b. Sabar Meninggalkan Maksiat
Syaikh Sa‘id Hawwa menerangkan bahwa Allah telah menghimpun
macam-macam kemaksiatan di dalam firman-Nya:
وَيَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ
dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
(QS an-Nahl [16]: 90)
Rasulullah
saw. bersabda:
اَلْمُجَاهِدُ مَنْ
جَاهَدَ نَفْسَهُ فِيْ طَاعَةِ اللهِ وَالْمُهَاجِرُ
مَنْ هَجَرَ الْخَطَايَا وَالذُّنُوْبَ
Orang yang berjihad adalah orang yang memerangi
hawa nafsunya dalam ketaatan kepada Allah. Orang yang berhijrah adalah
orang yang meninggalkan ketidakbaikan dan dosa. (HR Baihaqi dan Hakim)
Banyak imam meriwayatkan hadits sejenis tapi per bagian, yaitu definisi
orang berjihad di sebuah hadits dan definisi orang berhijrah di hadits
lain. Hadits riwayat Imam Baihaqi dan Imam
Hakim di atas langsung menyebutkan dua definisi. Adapun lafazh hadits tersebut
menurut riwayat Imam Baihaqi di kitab “Syu‘bul Îmân”.
Kemaksiatan merupakan dorongan hawa
nafsu. Berikut ini contoh kesabaran atas perbuatan maksiat:
- Sabar atas kemaksiatan
yang telah dianggap lumrah oleh lingkungan. Misal kita bergaul dengan
teman/orang yang menganggap taruhan adalah penyemangat menonton sepak
bola. Tanpa taruhan dianggap tidak seru, menonton bola menjadi hambar.
- Sabar atas kemaksiatan
yang mudah dikerjakan sendiri, misalnya menggunjing, berbohong, memuji
diri sendiri (‘ujub) dan riya’.
Secara umum dapat dikatakan bahwa
tinggi/rendahnya kesabaran berkaitan dengan kuat/lemahnya kemaksiatan itu
sendiri. Apabila kita merasa berat apalagi tidak mampu bersabar atas meninggalkan
perbuatan maksiat, maka hendaknya kita ‘uzlah (mengasingkan diri) atau
sering menyendiri. Bersabar ketika dalam kesendirian lebih mudah daripada saat
berkumpul dengan banyak orang.
c. Sabar Mendapat Cobaan
Dunia ini memang tempat ujian dan cobaan, bahkan para nabi dan rasul pun
tak luput dari cobaan.
إِنَّ مِنْ أَشَدِّ
النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءَ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
Sesungguhnya
manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi, kemudian orang-orang yang
mengikuti para nabi, kemudian orang-orang yang mengikuti mereka, kemudian
orang-orang yang mengikuti mereka. (HR Ahmad, Baihaqi, Hakim, Ibnu Abi Syaibah, Nasa’i dan
Thabrani)
أَشَدُّ النَّاسِ
بَلاَءً الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الصَّالِحُوْنَ ثُمَّ اْلأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ
Manusia yang
paling berat cobaannya adalah para nabi, kemudian orang-orang shaleh, kemudian
yang seperti mereka lalu yang seperti mereka. (HR Thabrani)
أَشَدُّ النَّاسِ
بَلاَءً الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْعُلَمَاءُ ثُمَّ اْلأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ
Manusia yang
paling berat cobaannya adalah para nabi, kemudian ulama, kemudian yang seperti mereka
lalu yang seperti mereka (HR Hakim)
Kalau para nabi dan rasul saja
mendapat cobaan, masa kita tak mau mendapat cobaan? Kalau manusia yang paling
dekat kepada Allah saja mengalami ujian hidup, masa kita merasa tak ingin
mengalami ujian dalam kehidupan ini?
Semasa pelajar penulis pernah berkhayal,
“Apa yang akan terjadi bila dalam hidup tidak ada kesulitan apalagi cobaan?”
Cara termudah
mengimplementasikannya adalah dengan membuat sebuah cerpen atau novel. Sejak SD
kita dibiasakan oleh guru kita membuat karangan, misalnya tentang liburan
sekolah. Saat SMA/SMU, bahkan mungkin ada yang sejak SMP, sudah ada tugas
membuat cerpen.
Berikut ini sebuah cerpen ala
kadarnya yang penulis karang untuk mewujudkan khayalan bagaimana bila dalam
hidup tidak ada cobaan, ujian dan kesulitan.
Di sebuah rumah
mewah nan megah, sepasang suami-istri muda sedang berbahagia menimang-nimang
buah hati mereka yang baru berumur seminggu.
Hari demi hari
mereka lalui penuh kebahagiaan. Sang buah hati sehat selalu, sehingga tak perlu
repot-repot ke dokter. Kala malam tiba, tidur mereka pun pulas tak pernah
diganggu tangisan bayi. Maklumlah, ruang tidur senantiasa sejuk karena ber-AC
serta popok bayi merek mahal senantiasa membalut si kecil.
Tahun demi tahun
silih berganti, tak terasa sang buah hati sudah usia sekolah. Karena kecerdasan
yang begitu hebat, walau bermain setiap saat dan tanpa perlu susah payah
belajar, sang anak senantiasa menjadi juara kelas bahkan juara umum antar kelas.
Setiap mata
pelajaran dilahapnya dengan ringan, tak satu pun yang tak dikuasainya. Tak
hanya pandai di pelajaran sekolah, sang buah hati juga sering menjadi juara
lomba antar sekolah, baik yang berhubungan dengan keilmuan maupun olah raga.
Bermain voli, basket, soft ball, sepak bola bahkan bela diri adalah bidang
keahliannya. Ia pun sangat super bergaul sehingga setiap orang menyukainya.
Menjadi juara
seperti membalikkan tangan baginya, tak butuh usaha keras. Juara lomba level sekolah
hingga internasional senantiasa didapatnya.
Kondisi ini
berlangsung terus hingga lulus kuliah. Dengan pertimbangan berbagai prestasi
yang diraih, IPK sempurna 4.0 skala 4 dengan waktu kuliah tercepat mengalahkan
semua mahasiswa sejak kampus berdiri menjadikannya wisudawan terbaik dengan
predikat “Summa Cumlaude Berpenghargaan”. Sungguh super!!!
Orang tua mana
yang tidak bahagia melihat sang anak menjadi wisudawan terbaik sejak kampus
berdiri?
Setelah wisuda,
mulailah sang anak diberi kepercayaan memimpin perusahaan sang ayah. Berbekal
kecerdasan yang dimiliki, tanpa ada halangan sedikit pun usaha ayahnya meraih
laba 100x lebih besar hanya dalam tempo sebulan.
Bisa dibayangkan
dalam setahun berapa kali untung yang didapat. Dalam dua tahun saja, sang anak
berhasil meraih predikat orang terkaya nomor 1 di dunia versi Majalah Forbes. Wow,
dahsyat!!!
Berkat kepiawaian,
kecerdasan, kecanggihan dan kehebatan sang anak, kondisi ini tak pernah tergantikan
oleh orang terkaya manapun di jagad ini. Luarrr biasa!!!
Meski tampan,
berbadan atletis serta menjadi orang terkaya sejagad, sang anak tak punya sifat
sombong, tak pernah menjadi play boy atau hal-hal negatif lainnya.
Karena tabiat yang
begitu mengagumkan, ia bertemu dengan wanita rupawan bak rembulan di pertengahan
bulan dengan kepribadian yang sungguh memesona. Si jelita inilah yang menjadi
pendamping hidup dirinya dan mereka pun berbahagia selamanya.
Setelah membaca adi karya
“fenomenal” tersebut, kira-kira apa komentar kita? Mari berpikir sejenak.
*******#######*******
Daftar Pustaka
Sa‘id Hawwa, asy-Syaikh, “Kajian Lengkap Penyucian Jiwa “Tazkiyatun Nafs” (Al-Mustakhlash fî Tazkiyatil Anfus) – Intisari Ihya ‘Ulumuddin”, Pena Pundi Aksara, Cetakan
IV : November 2006
Salim Bahreisy, “Tarjamah Riadhus Shalihin I
dan II (karya Syaikh Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi)”, PT Alma‘arif
Software:
Maktabah
Syamilah al-Ishdâr
ats-Tsâlits
#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati
semua umat Islam, amin...#
0 comments:
Post a Comment