Mencari Data di Blog Ini :

Friday, May 27, 2011

Kok Bisa, Orang Shalat Digoda Setan? (2 of 2)

Hakikat dzikir tidak dapat meresap ke dalam hati kecuali jika hati itu telah disuburkan dengan ketakwaan dan dibersihkan dari sifat-sifat tercela. Dzikrullâh dapat menghalangi lintasan yang akan dilalui setan di dalam hati yang seperti ini. Jika tidak demikian, maka dzikir hanya merupakan bisikan jiwa yang tidak memiliki kekuatan apa-apa di dalam hati, sehingga tidak dapat mengusir setan.

إِنَّ ٱلَّذِيْنَ ٱتَّقَوْا إِذَا مَسَّـهُمْ طَـۤائِفٌ مِّنَ ٱلشَّيْطـٰنِ تَذَكَّرُوْا فَإِذَاهُمْ مُّبْصِرُوْنَ
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. (QS al-A‘râf [7]: 201)

Ayat itu dikhususkan bagi orang yang bertakwa. Perumpamaan setan adalah seperti anjing lapar yang mendekati kita. Jika kita tidak membawa sepotong daging, maka ia akan segera pergi hanya dengan sekali hardikan saja. Hanya dengan suara ia bisa terusir. Tetapi, jika kita membawa sepotong daging, maka ia akan segera menerjang daging itu dan tidak dapat diusir hanya dengan hardikan.

Begitu pula jika hati kosong dari makanan setan, maka setan dapat terusir darinya hanya dengan dzikir. Tetapi jika syahwat telah mendominasi hati, maka hakikat dzikir akan tersingkir ke pinggir hati, sehingga tidak meresap ke lubuknya, lalu setanlah yang bersemayam di lubuk hati itu.

Adapun hati orang-orang yang bertakwa yang tidak terjangkiti hawa nafsu dan sifat-sifat tercela, maka setan datang kepadanya bukan karena terdapat banyak syahwat di situ, melainkan hati itu lupa berdzikir. Apabila ia kembali berdzikir, maka setan akan kabur. Tentang hal ini Allah berfirman:
فَاسْـتَعِذْ بِاللهِ مِنَ ٱلشَّيْطـٰنِ ٱلرَّجِيْمِ
Hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. (QS an-Nahl [16]: 98)

Hadits tentang dzikir juga menjelaskan bahwa Allah-lah yang melindungi kita dari setan, namun hati harus bersih dulu dari makanan setan. Rasulullah bersabda:

مَا سَلَكَ عُمَرُ فَجًّا إِلاَّ سَلَكَ الشَّيْطَانُ فَجًّا غَيْرَ الَّذِي سَلَكَهُ عُمَرُ
Umar tidak menempuh suatu lorong kecuali setan menempuh lorong lain yang tidak dilewati Umar. (HR Bukhari dan Muslim)

Kondisi di atas terjadi karena hati Umar bin Khaththab telah tersucikan dari makanan setan. Jika kita menginginkan agar setan menyingkir dari kita hanya dengan dzikir sebagaimana setan menyingkir dari Umar, tanpa usaha untuk menutup pintu-pintu setan; maka kita seperti orang yang ingin minum obat sebelum berpantang makanan, sedangkan perutnya masih sibuk mengunyah makan keras dan makanan lainnya yang justru memperparah penyakit yang diderita. Kita ibarat pasien yang dilarang oleh dokter untuk makan makanan yang akan memperberat sakit, tapi kita melanggarnya karena mengira obat saja cukup. Padahal obat itu hanya membantu, sedangkan intinya adalah tidak makan apa pun yang merusak tubuh.

Dzikir merupakan obat, sedangkan takwa adalah berpantang, yaitu mengosongkan hati dari berbagai syahwat. Apabila dzikir turun di hati yang kosong kecuali berisi dzikir semata, maka setan akan menyingkir, sebagaimana penyakit hilang dengan turunnya obat di dalam perut yang kosong dari makanan yang dilarang.

Jika kita membantu setan secara tidak langsung dengan amal perbuatan kita, maka kita adalah kawannya sekalipun kita berdzikir dengan lisan. Jika kita berkata bahwa hadits Nabi saw. menyebutkan secara mutlak bahwa hanya dengan berdzikir dapat mengusir setan, maka kita telah keliru memahaminya.

Itulah kenapa ketika kita shalat pun, hati kita bagai diseret-seret oleh setan ke mana-mana. Setan membawa kita berkeliling ke lembah-lembah dan jurang-jurang kebinasaan dunia, bahkan perkara-perkara dunia yang telah terlupakan dapat teringat kembali dalam shalat, misalnya lupa meletakkan kunci kendaraan, pengeluaran yang tidak tercatat, kehilangan dompet dan berbagai urusan dunia lainnya. Setan berdesakan di dalam hati karena kita mengijinkannya, sebab kita telah menjadi kawannya. Tidak mengherankan jika setan tidak lari dari kita, bahkan semakin menambah rasa was-was dalam diri. Na‘ûdzubillâh.

Tugas kita sebagai seorang mukmin adalah menjaga hati. Hati ibarat penguasa dari suatu kerajaan yang akan menghalau setiap musuh yang datang menyerang kerajaan jasadnya. Adapun iman dan ilmu adalah senjata dan perisai untuk menahan dan memukul musuh dari daerah kekuasaannya. Benteng yang kokoh ibarat batu karang di tengah samudera, tahan terhadap berbagai serbuan dan dobrakan.

Bila tidak dijaga, maka hati akan mati. Adapun di antara tanda-tanda hati yang mati ialah tidak ada rasa sedih apabila telah kehilangan kesempatan untuk melakukan taat kepada Allah, tidak juga menyesal atas perbuatan (kelalaian) yang telah dilakukannya. Rasulullah saw. bersabda:

إِنَّ فىِ الْجَسَدِ مُضْغَةٌ اِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّـهُ وَاِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُُلُّـهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
Sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal daging, bila ia baik maka baik pula seluruh jasad, dan apabila ia rusak maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah bahwa gumpalan itu adalah hati. (HR Bukhari dan Muslim)

Demi diterimanya segenap pengabdian, marilah kita bersama-sama mengharap dan memohon kepada Allah:
اللَّهُمَّ تَقَبـَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَامَـنَا
Ya Allah, terimalah shalat dan puasa kami, amin.


Daftar Pustaka:
  • Maktabah Syamilah al-Ishdâr ats-Tsâlits
  • Sa‘id Hawwa, asy-Syaikh, “Kajian Lengkap Penyucian Jiwa “Tazkiyatun Nafs” (Al-Mustakhlash fi Tazkiyatil Anfus) – Intisari Ihya ‘Ulumuddin”, Pena Pundi Aksara, Cetakan IV : November 2006
Tulisan ini lanjutan dari : Kok Bisa, Orang Shalat Digoda Setan? (1 of 2)

#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#

2 comments:

  1. Semoga Allah menyelamatkan kita dari godaan syetan....

    ReplyDelete
  2. Hmm... ini sekaligus juga jawaban pertanyaan:
    - meskipun ibadah kelihatan bagus tapi tetap membuat sesaji untuk leluhur (yang otomatis ditujukan buat setan)
    - shalat mencegah perbuatan keji dan munkar tapi tetap saja ada yang berbuat maksiyat (korupsi, kejahatan besar, dll)

    ReplyDelete