Hidup ini memang penuh kelucuan. Masalahnya adalah kitalah sumber kelucuan itu. Melihat tingkah kita, sepertinya para malaikat akan gemas sekaligus geram, seperti seorang ibu muda sedang melihat anaknya yang lucu dan imut, tapi sedang bertingkah nakal. Semut, cicak, nyamuk, pohon, rerumputan, angin dan semua makluk-Nya juga akan terheran-heran melihat kelakuan kita.
Mungkin karena suasana di dalam masjid yang begitu tenang dan hening, angin pun bertiup sepoi-sepoi mengelus-elus pipi kita dengan lembutnya—apalagi di dalam masjid terdapat kipas angin atau ِAir Conditioner (AC)—pepohonan juga melambai-lambai serasa membelai rambut indah kita dengan kasih sayangnya, ditambah lagi kita sebelumnya telah melakukan aktivitas sekolah atau kerja; maka suara khatib persis seperti suara ibu kita yang mendongeng sebelum kita tidur di pembaringan, ketika kita masih kecil.
Bahkan, karena tidur ketika khutbah disampaikan sudah menjadi hal yang ghalib (umum), muncullah sebuah anekdot, “Kalau ada orang menderita insomnia—susah tidur—ajak saja untuk shalat Jum‘at. Niscaya, saat mendengarkan khutbah, dia akan tertidur pulas.” Entah sikap apa yang harus diambil, apakah kita harus bangga atau tidak dengan anekdot ini. Mari kita tanyakan pada diri sendiri.
Kenapa hal itu terjadi? Tidak malukah kita kepada diri sendiri, terlebih kepada Allah? Padahal, kita adalah makhluk tertinggi, yang diciptakan dengan sangat sempurna oleh-Nya.
لَقَدْ خَلَقْنَا ٱْلإِنْسَـانَ ِفيْ أَحْسَـنِ تَقْوِيْمٍ
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS at-Tîn [95] : 4)
وَلَقَدْ كَرَّمْناَ بَنِيْ ءَادَمَ وَحَمَلْنٰـهُمْ فىِ ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ وَرَزَقْنٰـهُمْ مِّنَ ٱلطَّـيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰـهُمْ عَلىٰ كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقْناَ تَفْضِيْلاً
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rejeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS al-Isrâ’ [17] : 70)
Marilah kita tengok lagi siapa diri kita. Apakah kita memang begitu hebat? Sudah ditemukan bahwa semua makhluk hidup memiliki alphabet DNA (DeoxyriboNucleic Acid) yang sama, yaitu A (Adenine), C (Cytosine), G (Guanine) dan T (Thymine). Dalam struktur helix ganda DNA, A berpasangan dengan T, sedangkan C berdampingan dengan G. Dalam tubuh manusia diperkirakan terdapat 100 trilyun sel. Dalam setiap inti sel terdapat 23 pasang kromosom yang disusun oleh 3 milyar huruf alphabet tadi. Jika DNA dalam setiap tubuh manusia direntangkan, maka panjangnya akan melebihi 600 kali jarak bumi dan matahari.
Bagaimana dengan otak manusia? Otak manusia terdiri lebih dari 100 milyar sel yang terdapat pada bagian luar struktur utama otak yang disebut cortex. Setiap sel merupakan satu sistem proses informasi yang kecil. Sebagai satu kesatuan, sel-sel saraf ini terdiri atas berbagai elemen dari bagian berpikir otak. Dengan adanya interaksi fisik sel-sel saraf inilah organ-organ dari otak memberikan kehidupan pada otak. Satu sel saraf pada umumnya mampu menerima sampai 15.000 sinyal secara fisik dari sel saraf lainnya dalam waktu bersamaan yang begitu cepat, yaitu sekitar 150 nano second atau 0,000000150 detik.
Sir Charles Sherington, seorang ahli saraf otak dari Inggris berkata, “Otak manusia adalah sesuatu yang tampak memesona dengan jutaan kumparan yang berkelip membentuk pola tertentu, suatu pola yang penuh arti dan tak kunjung diam, yang terdiri dari suatu perubahan yang harmoni dari pola-pola yang lebih kecil. Ini mirip seperti galaksi Bimasakti memasuki sebuah kosmik, bagaikan sedang berdansa.”
Ternyata, orang yang paling cerdas pun tidak sampai menggunakan 5% dari kemampuan otak sesungguhnya. Sampai saat ini masih diteliti terus tentang bagaimana memfungsikan otak secara optimal. Entah seperti apa kemampuan seseorang jika bisa memfungsikan 100% kemampuan otaknya. Ibarat kaset rekaman, otak kita mampu menerima informasi yang diinputkan selama 24 jam sehari, satu hal baru setiap detik, selama 30 juta tahun. Saat itulah otak baru terisi penuh. Subhânallâh.
Cobalah kita bayangkan sejenak, betapa dahsyat dan sempurnanya manusia ciptaan Allah itu, yaitu diri kita sendiri. Semua ini diciptakan bukan secara sia-sia atau untuk disia-siakan. Manusia adalah makhluk kepercayaan-Nya, wakil Allah, khalifah di muka bumi yang memiliki fungsi rahmatan lil ‘âlamîn.
Dengan kesempurnaan seperti itu, kok bisa-bisanya kita tidur ketika khutbah disampaikan? Tidakkah kita tahu bahwa mendengarkan khutbah itu hukumnya wajib? Mungkin karena kita merasa sudah pintar sehingga kita berargumen, “Ah, paling-paling isi khutbahnya itu-itu saja... Tidak uptodate, membosankan! Sudah bertahun-tahun saya shalat Jum‘at, saya sudah hapal semua materi khutbah.” Atau barangkali kita akan mengatakan, “Khatibnya nggak enak, monoton! Saya jadi malas mendengarkan khutbah. Mendingan tidur, kan nanti harus kerja lagi.”
Memang, penonton “lebih berkuasa” dibandingkan pemain. Pendengar lebih bebas berkomentar daripada khatib. Apakah kita merasa diri kita lebih hebat dari sang khatib? Kalau kita diminta untuk menjadi khatib, apakah kita mampu dan bisa lebih baik daripada khatib yang kita remehkan? Jika pertanyaan-pertanyaan itu diajukan kepada kita, lalu apa jawab kita? Mungkin kita akan bersilat lidah dengan menjawab, “Wah, saya kan bukan lulusan pesantren. Saya juga bukan alumni UIN/IAIN. Jelas saya nggak bisa. Tapi, kan... Seharusnya kalau sudah mau jadi khatib, ya resiko. Kalau memang nggak enak khutbahnya, jangan jadi khatib dech... Seperti saya saja, duduk manis.”
Marilah kita ingat lagi pesan agama, yang tersebut dalam firman Allah di dalam Al-Qur’an :
يَۤاأَيُّهَا ٱلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا قُوْا أَنْفُسَـكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ ناَرًا وَقُوْدُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ
Hai orang-orang beriman, peliharalah (jagalah) dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (QS at-Tahrîm [66] : 6)
Kaidah (peraturan umum) tentang urutan pelaksanaan suatu perintah agama adalah :
اِبْدَأُوْا بِمَا بَدَأَ اللهُ بِهِ
Dari ayat di atas, jelaslah bahwa urutan pertama perintah untuk menjaga dari api neraka ditujukan pada diri sendiri. Janganlah kita mengurusi orang lain, tetapi mengabaikan urusan sendiri. Kalau pun khatibnya tidak seperti yang kita harapkan, kita harus tetap mendengarkan khutbah dengan baik. Bukankah itu suatu kewajiban? Selain itu, di dalam khutbah juga ada peringatan kepada kita untuk senantiasa berbuat baik. Terdapat juga ilmu yang bisa kita ambil manfaatnya. Tidak ada suatu kebaikan pun yang sia-sia. Disamping itu, ada anjuran bahkan perintah agar kita mengutamakan apa yang dinasihatkan, bukan pada orangnya.
اُنْظُرْ مَا قَالَ وَلاَ تَنْظُرْ مَنْ قَالَ
Perhatikan apa yang diucapkan, dan jangan melihat siapa yang bicara.
Barangkali memang kita belum tahu bahwa tidak diperkenankan untuk tidur ketika khutbah disampaikan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Rasulullah Muhammad saw. bersabda :
إِذَا قُلْتَ لِصَاحِِبكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَنْصِتْ، وَاْلإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ
Apabila engkau berkata kepada temanmu di hari Jum‘at, “Diamlah,” padahal imam sedang berkhutbah, maka sesungguhnya engkau telah berbuat sia-sia (laghâ). (HR Bukhari)
وَمَنْ قَالَ صَهْ فَقَدْ تَكَلَّـمَ وَمَنْ تَكَلَّـمَ فَلاَ جُمُعَةَ لَهُ
Siapa mengatakan, “Diamlah,” berarti ia telah berbicara, dan siapa yang berbicara maka sesungguhnya tidak ada shalat Jum‘at baginya. (HR Ahmad)
Nah, kalau sekadar berkata “Diamlah” saja tidak diperbolehkan, apalagi tidur, yang berarti tidak mendengarkan khutbah. Bahkan ada pendapat—meski
lemah—yang mengatakan bahwa
karena shalat Zhuhur itu empat raka’at, sedangkan shalat Jum’at itu dua
raka’at, maka dua khutbah adalah ganti dari dua raka’at shalat Zhuhur. Wallâhu a‘lam.
Bila terkadang kita tidur ketika khutbah, kadang-kadang juga kita terlalu canggih dan kreatif, sehingga memutar tasbih untuk berdzikir sambil mendengarkan khutbah. Bisa saja karena kita meyakini diri kita adalah orang alim, otak kita begitu hebat, lebih hebat daripada mainframe bahkan super komputer, maka kita berdalih bisa melaksanakan dzikir sambil mendengarkan khutbah sekaligus, seperti konsep multi tasking dan multi threading di komputer. Kita menyamakannya dengan mendengarkan radio sambil membaca buku.
Entah dalil naqli dan aqli apa yang kita pelajari; sedangkan berkata “Diamlah” saja tidak diperbolehkan, kok kita malah mengucapkan banyak kata. Khutbah itu untuk didengarkan sepenuh hati. Kalau kita mau berdzikir, hendaklah itu dilakukan sebelum khutbah atau sesudah shalat Jum‘at. Bahkan, kegiatan seperti itu bisa membuat hati kita terjangkit penyakit riya’, supaya dianggap ahli dzkikir, yang lisannya tak henti-henti menyebut asma Allah. Na‘ûdzubillâh.
Mendengarkan khutbah dengan penuh perhatian adalah perintah junjungan kita, Nabi Muhammad saw.
مَنْ تَوَضَّـأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ فَاسْـتَمَعَ وَأَنْصَتَ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ وَزِيَادَةُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ، وَمَنْ مَسَّ الْحَصَى فَقَدْ لَغَا
Siapa berwudhu dengan sempurna dan pergi shalat Jum‘at, lalu mendengar khutbah dan diam (memperhatikan), maka akan diampuni dosa yang terjadi pada hari itu sampai pada Jum‘at lagi, ditambah tiga hari. Dan siapa yang bermain-main dengan kerikil (batu), berarti sia-sia Jum‘atnya. (HR Muslim dari Abu Hurairah)
Dalam kitab “Al-Adzkâr an-Nawawiyyah”, Imam Nawawi menjelaskan bahwa salah satu hal yang bisa menghentikan dzikir seseorang adalah mendengarkan khutbah Jum‘at.
Seringkali kita juga berlagak seperti orang super sibuk, sehingga datang shalat Jum‘at ketika khatib sudah di atas mimbar, bahkan ketika khutbah kedua akan berakhir. Kecuali dengan alasan yang dibenarkan syariat (‘udzur syar‘i), janganlah kita melakukan itu. Bukankah Allah menganugerahkan kepada kita kemampuan yang sangat luar biasa? Tidakkah kita bisa mengatur waktu kita? Time Management istilah orang modern.
Kalau dipanggil oleh atasan atau orang yang kedudukannya lebih tinggi saja, kita bersegera menemuinya; lalu kenapa ketika Allah Yang Menciptakan kita, Yang Maha Memberi Rejeki pada kita mengundang, kita malah bermalas-malas memenuhinya? Di mana logikanya? Marilah kita ingat bahwa yang memanggil kita bukanlah ta’mir masjid, tapi Allah Yang Maha Tinggi (Al-‘Aliyy) dan Maha Memerintah (Al-Wâliy). Begitukah balasan kita terhadap Beliau yang telah menganugerahkan semuanya? Itukah bentuk rasa syukur dan bukti ucapan kita bahwa kita adalah hamba Allah?
Dalam kitab “Al-Mawâ‘izh al-‘Ushfûriyyah” dijelaskan bahwa Allah menganugerahkan hari Jum‘at untuk umat Nabi Muhammad saw., ridha Allah bersama hari itu dan surga sebagai hadiah bagi umat Islam. Tidakkah kita berbahagia mendapatkan kado terindah dari Yang Maha Pemberi (Al-Wahhâb)?
Mungkin kita akan berkilah, “Walaupun saya selalu datang terlambat, tapi kan saya mengisi kotak amal paling banyak.” Baiklah jika itu alasan kita. Pertanyannya adalah, “Bagaimana mungkin sesuatu yang hukumnya sunnah bisa mengalahkan yang wajib? Qa‘idah Ushul Fiqh bagian mana yang menjelaskan hal itu?”
Mungkin karena ilmu kita yang kurang sehingga kita berbuat seperti itu. Melaksanakan ibadah membutuhkan ilmu. Oleh karena itu marilah kita menambah ilmu, karena amal tanpa ilmu itu tertolak (wa kullu man bighayri ‘ilmin ya‘malu, a‘mâluhû mardûdatun lâ tuqbalu). Benarkah? Logikanya bagaimana? Misalnya kita tidak mengerti teknik reparasi televisi. Kemudian ada TV teman kita rusak. Karena niat baik ingin membantu teman, maka kita reparasi sendiri televisi itu. Apa akibatnya? Bukankah tetap rusak? Bahkan bisa lebih parah kan?
Bisa jadi kita masih berorasi, “Bukankah yang penting niatnya? Jangan bandingkan dengan reparasi TV, dong. Ini urusan ibadah. Tidakkah sudah jelas haditsnya bahwa amal itu tergantung niatnya (innamal a‘mâlu bin-niyyât)? Perbandingan yang sungguh tidak masuk akal!”
Jika kita memang ahli berdebat, baiklah. Jawabannya yaitu, “Yang tidak masuk akal adalah bagaimana mungkin kita sudah berniat terhadap sesuatu, tapi kita tidak mempersiapkan diri dan bermalas-malas ketika mengerjakannya. Kita seperti orang yang ingin kaya tanpa kerja keras, ingin pandai tapi tidak mau belajar dengan sungguh-sungguh, ingin masuk surga tanpa harus ibadah secara istiqamah, atau ingin kenyang tanpa makan.”
Apa gelar yang disandangkan untuk orang seperti ini? Sebelumnya penulis haturkan maaf bila penjelasan berikut ini kurang berkenan di hati. Dalam kitab “Ta‘lîm al-Muta‘allim”, ada sebuah syair untuk orang ini :
وَالْجُنُوْنُ فُنُوْنٌ
Marilah kita ingat lagi ajaran agama Islam tentang bagaimana kita harus mendatangi shalat Jum‘at dan mendengarkan khutbah. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda,
مَنِ اغْتَسَـلَ يَوْمَ اْلجُمُعَةِ غُسْـلَ اْلجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً، وَمَنْ رَاحَ فِى السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ، وَمَنْ رَاحَ فِى السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً، وَمَنْ رَاحَ فِى السَّاعَةِ الْخَامِسَـةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَـةً، فَإِذَا خَرَجَ اْلإِمَامُ حَضَرَتِ الْملاَئِكَةُ يَسْتَمِعُوْنَ الذِّكْرَ
“Setiap orang yang mandi pada hari Jum‘at seperti mandi besar (janâbah) dan kemudian pergi mengerjakan shalat (pergi di awal waktu), ia seolah-olah telah berkurban seekor unta (badanah); siapa yang pergi pada waktu kedua seolah-olah telah berkurban seekor sapi (baqarah); siapa yang pergi pada waktu ketiga seolah-olah telah berkurban seekor biri-biri (kabsyan aqran); siapa yang pergi pada waktu keempat seolah-olah telah berkurban seekor ayam (dajâjah); siapa yang pergi pada waktu kelima seolah-olah telah berkurbah seekor telur (baydhah). Dan ketika imam berdiri (untuk menyampaikan khutbah), para malaikat berkumpul untuk mendengarkan khutbahnya.” (HR Bukhari)
Kapan mandi sunnah pada hari Jum‘at dilakukan? Para ulama menjelaskan bahwa yang lebih utama adalah ketika akan berangkat shalat Jum‘at. Dengan demikian badan kita akan harum dan segar ketika melaksanakannya. Namun, sebenarnya mandi sunnah pada hari Jum‘at bisa dilakukan semenjak fajar (Subuh). Jadi, para pelajar, mahasiswa, guru atau pegawai bisa melakukannya sebelum berangkat ke sekolah atau tempat kerja. Caranya seperti mandi jinabat, yaitu meratakan air ke seluruh tubuh—dari ujung rambut sampai ujung kaki—tapi dengan niat untuk kesunnahan hari Jum‘at karena Allah.
Pada hari Jum‘at, kita diajarkan untuk memperbanyak membaca shalawat kepada Nabi saw.
إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فِيْهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيْهِ قُبِضَ وَفِيْهِ النَّفْخَةُ وَفِيْهِ الصَّعِقَةُ فَأَكْثِرُوْا عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ مَعْرُوْضَةٌ عَلَيَّ، قَالُوْا يَارَسُوْلَ اللهِ وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلاَتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ؟ فَقَالَ إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ حَرَّمَ عَلَى اْلأَرْضِ أَجْسَادَ اْلأَنْبِيَاءِ
Sesungguhnya yang paling utama dari harimu adalah hari Jum‘at. Di dalamnya diciptakan Adam, di dalamnya ia dicabut (nyawa), di dalamnya tiupan (sangkakala), dan di dalamnya keterkejutan. Maka, perbanyaklah shalawat kepadaku di hari itu. (Karena), sesungguhnya shalawat kamu diperlihatkan kepadaku. Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana shalawat kami diperlihatkan sedang engkau telah usang (tulang belulangmu telah hancur)?” Rasulullah bersabda, “Allah ‘Azza wa Jalla mengharamkan atas bumi, jasad para Nabi.” (HR Abu Daud dan Ibnu Majah)
Anjuran lain adalah membaca surat al-Kahfi. Di sebuah hadits shahih, Rasulullah bersabda :
مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِيْ يَوْمِ الْجُمُـعَةِ أَضَاءَ لَـهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمْـعَتَيْنِ
Penulis pernah membuat sebuah analisa sederhana mengapa banyak jamaah mengantuk bahkan tertidur ketika khutbah. Jadilah sebuah hipotesis ala kadarnya. Hipotesis ini mengatakan bahwa karena hal itu dilarang, maka banyak orang melakukan. Buktinya, pada hari-hari biasa, ketika jam istrirahat, mengapa jarang sekali yang memanfaatkannya untuk tidur? Karena tidak ada yang melarangnya. Bisa jadi hipotesis ini benar adanya, namun bisa juga tidak. Toh penulis juga belum melakukan penelitian secara komprehensif. Memang, merupakan tabiat manusia, yang paling disenangi adalah sesuatu yang terlarang bagi dirinya.
Sahabat Ali bin Abi Thalib kw. sampai mengatakan, “Andaikata manusia dilarang untuk membuat bubur dari kotoran binatang, pasti dia akan melakukannya.” Penulis sendiri pun pernah mengalami kantuk ketika mendengar khutbah. Memang, dibutuhkan perjuangan yang berat untuk mengalahkannya. Berbeda ketika menjadi khatib, tidak mungkin mengantuk, karena harus berkhutbah :-).
- Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi, asy-Syaikh, “Al-Adzkâr an-Nawawiyyah”
- Adi W. Gunawan, “Kesalahan Fatal dalam Mengejar Impian”, PT Gramedia Pustaka Utama, 2006
- Ary Ginanjar Agustian, “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual – ESQ (Emotional Spiritual Quotient)”, Penerbit Arga, Cetakan Kedua puluh sembilan : September 2006
- Az-Zarnuji, asy-Syaikh, “Ta‘lîm al-Muta‘allim”
- Ibnu Hajar al-‘Asqalani, al-Hâfizh, “Bulûghul Marâm – Min Adillatil Ahkâm”
- Muhammad bin Abi Bakar, asy-Syaikh, “Al-Mawâ‘izh al-‘Ushfûriyyah”
- Zainuddin Ahmad bin Abdul Lathif Az-Zabîdî, asy-Syaikh, “Ringkasan Shahîh Al-Bukhârî (Al-Tajrîd as-Sharîh li Ahâdîts al-Jâmi‘ as-Shahîh)”, Penerbit Mizan, Cetakan III : Dzulhijjah 1419/April 1999
#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#
aslmkm.. tulisan yg bagus akh..
ReplyDeletebtw tulisan asli bukan..?
kalo punya banyak tulisan, antum bisa ajukan di blog ana untuk dimuat dengan nama dan foto antum termaut juga sebagai penulis yg syah..
http://masbadar.wordpress.com
wa'alaykumus salam, saudaraku masbadar...
ReplyDeletetulisan ini asli tulisan saya, tentunya ada yang mengambil dari daftar pustaka yang tercantum...
salam...
ASSalamualaikum! Siang, pak! terimakasih udah mampir ke taman bunga saya.. :) senang berkenalan dengan Bapak dari Surabaya... semoga hari-harinya menyenangkan.. dan tidak tidur saat khutah Jumat besok.. ;D
ReplyDeleteSama2 mas Faisol. Saya pikir masalah Jumatan ini penting banget. Kalau lihat orang Nasrani, saat mereka menggelar misa, mereka tampak serius dan khusyuk. Ya nggak?
ReplyDeletesaudaraku Bengkel Jurnalistik Mahasiswa Profetik yang baik,
ReplyDeletesebenarnya pemeluk agama lain sama saja dengan kita... saya punya teman Nasrani (wanita) juga tidak serius ketika misa, malah melihat terus ke pendeta-nya karena tampan :-)...
tapi karena kita jumlahnya banyak (mayoritas), maka sangat tampak masalah yang ada...
namun, kita harus tetap memperbaiki diri... bukankah hari ini harus lebih baik drpd kemarin & esok harus lebih baik drpd hari ini...?
bagus, panjang lebar, lengkap, kalau saya lebih suka ringkas padat
ReplyDeleteto the point.
spt judul Khutbah=obay tidur
trims sdh kunjungi MP saya
salam ukhuwah
saudaraku ayahara yang sangat kritis,
ReplyDeleteterima kasih atas saran sampean... sengaja saya menulis lengkap karena saya berencana (ke depan) untuk membukukan tulisan-tulisan saya...
oleh karena itu, saya buat saja menjadi tulisan ilmiah yang bisa langsung dibukukan...
makasih udah berkunjung... wah tulisannya runut enak dibaca, salam kenal yaa...
ReplyDeletesama2 pak, terimakasih jg telah mampir dan memberikan komentar di blog sederhana saya...
ReplyDeletetulisan bapak di atas sangat bagus, lengkap dan lebih membuka pandangan saya ttg hal di atas.
Salam,
ReplyDeleteIkutan baca Kang!
Btw, si DNA bukannya asam ya?
syukran
ReplyDeletesaudaraku guzand yg sangat kritis,
ReplyDeleteterima kasih atas masukannya... kan DNA (DN-Acid)...
mohon maaf... :-)
"Semoga Allah Menyatukan dan Melembutkan Hati Semua Umat Islam, Amin..."
ReplyDeleteAmin...
salam kenal juga mas.
ini tulisan yang penting, pasti.
kunjungan pertama, sesaat sebelum jumatan ;)
Mmmm kenapa ngantuk??
ReplyDeleteMenurut saya biang kerok utamanya mungkin Syetan laknatullah. Gara-gara shaf yang tidak rapat, maka syetan dapat menyelinap di antara para jama'ah.
Saya juga sering terserang rasa kantuk tiba-tiba, padahal sebelumnya tidak mengantuk, dan setelah keluar dari masjid pun tidak mengantuk. Saya sendiri heran!!
Trus dari pengamatan saya pribadi, jika khatib "membawakan" khotbah jumat dengan semangat, maka rasa kantuk dapat saya lawan dengan mudah. Beda saat khatib berkhotbah dengan membaca text.
tulisannya bagus, Faisol.
ReplyDeletesenang mampir ke sini.
Wah....pastinya beda 180 Drajat dengan apa yang pernah saya tulis, yg memang benar-benar pure Lawak.....
ReplyDeleteThanx
saudaraku Shindu B Raditya yg sangat kritis,
ReplyDeletedi blog ini, saya menekankan pada muhasabah (introspeksi) diri... bukankah hidup ini antara kita dg Allah?
ttg tanggung jawab khatib, biarlah itu menjadi tanggungan para khatib sendiri...
saya pun seorang khatib...
u/ saudara2ku sesama khatib,
mari kita bersama2 memperbaiki diri... saya juga membuat tulisan ttg "Bagaimana Menjadi Khatib Efektif?"
silakan buka di :
http://achmadfaisol.blogspot.com/2008/08/bagaimana-menjadi-khatib-efektif-1-of-2.html
aswrwb
ReplyDeletewah detil banget mas faisol,trims atas ilmu2nya.smoga kita mkin dekat dengan Nya dan linkungan kita...salam
assalamu'alaikum mas faisol..salam kenal..terima kasih kunjungannya..
ReplyDeleteSalam kenal..mas, Terima Kasih visitnya..
ReplyDeletewah ga nyangka ada orang surabaya jago nulis spt begitu-an...
assalamualaikum
ReplyDelete-Penyebabnya Seyawa L-Tryptophan, saya bukan ahli kimia, mungkin ada yang tau tentang senyawa tersebut.
-lebih baik ngga usah nyalahin syetan, walaupun memang diciptakan untuk mengganggu manusia.(klo ramadhan katanya pada dikurung syetan teh?!)
Sebenernya semua jawaban itu ada pada diri kita sendiri, jika memang niat (khusu/tumaninah) untuk melakukan shalat jumat, maka kita akan berusaha memperjuangkan yang terbaik, se-NGANTUK apapun juga.
oia ada 1 hal logic yang saya ketahui;
Tertidur adalah keadaan tidak sadar(tidak berakal), karena khutbah termasuk rukun dalam pelaksanaan shalat jumat, maka shalatnya "NGGA SEMPURNA" jika kita tertidur pulas...
:D
i'm i right???
correct me if wrong...
Kiat agar tidak tertidur saat shalat Jum'at:
ReplyDelete- Bila malamnya kurang tidur, siapkan tidur siang sekitar 15 menit sebelum waktu shalat Jum'at (sekitar jam 10-an)
- Hindari duduk sila, duduklah dengan posisi seperti duduk tahiyat awal atau semacamnya, bila kesulitan bisa juga menggonta-ganti cara duduk tiap 10 menit
- Cubit paha sendiri saat sadar dari kantuk dengan harapan bahwa rasa sakit yang timbul dapat mengalahkan kantuk
- Beri feedback kepada khatib pasca shalat Jum'at, ajak kenalan lalu beritahu bahwa khutbahnya membuat orang mengantuk, mohon dievaluasi (setidaknya perbaikan bagi beliau untuk khutbah pekan-pekan berikutnya)
saudaraku Arif Rahmat yg sangat kritis,
ReplyDeleteAda permasalahan umum u/ kalangan orang Indonesia, yaitu :
"Apakah ada jama'ah yg berani ngasih feedback kpd khatib...?"
krn itu seyogyanya khatib juga harus sadar diri (introspeksi/muhasabah)... karena saya juga seorang khatib, saya juga membuat tulisan u/ memperbaiki cara berkhutbah...
u/ saudara2ku sesama khatib,
silakan buka di :
http://achmadfaisol.blogspot.com/2008/08/bagaimana-menjadi-khatib-efektif-1-of-2.html
begitu dulu, saudaraku... semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin...
mas, topik tulisannya cocok dengan realita.
ReplyDeletesaya dulu juga sering mengantuk ketika khutbah jumat, tapi alhamdulillah sekarang udah tidak lagi.
waaah dalam dan sedikit menyentil neh mas..he...he..
ReplyDeletememang maslah tidur pada khutbah jumat itu gampang2 susah. perlu perjuangan keras untuk tidak tertidur, karena beberapa dalih yang nyleneh :
1. khutbahnya tidak menarik
2. khutbahnya pake bahasa arab atau bahasa daerah stempat, ya mana mana ane ngerti..he...he..
3. khutbahnya kepanjangan...padahal khutbah jumat itu disarankan pendek dan lebih baik memanjangkan bacaan surah dalam sholat.
itu mungkin yana ana sering denger klo ngobrol ama temen-temen ana. keep writing bro
saudaraku Rudi DeIs yg sangat kritis,
ReplyDeletedi blog ini, saya menekankan pada muhasabah (introspeksi) diri... bukankah hidup ini antara kita dg Allah?
ttg tanggung jawab khatib, biarlah itu menjadi tanggungan para khatib sendiri...
saya pun seorang khatib...
u/ saudara2ku sesama khatib,
mari kita bersama2 memperbaiki diri... saya juga membuat tulisan ttg "Bagaimana Menjadi Khatib Efektif?"
silakan buka di :
http://achmadfaisol.blogspot.com/2008/08/bagaimana-menjadi-khatib-efektif-1-of-2.html
begitu dulu, saudaraku... semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin...
Subhanallah. Ini tulisan yang bagus. Boleh saya muat di blog saya atas nama tulisan saya?
ReplyDeleteJikalau ada tulisan yang bagus lagi saya akan terus melihat.
Terima kasih banyak.
assalamu'alaykum akhi....
ReplyDeletekunjungan balasan...
dari http://azzamq.multiply.com
atau silahkan juga berkunjung ke blog sy yang lain..
http://masibnu.wordpress.com
saudaraku Panji yg baik,
ReplyDeletedi internet, walaupun itu open source terdapat netiket (netiquette) artinya etika berinternet...
kalau sampean menampilkan tulisan orang lain, maka harus dicantumkan penulisnya...
jika sampean menambahkan tulisan orang lain, maka :
1. penulis asalnya dicantumkan
2. nama sampean sendiri dicantumkan sebagai penambah tulisan...
monggo2 saja bila sampean ingin mencantumkan tulisan ini di blog sampean... semoga bisa menjadi ilmu yg bermanfaat & Multi Level Pahala (MLP) bg kita semua, amin...
begitu dulu, saudaraku... semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin...
Assalamualaikum...
ReplyDeleteTulisannya bagus Pak... Padat sekali.
Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya.
ikrarkan diri, ikrarkan dalam hati, kita MUSUH dengan Iblis. Nyatakan perang dengan mereka. bila mengantuk dan ada niat ingin tidur, saat itu juga deklarasikan lagi permusuhan kita, maka apabila kita terpulas kita berteman dengan mereka, munafiklah kita, menelan ludah sendiri. ikrarkan dalam diri kita musuh dengan mereka. jadilah Sayyidina Umar Ra. yang mana ketika beliau berjalan, maka tercerai berailah para setan akibat suara langkahnya. Allahu Akbar. Satukan umat dengan syariat Islam.
ReplyDeletebtw, syukran telah mampir di blog kami.
Assalamualikum....
ReplyDeleteSubhanallah akh... jazakumullah sekali atas ilmunya... sangat realistis sekali... saya rasa bukan hanya pada waktu kutbah jum'at saja...
Mungkin juga kutbah yang lainya,,,
ANeh juga yah.. kita nonton film ato dengerin musik ato juga maenin game selama berjam jam sama sekali ga terasa.. bahkan mungkin waktu lama bisa menjadi terasi singkat...
Saya jadi teringat pesan dari seorang sahabat saya...
Mungkin syair yang ada disini
atau baca saja langsung di
http://fatikh.wordpress.com/2008/01/03/one-minute-enough/
bisa dijadikan koreksi bagi kita... insya allah...
Yah itulah manusia.... yang selalu mengikuti hawanafsunya... semoga kita tidak termasuk golongan orang-orang yang merugi lantaran menuruti hawanafsu belaka...
Wassalamualaikum
assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh
ReplyDeleteakh...
alhamdulillah bs mampir di blog akhi...
jazakallah atas tulisan2nya, semoga Allah senantiasa menerangi hati kita semua dengan nur-Nya.amien.
wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh
assalamualaikum..
ReplyDeletekeren bangeet tulisannya...
Mengapa mengantuk???
ReplyDeleteSebelumnya maaf,ini hanya sharing saja.
Dulu saya termasuk orang yang selalu tidak bisa menahan rasa ngantuk ketika khotbah bahkan ketika selesai khotbah.jadi pas sholat pun kadang jadinya merem-melek menahan ngantuk.
Tapi mulai dari kurang lebih 5 tahun yang lalu,dan rasa ingin tahu tentang agama ini lebih dalam, saya sudah bisa menghandle rasa ngantuk itu sampai saat ini.
ada sedikit tips yang ingin saya berikan :
1.Ketika akan berangkat ke masjid,saya niatkan, saya harus mendapatkan sesuatu yang bisa memperjelas tentang sesuatu melalui khotbah,baik hal yg saya tau atau tidak.jadi mau tidak mau saya akan mendengarkan khotbah itu.dan itu untuk saya pribadi secara otomatis menghilangkan ngantuk.entah apa hubungannya.
2.Fokuskan pendengaran anda kepada apa yang disampaikan khatib dan sambil dipikirkan makna yang disampaikannya.karena jika otak kita terus bekerja,kita tidak akan mengantuk.ibarat orang yang punya insomnia(termasuk saya),tentu orang tersebut susah sekali tidur karena ada saja yang dipikirkannya.artinya otak tersebut melakukan kerja.
3.Istirahat yang cukup. untuk ukuran org dewasa 3-5 jam tidur malam itu cukup.hilangkan image harus tidur 8 jam.kapan tahajudnya kl harus terus menerus tidur 8 jam.
Tambahan:
saya bekerja berhubungan dengan shift.ketika saya kena shift malam, jam 12-jam 8 pagi.dan besoknya akan jum'atan. alhamdulillah ketika khotbah dimulai sampai selesai,saya mendapatkan sesuatu dari apa yang disampaikan khatib.jika tidur,apakah kita bisa mendapatkan sesuatu dari yang disampaikan khatib?
saudaraku HardyBoyz yg baik,
ReplyDeleteterima kasih saya haturkan atas sharingnya... semoga bisa menjadi ilmu yg bermanfaat bg kita semua, amin..
begitu dulu, saudaraku... semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin...
saya pernah bertanya pada ustad saya, bagaimana jika kita tertidur dalam shalat jum'at?
ReplyDeleteBELIAU MENJAWAB, IMAM Ghazali (kalo saya gak salah) mengatakan tidur seperti itu tidak membatalkan wudhu, saya lupa tidur seperti itu apa namanya, karena tidak terlentang dll....
wah..sepertinya penulis membebankan kepada pembaca segudang beban berat dengn pertanyan, mngapa kita bgini? knpa kita begitu? padahal kita begini, begitu.. dll....
jujur, saya juga terkadang berat untuk menahan kantuk... dan jujur, semua manusia normal juga begitu...(normalnya begitu, selanjutnya terserah sikap apa yg akan diambil..)
tapi terkadang, khutbahnya juga terlalu panjang, sebenarnya bagus..tapi krn panjang jadi pesannya jugak banyak...
wajar saja jika nabi bersabda yg intinya, sesorang yg baik dilihat dari pendeknya khutbah dan panjangnya shalat...
visit us at http://abdurrahmaniz.wordpress.com/
saudaraku abdurrahmaniz yg baik,
ReplyDeletedi blog ini, saya menekankan pada muhasabah (introspeksi) diri... bukankah hidup ini antara kita dg Allah?
ttg tanggung jawab khatib, biarlah itu menjadi tanggungan para khatib sendiri... bukankah beliau2 juga akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah...?
saya pun seorang khatib...
u/ saudara2ku sesama khatib,
mari kita bersama2 memperbaiki diri... saya juga membuat tulisan ttg "Bagaimana Menjadi Khatib Efektif?"
silakan buka di :
http://achmadfaisol.blogspot.com/2008/08/bagaimana-menjadi-khatib-efektif-1-of-2.html
begitu dulu, saudaraku... semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin...
subhanallah,
ReplyDeletesangat menyentuh sekali,
salam kenal y Pak,
mungkin saya memanggil bapak saja,,,
karna saya seorang mahasiswa kedokteran hewan UNUD,saya sedang belajar menulis d google,
mohon bimbingannya,
gun_vetroo@yahoo.co.id itu email saya, mohon sarannya dan dukungannya,
jazakallah,,,
saudaraku Indra Gunawan yg baik,
ReplyDeletetips menulis yg baik sederhana sekali... harus ada tujuan/motivasi...
Kang Abik (Habiburrahman El-Shirazy) juga mengatakan hal yg sama... tujuan besar akan membuat kita fokus & berusaha sebaik mungkin dalam berkarya...
Kang Abik memberi contoh Imam Bukhari... Betapa cintanya beliau kpd Nabi Muhammad saw. shg kekuatan cinta itulah yg membuat beliau mau & mampu menulis Shahih Bukhari dalam rentang waktu sekian lama & menempuh perjalanan jauh...
saudaraku,
saya menulis untuk saya persembahkan kepada Allah... saya malu krn Allah telah memberi karunia berupa ilmu, kesehatan dll. tapi belum ada yg telah saya kerjakan untuk Beliau Yang Telah Menciptakan saya...
saya ingin agar di akhirat nanti, kalau ditanya buat apa ilmu & umur saya, setidaknya saya bisa menjawabnya...
syarat kedua bg seorang penulis adalah banyak membaca... seorang penulis sejati adalah seorang pembaca sejati...
syarat ketiga, mulailah menulis... lalu diamkan seminggu kemudian review lagi... lalu diamkan seminggu, setelah itu reviw lagi...
kenapa harus didiamkan...? krn biasanya kita akan menilai baik apa pun yg telah kita tulis... dng mendiamkan seminggu, maka kita bisa lebih obyektif dlm menilai tulisan kita...
saudaraku,
saya pun masih belajar...
begitu dulu, saudaraku... semoga bermanfaat... semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin...
Khutbahnya garing. Rata2 khatib cuma tau ilmu agama, tapi nggak tau cara berkomunikasi. Cara penyampaiannya buruk sekali. Jangan salahkan kami. Kami manusia.
ReplyDeleteCoba kita bandingkan dengan gaya penyampaian para penginjil yang bersemangat, logis, dan mengajak dengan kata2 yang menyentuh...
Buat para khatib, cobalah dipelajari itu ilmu komunikasi dan psikologi.
saudaraku Anonim yg sangat kritis,
ReplyDeletedi blog ini, saya menekankan pada muhasabah (introspeksi) diri... bukankah hidup ini antara kita dg Allah?
ttg tanggung jawab khatib, biarlah itu menjadi tanggungan para khatib sendiri... bukankah khatib juga akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah...?
saya pun seorang khatib...
u/ saudara2ku sesama khatib,
mari kita bersama2 memperbaiki diri... saya juga membuat tulisan ttg "Bagaimana Menjadi Khatib Efektif?"
silakan buka di :
http://achmadfaisol.blogspot.com/2008/08/bagaimana-menjadi-khatib-efektif-1-of-2.html
begitu dulu, saudaraku... semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin...
Saya ingin menanggapi yang ini nih..
ReplyDelete"..Bisa saja karena kita meyakini diri kita adalah orang alim, otak kita begitu hebat, lebih hebat daripada mainframe bahkan super komputer,.."
dan:
"..Bahkan, kegiatan seperti itu bisa membuat hati kita terjangkit penyakit riya’, supaya dianggap ahli dzkikir, yang lisannya tak henti-henti menyebut asma Allah. Na‘ûdzubillâh.."
Tanggapan saya: astaghfirullah alazhim.. Antum rupanya telah berburuk sangka kepada saudara-saudara antum. Nauzubillahi min zalik! Pertama, antum bilang, bisa saja mereka yang melakukan itu merasa dirinya alim! Kedua, antum bilang hal itu bisa menyebabkan timbulnya riya, supaya dianggap ahli zikir dsb! Sekali lagi nauzu billah! Apa antum sudah bertanya pada mereka mengapa mereka melakukan itu??
Jujur saja, saya juga dulu pernah melakukan hal itu, yaitu berzikir ketika khotib sedang berkhutbah. Demi Allah, keimananku yang menjadi taruhannya kalau aku berdusta, aku melakukan itu lebih karena aku tidak tahu! Sama sekali tidak ada pikiran macam-macam. Murni hanya mengharap keridhoan Allah. Sayangnya aku saat itu belum tahu.
Hanya orang yang bodohlah yang hanya dengan zikir macam itu merasa diri sebagai ahli zikir, dan kupikir tidak ada orang bodoh macam itu. Kalau orang berhaji karena riya itu sangat-sangat masuk akal, tapi kalau hanya zikir ketika khutbah?? Koq bisa-bisanya antum menyangka demikian? Mereka hanyalah orang-orang yang belum paham. Aku (saat itu) dan mereka (hingga saat ini) belum paham sama sekali. Bukan karena ingin disebut ahli zikir atau karena riya. Apa antum sudah beritahu mereka secara langsung atau membedah dada mereka?
Baiknya antum merevisi tulisan ini. Jangan sampai tulisan antum yang ilmiah dan berharga ini dinodai oleh prasangka antum yang belum dibuktikan kebenarannya.
Wassalamualaikum wr.wb.
Iqbal
Setuju dengan komen Iqbal. Banyak orang melakukan sesuatu lebih karena tidak tahu. Kalau kita menduga mereka adalah orang-orang yg riya, tega bennneeer! ^_^
ReplyDeleteLagi pula aneh kalau penulis blog ini mengatakan:
"Bisa saja karena kita meyakini diri kita adalah orang alim, otak kita begitu hebat, lebih hebat daripada mainframe bahkan super komputer, maka kita berdalih bisa melaksanakan dzikir sambil mendengarkan khutbah sekaligus, seperti konsep multi tasking dan multi threading di komputer. Kita menyamakannya dengan mendengarkan radio sambil membaca buku."
Loh.. loh.. loh.. Apanya yg "merasa hebat?" Mendengarkankan khutbah sambil berzikir kan gampang. Malah lebih mudah dari mendengar radio sambil berusaha memahami isi buku. (sungguh analogi yang tak sepandan). Jadi tak perlu menjadi "komputer yg canggih" untuk bisa berzikir sambil mendengar khutbah Jumat.
Contohnya begini, ketika khotib membicarakan surga, berzikirlah, "Allahumma inni asalukal Jannah", ketika disebut tentang dosa "Astaghfirullah alazhim", dst. Mudah bukan. Atau bisa pula apa yang dibacakan khotib dijadikan pemicu keseriusan zikir kita.
Ana bukannya menganjurkan orang melafazkan zikir ketika mendengarkan khutbah jumat. Ana hanya memberi contoh saja, bahwa tulisan antum rada aneh karena improvisasinya kebablasan.
Biasakan untuk "menyerang" sesuatu tepat pada sasarannya. Cukup jelaskan bahwa kita tak boleh melafazkan zikir ketika sedang mendengarkan khutbah Jumat. Bagaimana hukumnya, mana dalilnya, lampirkan atau kutipkan fatwa ulama yang melarangnya, dan sebagainya. Intinya, "karena dilarang, ya sudah jangan dilakukan." Sudah bahas itu saja, jangan kemana-mana.
Sementara yang antum tulis di sini, campur aduk antara dalil dan dugaan semata. Tak perlulah menulis bahwa sulit untuk berzikir sambil mendengar khutbah Jumat. Toh kenyataanny memang sama sekali TIDAK SULIT. Jadi, laranglah suatu perbuatan bukan karena SULIT ATAU TIDAK nya, melainkan karena MEMANG ADA LARANGANNYA.
Sekian dan terimakasih
Al Faqir,
Rabbani
i.fora @ yahoo.com
"Ana punya contoh2 lain mengenai teknik "menyerang" tepat sasaran dan yang tidak tepat sasaran"
saudaraku Iqbal & Rabbani yang sangat kritis,
ReplyDeleteterima kasih saya haturkan atas semua nasihat & masukan sampean...
saudaraku,
di blog ini, sudah saya tulis dengan jelas bahwa tulisan ini u/ Muhasabah (introspeksi) atas keIslaman kita...
tdk perlulah kita menghiraukan orang lain dulu, karena perintah agama yg pertama adalah menjaga diri dari neraka... bukankah hidup ini antara kita dengan Allah...? bukankah pertanggungjawaban di akhirat nanti antara kita dengan Allah? bukankah kita mempertanggungjawabkan perbuatan kita, bukan orang lain...?
saudaraku,
jd, saya tidak menulis u/ "menyerang" orang lain... semua tulisan ini u/ kita sendiri...
kalau saya yg membaca, maka tulisan ini u/ saya pribadi...
kalau sampean yg membaca, maka tulisan ini u/ sampean sendiri...
itu kenapa saya menggunakan kata "kita", bukan "dia", "mereka" dll...
bukankah sudah kita pahami bersama apa makna kata "kita"?
itu menunjukkan diri kita, yaitu saya, sampean dan semua orang...
begitu dulu, saudaraku... semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin...
saudaraku Rabbani yg sangat kritis,
ReplyDeletesaya berharap sampean sudah paham inti dr tulisan2 di blog saya... tulisan2 yg ada bukan u/ orang lain, tp untuk diri sendiri... bukan untuk "menyerang" orang lain, tp u/ memperbaiki diri sendiri...
saudaraku,
sampean menulis,
"Loh.. loh.. loh.. Apanya yg "merasa hebat?" Mendengarkankan khutbah sambil berzikir kan gampang. Malah lebih mudah dari mendengar radio sambil berusaha memahami isi buku. (sungguh analogi yang tak sepandan). Jadi tak perlu menjadi "komputer yg canggih" untuk bisa berzikir sambil mendengar khutbah Jumat."
saudaraku,
amat berbeda antara berdzikir dan membaca dzikir... kalau cuma membaca dzikir, memang mudah adanya... tapi kalau berdzikir, tentu membutuhkan latihan secara kontinyu...
jika yg sampean maksud adalah membaca dzikir sambil mendengarkan khutbah -> memang mudah adanya... yg penting selesai membaca dzikir & mengerti maksud khutbah...
jika spt ini yg sampean maksud, sampean benar & saya yg salah... mohon dimaafkan bila ada perbedaan persepsi atau interpretasi...
begitu dulu, saudaraku... semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin...
Ok, jazakallah.. Tetaplah menulis ya ^_^
ReplyDeleteSaya punya tips pribadi untuk menanggulangi tidur ketika khutbah Jumat. Tulis rangkuman khutbah setelah selesai shalat Jumat, tekanan itu membuat saya harus mendengarkan khutbah dengan penuh keseriusan. Ini bid'ah? Memang, tetapi kalau tidak dipaksakan justru menimbulkan kerusakan bukan?
ReplyDeleteAl-haqqu mi[n]rabbika, fa laa takuunanna minal mumtaryn. Wallahu'alam
saudaraku Anonim yg baik,
ReplyDeleteterima kasih saya haturkan atas tipsnya... semoga bisa jd ilmu yg bermanfaat & Multi Level Pahala (MLP) bg kita semua, amin...
Assalamu'alaikum
ReplyDeleteApa kabar mas faisol, udah lama ngga langsung ke blognya .. biasanya saya baca lewat pengumpan saja.
Saya tertarik berkomentar di tulisan awal ini, begini ..
Saya tinggal di daerah yang mayoritas masyarakatnya Madura. Dan saya kesulitan dengan mengerti khutbah jum'at yang berbahasa daerah. Saya biasanya menyempatkan shalat di tempat yang agak jauh untuk mendapatkan nasihat .. kadang-kadang malah di tempat yang jauh itu kebetulan pake bahasa arab semua. Saya sama tidak mengertinya ..
Meskipun saya tidak tertidur .. tapi saya jadi merasa bosan dengan khutbah khatibnya .. bukan karena hapal, tapi karena tidak tahu sama sekali.
Gimana sebaiknya ?
Trims
wa'alaykumus salam wr. wb, saudaraku draguscn yg baik,
ReplyDeleteAlhamdulillah sy & keluarga baik2 selalu... semoga rahmat & pertolongan Allah juga senantiasa tercurah atas sampean & keluarga, amin...
saudaraku,
spt tujuan blog ini, hidup ini antara kita dan Allah... mari kita sama2 memperbaiki diri, walau apa pun keadaan lingkungan kita...
saudaraku,
u/ bahasa daerah memang ada konvensi (aturan tak tertulis) sbb :
bila di masyarakat masih banyak menggunakan bhs daerah sbg bhs sehari-hari, maka penggunaan bhs Indonesia dianggap kurang sopan...
kampung saya Kutisari Utara Sby dulu jg spt itu, khutbah pake bhs Jawa... namun, krn perkembangan industri & sekolah akhirnya pake bhs Indonesia....
almarhum ayah saya pernah tinggal di masyarakat yg mayoritas madura... beliau akhirnya belajar bhs madura... ada untungnya lho belajar bhs daerah lain itu... di antaranya menambah keakraban dg masyarakat... sayang, saya ngga bs bhs madura... tdk mewarisi bhs madura dr ayah saya...
contoh lain... Hadi Murdoyo, teman saya SMP 13 Sby & SMA 16 Sby, kuliah di STT Telkom Bandung angkatan 1992... dia lalu belajar bhs Sunda... hasilnya, dia akrab dg pemuda & masyarakat... :-)
begitu dulu, saudaraku... semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin...
Assalamualaikum. saya salut dengan tulisan sampean mas faisol. lanjutkan menulis. oh ngomong2 di kutisari tahun berapa mas. saya tinggal di Kendangsari komplek YKP. belakang telkom. saya alumni SMA Trimurti Sby.
DeleteWedew
ReplyDeleteJadi gak enak hati nih pas tidur!hihi..
Terima kasih buat tulisan yg cukup menggugah
Tapi kalau boleh ngasih komentar, anda agak panjang juga ngasih intro!hehe..
Agak kemana2 gitu
Tp overall tulisannya bagus dan bermanfaat
Mungkin sebaiknya anda sebarkan di masjid2.Hehe..
syukron mas atas ilmunya(www.rohis1pamulang.blogspot.com)
ReplyDeleteTerima kasih dan syabas kerana sering menulis tentang permasalahan yang nampak kecil tetapi sebenarnya besar dalam masyarakat Islam kita. Oya, bila saya mengantuk saatnya khutbah jumaat, itu pastinya salah saya dan kekurangan diri saya sendiri. Maknanya, saya perlu lebih banyak bermujahadah melawan diri sendiri...
ReplyDeletesungguh terkesan.. sy pun kebiasaan tertidur ketika khutbah jumaat..
ReplyDeleteAssalamualaikum,
ReplyDeleteFaisol yg Hebat & Insya Alloh Dimuliakan Allah,
Boleh gak aku mengcopy tulisan ini utk blog saya sebagai pelengkap isi gituloh, karena bagus-bagus, selain itu saya ingun memperluas info-info tentang Islam, Boleh gak?....
Wassalamualaikum
http//Musofah.blogspot.com
wa'alaykumus salam wr. wb, saudaraku MasMus...
ReplyDeletesaya hanya seorang santri... semoga Allah juga memuliakan sampean & kita semua, amin...
monggo2 saja kalo mau copy... semoga menjadi ilmu yg bermanfaat & Multi Level Pahala (MLP) bg kita semua, amin...
Assalamu'alaikum...
ReplyDeletegood. Banyak saat khutbah jum'at hanya sekedar duduk aja, tidur malah. Semoga tulisan ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua.
wa'alaykumus salam, saudara2/i-ku rohisstis yg baik,
ReplyDeleteu/ semua doa sampean, amin...
-Ini memang yang banyak terjadi, tidur waktu khutbah,padahal tadinya melek-melek saja,begitu khatib naik mimbar kok seperti nguntal antimo ya mereka.
ReplyDelete-intinya terletak pada niat saja kok.
-Salam
subhanallah~
ReplyDeletetulisan yang menarik dan bermanfaat..
saya jadi tahu, kalau memang dalam khotib berkhutbah, kita dilarang untuk tidur,
namun pengalaman pribadi saya juga sering tidur dalam khutbah jumat
terimakasih~
Assalamualaikum warahmatullah,,
ReplyDeleteAlhamdulillah,.. sangat bermanfaat.
mudah2an gak ngantuk lagi dech,
mohon izin untuk kopas ke catatan saya di facebook.
Terimakasih,,
Assalamualaikum wr.wb
ReplyDeletePernah saya alami juga saat khotib naik mimbar mata ini terasa ngantuk sekali seperti tidak bisa dibendung lagi,padahal suasana didalam masjid panas dan sesak penuh jamaah yang hadir
cak faisol yang baik
pernah saya dengar juga,kalau ngantuk dengan posisi duduk.....tidak batal,namun kalau yang begini...membatalkan.saya sendiri tidak tahu arti batal disini berarti batal wudhunya atau batal jumatannya.mohon jawabannya
salam
Alfaqir tetangga sendiri
Ali mansur bekasi
WAH INI MENGENAI SAYA YANG SERING NGANTUK DAN SANGAT TERIMAKASIH BANGET UDAH DAPAT ILMUNYA
ReplyDeleteasslmkm.
ReplyDeleteustad, saya mau tanya apakah bila saya terlambat mendengar khutbah dalam sholat jum'at, sholat jum'at saya tetap sah? apa yang perlu saya lakukan bila sholat jum'at saya tidak sah? trus satu pertanyaan lagi, tolong sebutkan syarat sah nya sholat jum'at? mengingat masih terbatasnya ilmu yang saya punya mohon infonya agar saya bisa lebih paham mengenai kewajiban saya sebagai muslim.
terima kasih.
wass.
Assalamualaikum warahmatullah,,
ReplyDeleteAlhamdulillah,.. sangat bermanfaat. Jujur saja, saya juga kadang2 mengantuk saat mendengarkan khotbah jumat. Tips untuk mencubit paha juga pernah saya coba tapi tak berhasil. Sampai2 kutampar ini wajah...nggak lama tetep ngantuk juga. Walaupun sudah di-ffokusskan ke inti khotbah... Sepertinya takdir sudah seperti itu ya bang? Tolong masukannya bang, jazakallah...
Wassalamu 'alaikum wr wb.
Assalamalaikm...
ReplyDeletejazakumullahu khoir... :)
Allahu Akbar
jazakallohu khoiron katsiro
ReplyDeleteDaftar pustaka kok ada Ary Ginanjar?? Itu gak bisa buat rujukan,ajarannya ESQ nyeleneh menyimpang jauh dari Islam,bahkan bertolak belakang dari sunnah
ReplyDelete