Sekarang kita telah sampai pada pembahasan akhir tentang metode berdzikir kepada Allah. Teknik berdzikir yang terakhir, yaitu :
d. Dzikir dengan hati
Sebenarnya setiap dzikir memang harus disertai dengan hadirnya hati. Namun, yang dibahas di sini adalah teknik berdzikir bukan menggunakan anggota-anggota badan seperti disebutkan di atas, tapi di dalam hati.
Dzikir di dalam hati (tanpa melibatkan lisan) bisa dilakukan dalam setiap nafas. Kita bernafas dengan tenang dan teratur, pada saat menghirup udara berdzikir “Allâh”, sedangkan ketika mengeluarkan nafas lafazh dzikirnya “Huwa” (biasanya di-waqaf-kan, sehingga dibaca “Hû”, bacaan panjang). Seringkali bacaan panjang ini diabaikan oleh sebagian dari kita, sehingga kesannya seperti orang habis makan cabe yang sangat pedas. Bunyi dzikirnya terdengar “Hu, hu, hu, hu...”
Sebaiknya hal itu tidak kita lakukan, karena kita menyebut asma Allah Yang Maha Pemberi/Pemilik Cahaya (An-Nûr). Bukankah kita berharap agar hati kita senantiasa tercurahkan oleh cahaya-Nya? Memang dari segi hukum tetap sah, asalkan niatnya benar bahwa isim dhomir (kata ganti) “Huwa” menunjukkan Allah, hanya saja bacaannya kurang sempurna karena tidak dibaca panjang. Namun, apakah sopan apabila dengan tergesa-gesa kita menyebut Dzat yang menciptakan kita? Bukankah menyebut nama presiden saja harus dengan hormat? Apalagi menyebut asma Beliau Yang Maha Raja/Maha Berkuasa (Al-Malik). Berdzikir harus disertai sikap tawadhu‘ dan pengharapan penuh kepada Allah, Tuhan Yang Maha Pengampun (Al-Ghafûr).
Syaikh Ibnu Athaillah memberi nasihat tentang anugerah Allah berupa nafas, “Setiap tarikan nafas yang dihembuskan, di dalamnya ada ketentuan Allah. Jangan kosongkan hati dari mengingat Allah, sebab dapat memutuskan murâqabah (pengawasan) anda dari hadirat-Nya. Janganlah keheranan karena terjadinya hal-hal yang mengeruhkan jiwa, karena itu sudah menjadi sifat dunia selama anda berada di dalamnya.”
Di dalam perjalanan hidup anak Adam di permukaan bumi ini, tidaklah seorang hamba terlepas dari problema yang berlaku pula bagi manusia lainnya. Setiap tarikan nafas anak Adam menjadi pertanda bahwasanya persoalan-persoalan yang sama selalu berulang. Hal ini karena segala yang sudah, sedang dan akan terjadi berjalan di atas rencana Allah jua. Dan semua ketetapan dan rencana Allah berlaku untuk setiap orang, di mana kita berada di dalamnya. Tugas hamba Allah dalam mengikuti rencana-Nya, tidak lain adalah menaati hukum-Nya serta mengikuti takdir-Nya dengan hati ridha dan sabar, setelah bekerja keras dengan cara yang cerdas.
Bila kita menginginkan agar jumlah bilangan dzikir lafzhul Jalâlah lebih banyak, maka dzikir di di dalam hati ini bisa diselaraskan sesuai detak jantung (qalb); dengan lafazh dzikir hanya “Allâh” atau “Huwa”. Bila kita senantiasa berdzikir kepada Allah, niscaya Allah juga berdzikir (ingat) kepada kita, di dunia ini dan terutama di akhirat kelak.
فَاذْكُرُوْنِيۤ أَذْكُرْكُمْ
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu. (QS al-Baqarah [2] : 152)
KH. Asrori al-Ishaqi—pendiri Pesantren Al-Fithrah Jl. Kedinding Lor Surabaya—pernah menasihatkan agar pada saat dzikir sirri (di dalam hati), lidah kita ditekuk ke atas kemudian ditempelkan ke langit-langit rongga mulut. Ini untuk melatih kita pada saat ajal akan menjemput (sakaratul maut). Pada situasi itu, tenggorokan akan terasa sangat kering dan lidah begitu ngilu sehingga seakan tidak bisa digerakkan. Menjelang kematiannya, setiap orang akan melakukan kebiasaan selama hidup.
Supaya kita husnul khâtimah, maka harus dilatih mulai sekarang. Memang, saat kita segar-bugar, hal itu terasa ringan. Namun, akan sangat berbeda bila sang malaikat pencabut nyawa—‘Izrail—sedang berada di hadapan kita. ‘Izrail akan terlihat sangat tampan bila amal ibadah kita baik, namun sungguh mengerikan bila kita bukan orang yang bertakwa.
Agar mendapat pertolongan-Nya ketika ajal menjelang, marilah kita bersama-sama berdoa kepada Allah :
اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا ِفيْ سَكَرَاتِ الْمَوْتِ
Ya Allah, mudahkanlah bagi kami ketika sakaratul maut, amin.
Daftar Pustaka :
- Djamal’uddin Ahmad Al Buny, “Mutu Manikam dari Kitab Al-Hikam (karya Syaikh Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim Ibnu Athaillah)”, Mutiara Ilmu Surabaya, Cetakan ketiga : 2000
- Muhammad bin Ibrahim Ibnu ‘Ibad, asy-Syaikh, “Syarah al-Hikam”
Tulisan ini lanjutan dari : "Berdzikir Membuat Hati Tentram, Benarkah? (4 of 5)"
#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#
Sebuah pemahaman dan pencerahan yang bagus, terima kasih telah berkunjung ke website saya
ReplyDeletefirman.
http://dzikrullah.co.cc
Senang sekali membaca blog santri yang juga praktisi IT. Salam kenal, saya bikin link di blog saya.
ReplyDeleteabdillah@mahyuddin.web.id
YM abdill99
Ass wr wb,
ReplyDeleteTerima kasih kunjungannya.
Dzikir memang penentram hati, saya yakin. Artikel pencerahan yang sangat berarti bagi saya yang selalu memperoleh banyak hal yang perlu perenungan setiap saat. Terima kasih, mas, wass. wr wb.
Sebelumnya terima kasih atas comment-nya di blog saya. Terima kasih pula atas undangannya mampir ke sini.
ReplyDelete"Semoga Tuhan membalas semua yang terjadi kepadaku suatu saat nanti."
http://rijalwannab.wordpress.com
Btw kalo ngasih comment ke blogspot rada ruwet juga yah. Tapi akhirnya bisa juga sih.
Keep smile. ^_^
Dzikir yang bagaimana yang bisa menenangkan hati itu? Apa dzikir yang seperti biasa kita lakukan seperti berdzikir 33x dalam waktu 5 menit maksudnya cepat dalam pengucapan atau....? Lihat aja di tv2x apa seperti itu dzikir bersama?
ReplyDeletesaudaraku kandagalante yg sangat kritis,
ReplyDeletesampean menulis,
"Dzikir yang bagaimana yang bisa menenangkan hati itu? (dst)..."
saudaraku,
saya persilakan sampean membaca dgn seksama SEMUA bahasan saya ttg dzikir ini (1 sd 5)...
saudaraku,
KH. Asrori al-Ishaqi pernah menasihatkan,
"Berdzikir TDK SAMA DGN membaca dzikir... bila belum bisa berdzikir yg ingat sepenuh hati kpd Allah, membaca dzikir tetap baik & berpahala..."
begitu dulu, saudaraku... semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin...
Ass.Wr.Wb.saya bersilatuhami atas nama KADS yang telah Allah pertemukan di dunia maya dengan pemilik blog ini;untuk para blogger peminat dzikir saya mengundang silaturahmi - silahkan kunjungi ke blog tasawuf tuntas KA Damar Samudera : htt://kadamarsamudra.blogspot.com/
ReplyDeleteallaahulaailaahaillaahuwarabbul'arsyil'azhiim
ReplyDeletemembaca dzikir tetap baik dan berhala itu saya setuju....
ReplyDeletecoba cek: http://fusion-kandagalante.blogspot.com/2008/08/berdzikir.html dan
http://fusion-kandagalante.blogspot.com/2008/08/neurotransmitter.html
dzikir sepenuh hati itu seperti apa?
dzikir itu anggaplah sebuah ikrar, sudahkah kita menjalankan ikrar kita?
semoga tidak hanya menjadi slogan saja ya bos...
ReplyDeletes4l4m
k4ng Pr4m
Assalamu'alaikum,...syukron atas kunjungan dan juga koreksinya...(smga semakin menambah rasa syukur kita),..
ReplyDeletedan Alhamdulillah ,sya juga mendapat ilmu dari akhi,..ttg dzikir hati...ini menarik sekali syukron atas infonya
wa'alaykumus salam wr. wb, saudaraku ivandrio yg baik...
ReplyDeletesama-sama, saudaraku... terima kasih saya haturkan juga...
Ass wr wb
ReplyDeleteMantap sekali penjelasan tentang zikirnya. Mudah2an kita bisa mengamalkan semua metode yang disampaikan, zikir dengan telinga, fikiran,lisan dan hati. Mudah2an ini bukan hanya sekedar pengetahuan, tapi sungguh sungguh bisa diamalkan. Banyak hikmah tersembunyi dibalik zikir, hanya orang yang mengamalkan yang bisa merasakannya, orang yang tidak mengamalkan tapi hanya menjadikan sebagai ilmu pengetahuan tidak akan dapat merasakan rahasia hikmah ini.
Terima kasih atas pencerahannya. salam kenal fadhilza.com
Ass.
ReplyDeleteShollu'ala nabi muhammad
Semoga romo yai diberikan kesehatan.
selalu membimbing murid2nya. Amin
mas izin copas
ReplyDeletehamba Allah di petemon surabaya