Mencari Data di Blog Ini :

Friday, June 29, 2012

Agar (Tetap) Fasih Membaca Al-Qur’an (3 of 3)


Contoh lain QS al-Ikhlâsh [112]. Bila kita berhenti di tiap ayat, maka bacaan yang benar adalah:
قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدْ (1) اللهُ الصَّمَدْ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدْ (4)
Huruf terakhir tiap ayat di­-sukun dan kita mengambil nafas. Seringkali terjadi kita membaca bersambung (washal) tapi huruf terakhir tiap ayat kita baca sukun dan tidak mengambil nafas. Seharusnya, bila kita tidak mengambil nafas hingga ayat terakhir, maka bacaan yang benar sebagai berikut:
قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدُنِ اللهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدْ
Mari perhatikan bacaan di atas. Antara ayat ke-1 dan ke-2 bila disambung (washal) dibaca “Qul Huwallâhu ahadunillâhush shamadu”. Di sini lebih jelas perbedaan bacaan waqaf  dan washal.
Tentang bukti lain bahwa kefasihan kita dalam membaca Al-Qur’an bisa menurun—meskipun sudah pernah mengaji hingga khatam saat di TPQ atau pondok—sering kali kita kurang menjaga konsistensi bacaan panjang (mad). Salah satu jenis bacaan panjang adalah mad thabi‘iy.
Bacaan mad thabi‘iy dengan contoh نُوْحِيْهَا, harakat fathah berdiri misalnya di huruf lam kedua lafazh ِللهِ atau kasrah berdiri menurut ilmu tajwid dibaca panjang satu alif.
Kita cenderung kurang konsisten dengan panjang satu alif ini, sehingga bacaan mad thabi‘iy di satu ayat berbeda panjangnya dengan ayat lain. Apalagi ketika tinggal beberapa ayat terakhir, bacaan kita tatkala jadi imam shalat melambat sehingga tidak sama lagi panjang mad thabi‘iy di awal dan di akhir bacaan.
Di buku Pokok-Pokok Ilmu Tajwid” KH. Basori Alwi menjelaskan bahwa membaca mad thabi‘iy kurang dari satu alif hukumnya haram syar‘iy, sedangkan bila membacanya lebih dari satu alif sangat makruh.
Mungkin kita berkilah, “Toh membaca mad thabi‘iy melebihi satu alif hukumnya tidak sampai haram, mengapa mesti dipermasalahkan?”
Bila memang demikian, lantas buat apa para ulama mengajari kita perbedaan panjang bacaan antar mad? Apa semua itu cukup sebatas wacana tanpa perlu dipraktikkan?
Dari bukti empiris yang ada, apa kita masih merasa tidak perlu lagi minta tashih baca Al-Qur’an kepada ulama yang kompeten di bidangnya dengan dalih kita sudah menjadi ustadz dan pernah mengaji tajwid kala pelajar?
Sebagai penutup, untuk lebih memotivasi diri dan meningkatkan rasa cinta kepada Al-Qur’an, mari kita perhatikan dan amalkan sabda Rasulullah saw. tentang orang yang mahir membaca Al-Qur’an.
اَلْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
 “Orang yang membaca Al-Qur’an, (dan) ia mahir, kelak mendapat tempat dalam surga bersama-sama dengan para Rasul yang mulia lagi baik. Dan orang yang membaca Al-Qur’an tetapi tidak mahir, membacanya tertegun-tegun dan tampak agak berat lidahnya (belum lancar), ia akan mendapat dua pahala (pahala membaca Al-Qur’an dan pahala karena kepayahan/kesulitan yang dialami).” (Muttafaq ‘alayh. Adapun lafazh hadits menurut riwayat Imam Muslim)
Tidakkah kita rindu bertemu pemimpin, junjungan dan manusia termulia yang sangat kita cintai, Rasulullah Muhammad saw?
Tidakkah kita ingin satu tempat bersama Nabi saw di surga nanti?
Tidakkah pula kita ingin berada di dalam surga bersama-sama para Rasul Allah?
Masuk surga saja sudah rahmat yang sangat agung, apalagi bisa mendapat tempat di surga bersama-sama dengan para Rasul yang mulia. Semoga Allah SWT senantiasa menolong kita agar bisa tetap berusaha bisa fasih membaca Al-Qur’an dan kelak mengumpulkan kita bersama para Rasul di surga-Nya, amin.

Daftar Pustaka


Achmad Faisol, “Muhâsabah (Introspeksi Diri)Apakah Implementasi Keberagamaan (Islam) Kita Ada yang Kurang?!”, Ebook, April 2011/ Jumadal Ula 1432 H
Irena Handono, Hj, et al, Islam Dihujat—Menjawab Buku The Islamic Invation (Robert Morey)
M. Abdul Manaf Hamid, “Pengantar Ilmu Shorof Ishthilahi—Lughowi”, P.P Fathul Mubtadin—Prambon, Nganjuk, Jawa Timur, Edisi Revisi
Muhammad Basori Alwi Murtadho, KH, “Pokok-Pokok Ilmu Tajwid”, Pesantren Ilmu Al-Qur’an (PIQ) Malang, Cetakan XVII : September 1993

Software:
Maktabah Syamilah al-Ishdâr ats-Tsâlits



#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#

1 comment:

  1. Terimah kasih telah berbagi ilmu,
    Semoga bermanfaat...

    oia salam kenal
    dari
    Pedagang Al Quran Readpen PQ15

    ReplyDelete