Mencari Data di Blog Ini :

Friday, March 30, 2012

Setiap Kita Penyabar (Ketika Belum Ada Masalah) (2 of 3)

b. Sabar Meninggalkan Maksiat

Syaikh Sa‘id Hawwa menerangkan bahwa Allah telah menghimpun macam-macam kemaksiatan di dalam firman-Nya:
وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ
dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. (QS an-Nahl [16]: 90)
Rasulullah saw. bersabda:
اَلْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِيْ طَاعَةِ اللهِ  وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ الْخَطَايَا وَالذُّنُوْبَ
Orang yang berjihad adalah orang yang memerangi hawa nafsunya dalam ketaatan kepada Allah. Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan ketidakbaikan dan dosa. (HR Baihaqi  dan Hakim)
Banyak imam meriwayatkan hadits sejenis tapi per bagian, yaitu definisi orang berjihad di sebuah hadits dan definisi orang berhijrah di hadits lain.  Hadits riwayat Imam Baihaqi dan Imam Hakim di atas langsung menyebutkan dua definisi. Adapun lafazh hadits tersebut menurut riwayat Imam Baihaqi di kitab “Syu‘bul Îmân”.
Kemaksiatan merupakan dorongan hawa nafsu. Berikut ini contoh kesabaran atas perbuatan maksiat:
  • Sabar atas kemaksiatan yang telah dianggap lumrah oleh lingkungan. Misal kita bergaul dengan teman/orang yang menganggap taruhan adalah penyemangat menonton sepak bola. Tanpa taruhan dianggap tidak seru, menonton bola menjadi hambar.
  • Sabar atas kemaksiatan yang mudah dikerjakan sendiri, misalnya menggunjing, berbohong, memuji diri sendiri (‘ujub) dan riya’.
Secara umum dapat dikatakan bahwa tinggi/rendahnya kesabaran berkaitan dengan kuat/lemahnya kemaksiatan itu sendiri. Apabila kita merasa berat apalagi tidak mampu bersabar atas meninggalkan perbuatan maksiat, maka hendaknya kita ‘uzlah (mengasingkan diri) atau sering menyendiri. Bersabar ketika dalam kesendirian lebih mudah daripada saat berkumpul dengan banyak orang.

c. Sabar Mendapat Cobaan

Dunia ini memang tempat ujian dan cobaan, bahkan para nabi dan rasul pun tak luput dari cobaan.
إِنَّ مِنْ أَشَدِّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءَ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
Sesungguhnya manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi, kemudian orang-orang yang mengikuti para nabi, kemudian orang-orang yang mengikuti mereka, kemudian orang-orang yang mengikuti mereka. (HR Ahmad, Baihaqi, Hakim, Ibnu Abi Syaibah, Nasa’i dan Thabrani)
أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الصَّالِحُوْنَ ثُمَّ اْلأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ
Manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi, kemudian orang-orang shaleh, kemudian yang seperti mereka lalu yang seperti mereka. (HR Thabrani)
أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْعُلَمَاءُ ثُمَّ اْلأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ
Manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi, kemudian ulama, kemudian yang seperti mereka lalu yang seperti mereka (HR Hakim)
Kalau para nabi dan rasul saja mendapat cobaan, masa kita tak mau mendapat cobaan? Kalau manusia yang paling dekat kepada Allah saja mengalami ujian hidup, masa kita merasa tak ingin mengalami ujian dalam kehidupan ini?
Semasa pelajar penulis pernah berkhayal, “Apa yang akan terjadi bila dalam hidup tidak ada kesulitan apalagi cobaan?”
Cara termudah mengimplementasikannya adalah dengan membuat sebuah cerpen atau novel. Sejak SD kita dibiasakan oleh guru kita membuat karangan, misalnya tentang liburan sekolah. Saat SMA/SMU, bahkan mungkin ada yang sejak SMP, sudah ada tugas membuat cerpen.
Berikut ini sebuah cerpen ala kadarnya yang penulis karang untuk mewujudkan khayalan bagaimana bila dalam hidup tidak ada cobaan, ujian dan kesulitan.
Di sebuah rumah mewah nan megah, sepasang suami-istri muda sedang berbahagia menimang-nimang buah hati mereka yang baru berumur seminggu.
Hari demi hari mereka lalui penuh kebahagiaan. Sang buah hati sehat selalu, sehingga tak perlu repot-repot ke dokter. Kala malam tiba, tidur mereka pun pulas tak pernah diganggu tangisan bayi. Maklumlah, ruang tidur senantiasa sejuk karena ber-AC serta popok bayi merek mahal senantiasa membalut si kecil.
Tahun demi tahun silih berganti, tak terasa sang buah hati sudah usia sekolah. Karena kecerdasan yang begitu hebat, walau bermain setiap saat dan tanpa perlu susah payah belajar, sang anak senantiasa menjadi juara kelas bahkan juara umum antar kelas.
Setiap mata pelajaran dilahapnya dengan ringan, tak satu pun yang tak dikuasainya. Tak hanya pandai di pelajaran sekolah, sang buah hati juga sering menjadi juara lomba antar sekolah, baik yang berhubungan dengan keilmuan maupun olah raga. Bermain voli, basket, soft ball, sepak bola bahkan bela diri adalah bidang keahliannya. Ia pun sangat super bergaul sehingga setiap orang menyukainya.
Menjadi juara seperti membalikkan tangan baginya, tak butuh usaha keras. Juara lomba level sekolah hingga internasional senantiasa didapatnya.
Kondisi ini berlangsung terus hingga lulus kuliah. Dengan pertimbangan berbagai prestasi yang diraih, IPK sempurna 4.0 skala 4 dengan waktu kuliah tercepat mengalahkan semua mahasiswa sejak kampus berdiri menjadikannya wisudawan terbaik dengan predikat “Summa Cumlaude Berpenghargaan”. Sungguh super!!!
Orang tua mana yang tidak bahagia melihat sang anak menjadi wisudawan terbaik sejak kampus berdiri?
Setelah wisuda, mulailah sang anak diberi kepercayaan memimpin perusahaan sang ayah. Berbekal kecerdasan yang dimiliki, tanpa ada halangan sedikit pun usaha ayahnya meraih laba 100x lebih besar hanya dalam tempo sebulan.
Bisa dibayangkan dalam setahun berapa kali untung yang didapat. Dalam dua tahun saja, sang anak berhasil meraih predikat orang terkaya nomor 1 di dunia versi Majalah Forbes. Wow, dahsyat!!!
Berkat kepiawaian, kecerdasan, kecanggihan dan kehebatan sang anak, kondisi ini tak pernah tergantikan oleh orang terkaya manapun di jagad ini. Luarrr biasa!!!
Meski tampan, berbadan atletis serta menjadi orang terkaya sejagad, sang anak tak punya sifat sombong, tak pernah menjadi play boy atau hal-hal negatif lainnya.
Karena tabiat yang begitu mengagumkan, ia bertemu dengan wanita rupawan bak rembulan di pertengahan bulan dengan kepribadian yang sungguh memesona. Si jelita inilah yang menjadi pendamping hidup dirinya dan mereka pun berbahagia selamanya.
Setelah membaca adi karya “fenomenal” tersebut, kira-kira apa komentar kita? Mari berpikir sejenak.

*******#######*******

 Daftar Pustaka


Sa‘id Hawwa, asy-Syaikh, “Kajian Lengkap Penyucian Jiwa “Tazkiyatun Nafs” (Al-Mustakhlash fî Tazkiyatil Anfus) – Intisari Ihya ‘Ulumuddin”, Pena Pundi Aksara, Cetakan IV : November 2006
Salim Bahreisy, “Tarjamah Riadhus Shalihin I dan II (karya Syaikh Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi)”, PT Alma‘arif

Software:
Maktabah Syamilah al-Ishdâr ats-Tsâlits


#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...# 

0 comments:

Post a Comment