatan. Sekali lagi, dengan mengetahui hikmah dan rahasia shalat dari berbagai sudut pandang dan disiplin ilmu, insya Allah akan menguatkan niat dan tekad kita untuk bisa khusyu’ dalam shalat. Semoga Allah menolong kita untuk bisa melaksanakannya, amin.

Di buku “Mukjizat Gerakan Shalat untuk Pencegahan dan Perawatan Kesehatan”, Drs. Madyo Wratsongko, MM mengungkapkan bahwa gerakan shalat dapat melenturkan urat saraf dan mengaktifkan sistem keringat dan pemanas tubuh. Selain itu juga membuka pintu oksigen ke otak, mengeluarkan muatan listrik negatif dari tubuh, membiasakan pembuluh darah halus di otak mendapat tekanan tinggi, serta membuka pembuluh darah di bagian dalam tubuh (arteri jantung).

Kita dapat menganalisis sabda Rasulullah saw., “Jika engkau berdiri untuk melaksanakan shalat, maka bertakbirlah.” Saat takbir, Rasulullah mengangkat kedua tangannya ke atas hingga sejajar dengan bahu-bahunya (HR Bukhari dari Abdullah bin Umar). Takbir ini juga dilakukan ketika hendak rukuk, dan ketika bangkit dari rukuk.

Apa maknanya? Pada saat kita mengangkat tangan sejajar bahu, maka otomatis kita membuka dada, memberikan aliran darah dari pembuluh balik yang terdapat di lengan untuk dialirkan ke bagian otak pengatur keseimbangan tubuh, membuka mata dan telinga kita, sehingga keseimbangan tubuh terjaga.

“Rukuklah dengan tenang (thuma’ninah).” Ketika rukuk, Rasulullah meletakkan kedua telapak tangan di atas lutut (HR Bukhari dari Sa‘ad bin Abi Waqqash). Apa maknanya? Rukuk yang dilakukan dengan tenang dan maksimal, dapat merawat kelenturan tulang belakang yang berisi sumsum tulang belakang (sebagai saraf sentral manusia) beserta aliran darahnya. Rukuk pun dapat memelihara kelenturan tuas sistem keringat yang terdapat di pungggung, pinggang, paha dan betis belakang. Demikian pula tulang leher, tengkuk dan saluran saraf memori dapat terjaga kelenturannya dengan rukuk. Kelenturan saraf memori dapat dijaga dengan mengangkat kepala secara maksimal dengan mata mengharap ke tempat sujud.

“Lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak.”

Apa maknanya? Saat berdiri dari dengan mengangkat tangan, darah dari kepala akan turun ke bawah, sehingga bagian pangkal otak yang mengatur keseimbangan berkurang tekanan darahnya. Hal ini dapat menjaga saraf keseimbangan tubuh dan berguna mencegah pingsan secara tiba-tiba.

Selepas itu, sujudlah dengan tenang.”

Apa maknanya? Bila dilakukan dengan benar dan lama, sujud dapat memaksimalkan aliran darah dan oksigen ke otak atau kepala, termasuk pula ke mata, telinga, leher, dan pundak, serta hati. Cara seperti ini efektif untuk membongkar sumbatan pembuluh darah di jantung, sehingga resiko terkena jantung koroner dapat diminimalisasi.

“Kemudian bangunlah hingga engkau duduk dengan tenang.”

Apa maknanya? Cara duduk di antara dua sujud dapat menyeimbangkan sistem elektrik serta saraf keseimbangan tubuh kita. Bisa juga menjaga kelenturan saraf di bagian paha dalam, cekungan lutut, cekungan betis, sampai jari-jari kaki. Subhânallâh!

Terakhir, marilah kita pelajari bagaimana para sahabat melihat Rasulullah shalat. Walaupun belum bisa kita lakukan, setidaknya menjadi ilmu terlebih dahulu, kemudian kita amalkan satu per satu.

Ketika Rasulullah mengucap Allâhu Akbar, terdengar suara beliau muncul dari kedalaman hati. Kemudian beliau meletakkan kedua tangannya. Saat seperti itu, Allah adalah Dzat Yang Maha Agung dari segala sesuatu. Karena Allah Maha Besar, maka seorang hamba seperti beliau hanya sanggup berdiri khusyu’, tunduk dan rendah di hadapan Yang Maha Tunggal.

Abu Daud meriwayatkan bahwa Abdullah bin Sukhair berkata, “Suatu ketika aku pernah menemui Rasulullah. Saat itu beliau sedang shalat. Aku melihat dada Rasulullah bergemuruh seperti getaran tangis.”

Dalam hadits lain yang diriwayatkan Muslim disebutkan bahwa Hudzaifah berkata,

“Suatu ketika Rasulullah mengerjakan shalat malam setelah Isya’. Kemudian aku bergabung dengan beliau melaksanakan shalat. Beliau membuka shalat dengan bacaan surah al-Baqarah. Pada ayat ke seratus, beliau melakukan sujud. Kemudian Rasulullah mengkhatamkannya. Kemudian membaca surah Âli ‘Imran hingga khatam. Kemudian membaca surah an-Nisâ’ hingga khatam.

Beliau tidak pernah melewati ayat rahmah tanpa memanjatkan permohonan kepada Allah. Demikian pula tidak melewati ayat azab tanpa memohon perlindungan kepada Allah. Sama halnya ketika beliau membaca ayat tasbih, maka beliau pun mengucapkan tasbih kepada Allah. Kemudian beliau ruku‘. Waktu yang digunakan untuk ruku‘ tidak jauh berbeda dengan saat beliau berdiri.

Kemudian beliau bangkit dari ruku‘ (i‘tidal). Bangkit dari ruku‘ ini pun tidak jauh beda lamanya dengan saat beliau ruku‘. Kemudian beliau sujud. Lama waktu bersujud hampir sama dengan lamanya waktu ruku‘ dan berdiri dari ruku‘.

Adapun rakaat kedua, beliau kerjakan hampir sama dengan rakaat pertama.”

Supaya dalam bimbingan-Nya selalu, marilah kita bersama-sama berdoa kepada Allah:
اللَّهُمَّ أَعِـنَّا عَلىٰ ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِـبَادَتِكَ
Ya Allah, tolonglah kami dalam mengingat-Mu, bersyukur untuk-Mu dan beribadah dengan baik kepada-Mu, amin.

Daftar Pustaka:
  • Ary Ginanjar Agustian, “ESQ POWER – Sebuah Inner Journey Melalui Al-Ihsan”, Penerbit Arga, Cetakan Kesembilan: Mei 2006
  • _______, “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual – ESQ (Emotional Spiritual Quotient)”, Penerbit Arga, Cetakan Kedua puluh sembilan: September 2006
  • Mohammad Sholeh, Prof, “Pelatihan Sholat Khusyuk”, Makalah, April 2006
Tulisan ini lanjutan dari : Kita Sebenarnya Bisa Khusyu’ Tapi Enggan (6 of 7)

#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#

0 comments:

Post a Comment