Mencari Data di Blog Ini :

Friday, August 6, 2010

Membaca Doa Tapi Tidak Berdoa (7 of 12)

Jika kita menginginkan dan merencanakan sesuatu, misalnya kita ingin mempunyai mobil dengan spesifikasi yang kita sebutkan; maka energi diri kita akan memancar untuk menarik energi-energi pendukung di seluruh galaksi. Memang, energi dari kita juga harus kuat supaya energi pendukungnya juga kuat. Namun, bila tidak sebesar seharusnya, impian kita tetap terwujud hanya saja mobilnya tidak sebagus yang kita inginkan. Secara teknis, caranya bisa saja karena kita termotivasi sehingga kerja kita bagus kemudian dapat bonus, kita mendapat undian dari sebuah perusahaan sabun cuci, dagangan kita laku keras, bisnis kita lebih lancar atau hal-hal lain yang tetap sesuai hukum alam.


Sayangnya, mereka hanya mengandalkan akal semata. Bahkan mereka membandingkan Tuhan dengan energi. Secara tersirat mereka sebenarnya telah mengatakan bahwa energi itulah Tuhan. Perlu penulis sampaikan di sini perbandingan yang mereka lakukan dan bagaimana menyikapinya. Tujuannya bila ada di antara kita yang menonton filmnya, “The Secret” atau membaca buku yang menjelaskan tentang “Hukum Tarik-Menarik”, kita sudah mengetahui kunci untuk tetap dalam iman.

Mereka mengatakan bahwa Tuhan itu yang pertama ada dan tidak pernah berakhir. Energi juga sama karena energilah yang terlebih dahulu ada di alam semesta ini dan tidak bisa hilang. Tuhan akan seperti prasangka manusia; jika manusia berprasangka baik kepada-Nya, maka Tuhan pun akan mewujudkan kebaikan bagi manusia; sebaliknya, apabila manusia berprasangka buruk kepada Tuhan, maka Tuhan pun akan menjadikan hari-harinya tidak baik. Energi juga mempunyai sifat yang sama sebagaimana contoh di atas. Tuhan tidak bisa musnah, namun Tuhan bisa berubah wujud. Energi pun tidak bisa musnah, hanya berubah wujud, misalnya dari energi gerak menjadi energi panas dan lainnya.

Coba kita perhatikan pernyataan mereka tentang Tuhan dan abaikan tentang energi. Pernyataan terakhir, “Tuhan tidak bisa musnah, namun Tuhan bisa berubah wujud” jelas tidak ada dalam Islam. Mungkin agama yang mereka kenal adalah agama yang mempunyai Tuhan terbilang, atau yang Tuhannya berubah wujud—suatu saat jadi anak, di saat lain jadi bapak dan sebagainya.

Andaikan saja mereka mengenal Islam, agama tauhid, bertuhankan Allah, Tuhan Yang Maha Esa (Al-Ahad), tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan yang pasti tidak pernah berubah wujud. Alhamdulillâh, puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Beliau Yang Maha Memberi Petunjuk (Al-Hâdiy), karena telah memberi hidayah kepada kita sehingga kita mendapat cahaya keimanan.

Semoga Allah senantiasa menjaga keimanan dan keislaman kita hingga kita berjumpa dengan Beliau di surga yang telah dijanjikan; tempat yang keindahannya belum pernah terlihat mata, kedamaiannya belum terdengar oleh telinga dan kenikmatannya tak pernah terbetik dalam hati, amin.

Rasulullah juga mengajarkan sebuah doa yang visi dan misinya sangat agung, yang kita kenal dengan doa sapu jagad. Doa itu berbunyi:

رَبَّنَاۤ ءَاتِنَا فىِ ٱلدُّنْياَ حَسَـنَةً وَفىِ ٱْلآخِرَةِ حَسَـنَةً وَقِنَا عَـذَابَ ٱلنَّارِ
Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka. (QS al-Baqarah [2]: 201)

Doa ini mengumpulkan kebaikan di dunia dan di akhirat. Kebaikan dunia adalah setiap perkara yang disenangi. Kebaikan yang diharap itu berupa kesehatan, rasa aman, hidup enak, kesehatan jiwa, anak-anak yang shaleh dan berbakti, istri yang shalihah dan setia, rumah yang layak, ilmu yang bermanfaat, amal shaleh, kendaraan yang nyaman dan nama baik. Ini semua disetai dengan terhindarnya diri dari segala sesuatu yang tidak diinginkan seperti fitnah, musibah, sakit, akhlak tercela, lemah iman, jarang memikirkan Allah, anak durhaka, istri yang tidak setia, tetangga yang tidak baik, kesulitan hidup, beban hutang dan reputasi buruk.

Kebaikan dunia sangat banyak, sedangkan kebaikan akhirat yang paling tinggi adalah keberhasilan menggapai ridha Allah, memasuki surga-Nya, melihat-Nya yang telah lama dirindukan, bersahabat dengan para nabi dan rasul serta hamba-hamba Allah yang shaleh di dalam kampung kemuliaan-Nya. Juga kebaikan itu berupa keselamatan dari siksa neraka serta segala kekejian yang ada di dalamnya.

Demikianlah doa ini mencakup segalanya. Namun, janganlah kita lupa, bahwa itu semua harus disertai dengan tindakan yang mendekatkan diri kita untuk mencapainya. Berarti kita harus bekerja keras untuk bisa bahagia di dunia, serta bersungguh-sungguh dalam beribadah (mujâhadah) untuk meraih kebahagiaan di akhirat. Kita juga harus terus menuntut ilmu tak kenal henti sampai ajal menjemput kita. Kita sudah diajari bahwa siapa yang menginginkan kebahagiaan di dunia, maka raihlah dengan ilmu; siapa yang menginginkan kebahagiaan di akhirat, maka raihlah dengan ilmu; dan siapa yang menginginkan kebahagiaan di dunia serta akhirat, maka raihlah dengan ilmu. Marilah kita haturkan doa sebagaimana ‘Aidh al-Qarni memanjatkan doanya:

Para raja, jika hamba sahaya telah menjadi dewasa
Mereka membebaskannya sebagai orang merdeka
Dan Engkau wahai Penciptaku lebih utama dan mulia
Aku lanjut usia dalam penghambaan ini
Maka bebaskan hamba-Mu dari neraka


Daftar Pustaka :
‘Aidh al-Qarni, Dr, “Lâ Tahzan – Jangan Bersedih”, Qisthi Press, Cetakan Ketiga puluh enam : Januari 2007
  • M. Quraish Shihab, Dr, “‘Menyingkap’ Tabir Ilahi – Al-Asmâ’ al-Husnâ dalam Perspektif Al-Qur’an”, Penerbit Lentera Hati, Cetakan VIII : Jumadil Awal 1427 H/September 2006
  • Rhonda Byrne, “Rahasia (The Secret)”, PT Gramedia Pustaka Utama, Cetakan Kelima : Juni 2007


  • Tulisan ini lanjutan dari : Membaca Doa Tapi Tidak Berdoa (6 of 12)
    Tulisan ini berlanjut ke : Membaca Doa Tapi Tidak Berdoa (8 of 12)
    #Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#

    0 comments:

    Post a Comment