Mencari Data di Blog Ini :

Friday, June 3, 2011

Kita Sebenarnya Bisa Khusyu’ Tapi Enggan (1 of 7)

Mari kita ingat lagi kegiatan sehari-hari. Kalau kita senang sekali menonton televisi, misalnya pertandingan bola, Moto GP, Formula 1 atau anak kecil bermain PS (Play Station), bukankah saat melakukannya kita tak merasa terganggu walau banyak hal terjadi di sekitar kita? Ya, seperti itulah khusyu’—hadirnya hati, pikiran dan anggota tubuh untuk sesuatu yang sedang kita kerjakan.

Anehnya, kemampuan tersebut tidak kita aplikasikan dalam shalat. Bahkan saat ini, dengan semakin beragamnya acara televisi, ada istilah baru, yaitu “Shalat Kejar Tayang”. Misal kita sedang menonton acara yang kita suka bahkan kita cinta setengah mati, ternyata waktu shalat maghrib tiba, apa yang kita lakukan?

Karena sayang melewatkan acara yang bagus, maka pada tayangan iklan (commercial break) pertama, kita berwudhu dan menyiapkan perlengkapan shalat. Setelah semua persiapan selesai, kita menonton lagi lanjutan acara. Pada iklan kedua, kita lakukan shalat, dan kita sudah merancang dengan teliti dan akurat, bak seorang programmer ulung, agar shalat kita selesai sebelum atau minimal bersamaan dengan berakhirnya iklan. Dengan begitu kita tidak tertinggal sedetik pun acara kegemaran kita. Benar-benar shalat kejar tayang, artinya berkejaran dengan tayangan iklan. Mâsyâ Allâh.

Mengapa kemampuan kita untuk khusyu’ tidak kita terapkan saat shalat? Hanya diri kita sendirilah yang mengetahui jawabannya. Kalau kita sudah tahu caranya, sebenarnya tak perlu lagi dijelaskan secara panjang lebar bagaimana cara shalat khusyu’. Bagian selanjutnya dari sub bab ini bisa diloncati. Namun demikian, karena menuntut ilmu itu wajib, maka sebaiknya uraian tentang shalat khusyu’ berikut ini tidak kita lewati. Semoga bisa menambah amal kebaikan kita dan menjadi ilmu yang bermanfaat, amin.

Dalam sebuah ceramah agama, seorang Kyai berkata, “Shalat merupakan oleh-oleh terindah pada saat Imam para Nabi, Rasulullah saw. Isra’ dan Mi‘raj. Saat Mi‘raj, Nabi Muhammad saw. melakukan perjalanan ke langit, sidratil muntaha, bayt al-ma‘mûr dan lebih dekat lagi. Ketika itulah Nabi mendapat perintah shalat 5 (lima) waktu. Shalat adalah ibadah yang menakjubkan. Setiap shalat dilakukan setiap saat dan setiap saat dilakukan setiap shalat. Benar-benar ibadah yang menakjubkan!”

Menjelaskan maksudnya, Kyai tersebut melanjutkan, “Setiap shalat fardhu dilakukan setiap saat. Misal saat ini di Surabaya dikerjakan shalat Zhuhur, beberapa menit kemudian, di kota lain dikerjakan shalat tersebut. Begitu seterusnya sampai jam berapa pun, ada yang melaksanakan shalat Zhuhur. Shalat-shalat yang lain juga sama.

Sedangkan yang dimaksud setiap saat dilakukan setiap shalat adalah ketika kita melaksanakan shalat Zhuhur, maka di belahan bumi yang lain akan ada yang mengerjakan shalat Ashar, Maghrib, Isya’ dan Subuh.” Subhânallâh.

Mengetahui keutamaan dan kehebatan shalat, akan membuat diri kita semakin kagum dan menginginkan shalat. Dengannya, kita akan lebih senang dan tenang dalam mendirikannya.

Shalat dibutuhkan oleh pikiran dan akal manusia, karena ia adalah pengejawantahan dari hubungannya dengan Tuhan, hubungan yang menggambarkan pengetahuannya tentang tata kerja alam raya ini, yang di bawah satu kesatuan sistem.

Shalat menggambarkan tata intelegensia semesta total, yang sepenuhnya diawasi dan dikendalikan oleh satu kekuatan Yang Maha Dahsyat dan Maha Mengetahui, Allah Yang Maha Esa. Bila demikian, maka tidaklah keliru bila dikatakan bahwa semakin mendalam pengetahuan kita tentang tata kerja alam raya ini, akan semakin tekun dan khusyu’ pula kita melaksanakan shalat.

Shalat merupakan kebutuhan jiwa, kebutuhan untuk mewujudkan manusia seutuhnya. Tidak seorang pun dalam perjalanan hidupnya yang tidak pernah mengharap atau merasa cemas. Hingga pada akhirnya, sadar atau tidak, ia menyampaikan harapan dan keluhannya kepada Yang Maha Kuasa. Dan tentunya sungguh tidak sopan apabila kita datang menghadapkan diri kepada Allah hanya pada saat diri kita didesak oleh kebutuhan.

Shalat adalah penyejuk jiwa, kala kesedihan dan derita menimpa. Shalat merupakan penyejuk saat rasa takut, kuatir dan cemas hinggap di benak kita. Rasulullah bersabda,
جُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِيْ فىِ الصَّلاَةِ
“Dijadikan kesejukan mataku dalam shalat.” (HR Hakim dan Nasa’i)

Shalat dibutuhkan oleh masyarakat manusia, karena shalat dalam pengertiannya yang luas, merupakan dasar-dasar pembangunan. Orang Romawi kuno mencapai puncak keahlian dalam bidang arsitektur, yang hingga kini tetap mengagumkan para ahli, juga karena adanya dorongan tersebut.

Apa yang dikatakan Rasulullah saw. ketika menyifati tentang keutamaan shalat lima waktu? Bagaimanakah cara beliau menjelaskannya?

أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْئٌ؟ قَالُوْا لاَيَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْئٌ قَالَ فَذَاِلكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُوا اللهَ بِهِنَّ الْخَطَايَا
Bagaimanakah pendapat kalian kalau sebuah sungai berada di muka pintu (rumah) salah satu dari kalian, dan ia mandi setiap hari lima kali. Apakah masih ada yang tertinggal kotorannya (tubuhnya masih kotor)? Sahabat menjawab, “Tidak.” Rasulullah bersabda lagi, “Maka demikianlah shalat lima waktu. Dengannya Allah menghapus dosa-dosa.”(Muttafaq ‘alayh)

Semakin kita meningkatkan sujud pada Allah, semakin banyak pula manfaat dan derajat yang didapat.

عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُوْدِ ِللهِ فَإِنَّكَ لاَتَسْجُدُ ِللهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ اللهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيْئَةً
Engkau harus memperbanyak sujud kepada Allah, karena sesungguhnya tiada sekali-kali engkau bersujud kepada Allah sekali sujud, kecuali Allah mengangkatmu satu derajat karenanya dan menghapus satu kesalahan (dosa) darimu karenanya. (HR Muslim dan Tirmidzi)

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Rabi‘ah al-Aslamy, dia bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasul, aku memohon padamu agar aku dapat menjadi temanmu di surga.” Rasulullah saw. bersabda,

فَأَعِنِّيْ عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُوْدِ
“Tolonglah aku agar dapat membantumu dengan memperbanyak sujud.”
(HR Muslim)

Daftar Pustaka:
  • ‘Aidh al-Qarni, Dr, “Sentuhan Spiritual ‘Aidh al-Qarni (Al-Misk wal-‘Anbar fi Khuthabil-Mimbar)”, Penerbit Al Qalam, Cetakan Pertama: Jumadil Akhir 1427 H/Juli 2006
  • Sa‘id Hawwa, asy-Syaikh, “Kajian Lengkap Penyucian Jiwa “Tazkiyatun Nafs” (Al-Mustakhlash fi Tazkiyatil Anfus) – Intisari Ihya ‘Ulumuddin”, Pena Pundi Aksara, Cetakan IV: November 2006

Tulisan ini berlanjut ke : Kita Sebenarnya Bisa Khusyu’ Tapi Enggan (2 of 7)

#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#

0 comments:

Post a Comment