Al-Qur’an, yang selalu kita peringati turunnya (Nuzûl Al-Qur’an), bertujuan antara lain:
- Membersihkan akal dan menyucikan jiwa dari segala bentuk syirik serta memantapkan keyakinan tentang keesaan yang sempurna bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Keyakinan yang tidak semata-mata sebagai suatu konsep teologis, tapi falsafah hidup dan kehidupan umat manusia.
- Mengajarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, yakni bahwa umat manusia merupakan suatu umat yang seharusnya dapat bekerja sama dalam pengabdian kepada Allah dan pelaksanaan tugas kekhalifahan.
- Menciptakan persatuan dan kesatuan. Bukan saja antar suku dan bangsa, tetapi kesatuan alam semesta, kehidupan dunia dan akhirat, natural dan supra natural, ilmu-iman-rasio, kebenaran, kepribadian manusia, kemerdekaan dan determinisme, sosial, politik serta ekonomi. Kesemuanya berada di bawah satu keesaan, yaitu Keesaan Allah SWT.
- Mengajak manusia berpikir dan bekerja sama dalam bidang kehidupan bermasyarakat dan bernegara melalui musyawarah dan mufakat yang dipimpin oleh hikmah.
- Membasmi kemiskinan material dan spiritual, kebodohan, penyakit, penderitaan hidup, pemerasan manusia atas manusia dalam bidang sosial, ekonomi, politik dan agama.
- Memadukan kebenaran dan keadilan dengan rahmat dan kasih sayang, dengan menjadikan keadilan sosial sebagai landasan pokok kehidupan masyarakat.
- Memberi jalan tengah antara falsafah monopoli kapitalisme dengan falsafah kolektif komunisme. Menciptakan ummatan wasathan yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
- Menekankan peranan ilmu dan teknologi, guna menciptakan suatu peradaban yang sejalan dengan jati diri manusia, dengan panduan dan paduan Nur Ilahi.
Demikian itu sebagian tujuan kehadiran Al-Qur’an, tujuan yang terpadu dan menyeluruh, bukan sekadar mewajibkan pendekatan religius yang bersifat ritual atau mistik, yang dapat menimbulkan formalitas dan kegersangan. Al-Qur’an adalah petunjuk-Nya yang bila dipelajari akan membantu kita menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman bagi penyelesaian berbagai problem hidup. Apabila dihayati dan diamalkan akan menjadikan pikiran, rasa dan karsa kita mengarah kepada realitas keimanan yang dibutuhkan bagi stabilitas dan ketentraman hidup pribadi dan masyarakat.
Para ulama menasihatkan, “Siapa menghendaki nasihat bagi dirinya, hendaknya ia menjadikan Al-Qur’an sebagai teman untuk melewatkan malam dan penghibur diri.”
Dia utamakan umat Muhammad dengan Qur’an mulia
Ditempatkan semuanya di penjuru dunia
Di tangan Muhammad purnama terbelah dua
Tapi Al-Qur’an adalah mukjizat terbesarnya
Yang selalu terjaga kesucian dan kemurniannya
Dia selamatkan kita dari kekufuran yang nista
Jika tidak, kita niscaya sudah binasa sudah lama
Maka, ayo kita hilangkan kedunguan kita
Agar selamat dari neraka yang apinya terus menyala
(buah karya Ibnu Hazm)
Marilah kita bersama-sama mengharap dan memohon kepada Allah:
اللَّهُمَّ اجْعَلِ الْقُرْآنَ شَاهِدًا لَنَا لاَ شَاهِدًا عَلَيْنَا
Ya Allah, jadikanlah Al-Qur’an saksi yang mendukung kami, bukan saksi yang memberatkan kami, amin.
Daftar Pustaka :
- Ibnu Hazm al-Andalusi, “Di Bawah Naungan Cinta (Thawqul Hamâmah) – Bagaimana Membangun Puja Puji Cinta Untuk Mengukuhkan Jiwa”, Penerbit Republika, Cetakan V : Maret 2007
- M. Quraish Shihab, Dr, “‘Membumikan’ Al-Qur’an”, Penerbit Mizan, Cetakan XXX : Dzulhijjah 1427H/Januari 2007
- M. Quraish Shihab, Dr, “Wawasan Al-Qur’an – Tafsir Maudhu‘i atas Pelbagai Persoalan Umat”, Penerbit Mizan, Cetakan XIX : Muharram 1428H/ Februari 2007
Tulisan ini lanjutan dari : Meragukan Al-Qur’an? Na‘ûdzubillâh (7 of 8)
#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#
AMIN YA Rabbal alamin. MasyaAllah luar biasa.
ReplyDelete