Bagaimana kehebatan Al-Qur’an dalam mengisahkan sebuah peristiwa? ‘Aidh al-Qarni menjelaskan dengan begitu runtut dan indah tentang bagaimana Al-Qur’an menceritakan sebuah kisah. Sungguh mencengangkan dan menakjubkan!
Kisah dalam Al-Qur’an adalah kisah yang mengalirkan air mata hidayah dan mendatangkan cahaya dalam jiwa. Kisah dalam Al-Qur’an adalah kebenaran nyata dan ilmu yang benar. Kisah dalam Al-Qur’an adalah yang paling baik, paling meyakinkan serta paling indah dan lengkap. Salah satu kisah dalam Al-Qur’an adalah kisah Nabi Yusuf as.
Kisah Nabi Yusuf as. memuat nilai-nilai edukatif yang mengangkat jiwa ke atas derajat keutamaan dan mengantarkannya menuju alam kesempurnaan. Dalam kisah ini dituturkan tentang akhir perjalanan hidup orang yang beriman pada Allah serta teguh, ikhlas dan sabar menjalankan perintah dalam berdakwah dan berjuang di jalan-Nya. Dipaparkan akhir dari sebuah makar dan akibat buruk perbuatan itu, termasuk penyakit hasud yang menular. Dikemukakan pula pentingnya jiwa kesabaran dalam menunggu datangnya pertolongan, sikap berbaik sangka kepada Allah, optimisme yang positif, yakin pada janji Allah, ridha atas perintah-Nya dan menerima segala yang menjadi pilihan-Nya.
Dalam kisah Nabi Yusuf as. digambarkan keagungan jiwa takwa, keindahan menjaga kehormatan diri, mulianya kesetiaan pada Allah dan mengedepankan ketaatan pada-Nya, serta memenangkan diri atas hawa nafsu penyeru kejahatan (an-nafsu al-ammâratu bis-sû’i) dan potensi jiwa muda yang agresif. Pada kisah ini diketahui bahwa mimpi itu ditakwilkan, perumpamaan dipaparkan, nasihat disampaikan, dan pelajaran dituangkan. Kisah ini juga memuat tentang baju yang berlumur darah, baju yang terkoyak dari belakang, dan baju yang dilemparkan kepada seorang buta yang sekonyong-konyong dapat melihat kembali.
Pada kisah Nabi Yusuf as. ini diungkapkan bahwa ada seorang lelaki dituduh menyeleweng dengan seorang wanita, ada lelaki yang dituduh meracuni, dan ada seekor srigala didakwa melakukan kejahatan pembunuhan. Dikisahkan pula tentang seorang anak yang berjuang melawan maut, saudara-saudara kandung yang terbakar api kedengkian, dan seorang ayah yang kelewat cinta pada anaknya. Di dalam kisah ini, tersebut pula tentang sebuah sumur dimana seorang anak dijerumuskan ke dalamnya, kafilah yang memperdagangkan budak, raja yang lalai akan urusan kerajaan, wanita cantik yang diamuk hawa nafsu, dan jeruji besi yang dihuni seorang penyeru kebaikan.
Dalam kisah ini terdapat cerita tentang seorang lelaki tua yang menangis dengan hebat hingga kehilangan penglihatan, kafilah yang bergerak membelah padang pasir mencari penghidupan, pundi-pundi raja yang raib, pengadilan dan para saksinya, serta rangkaian peristiwa yang tidak diperkirakan akan terjadi. Setiap episode berakhir pada kerumitan, setiap babak berujung pada kebuntuan, dan di setiap perjalanan tersimpan hikmah.
Termuat pula kisah tentang luapan air mata dan keluh kesah, ratapan dan pengaduan, tuduhan dan kenyataan, makar dan isu, keterpurukan dan kejayaan, kesendirian dan keterasingan, kegembiraan saat bersua, suka cita dalam kebersamaan, dan kemiskinan yang menghimpit. Selain itu diceritakan juga tentang jiwa amarah dan jiwa muthmainnah, kenabian dan kekuasaan, wanita-wanita terhormat dan pelayan-pelayannya, pemuda dan tetua, serta penjualan dan pembelian. Ada pula pengungkapan mengenai pakaian dari dunia busana, wanita dalam dunia kewanitaannya, serigala dan tujuh ekor sapi dari dunia binatang, serta takaran (timbangan) dari dunia logam.
Dalam kisah ini terungkap kisah mengenai anak yang kehilangan keluarganya, dicelakai oleh saudara-saudara kandungnya dan ditangisi oleh sang ayah, lalu diperjual-belikan di pasar budak, kemudian menjadi pelayan di sebuah istana, hingga hidup terlunta-lunta dalam terali besi. Namun sesudahnya ia mendapatkan kebahagiaan, memegang jabatan, mencapai kejayaan setelah menggapai semua cita-citanya, lalu meninggalkan dunia.
Episode tersebut merupakan episode yang selalu kita temui di mana pun kita berada. Ini juga merupakan gambaran-gambaran hidup yang selalu membayang ke mana pun kita menghadap. Setiap episode dan peristiwa membuat hati berdebar. Begitulah, betapa menakjubkan bagaimana cara Al-Qur’an menceritakan sebuah kisah.
Al-Qur’an bukanlah perkataan manusia, bukan cerita yang dibuat-buat dan bukan pula karangan pujangga.
Al-Qur’an adalah firman Allah kepada pengucap paling jujur, Rasulullah Muhammad saw. melalui Ruhul Amin, Malaikat Jibril. Al-Qur’an adalah pancaran kebenaran dan cahaya.
Al-Qur’an itu, siapa yang membacanya akan mendapat pahala, yang mengamalkan mendapat pahala dan yang merenungkannya mendapat pahala.
Al-Qur’an membawa kesembuhan lahir dan batin serta membimbing manusia menuju surga.
Al-Qur’an mengajarkan pada manusia tentang iman, kasih sayang dan optimisme.
Jika Al-Qur’an berbicara tentang azab, ia mampu menghadirkan suasana mencekam dalam hati dan membuat tubuh bergetar.
Jika Al-Qur’an bertutur tentang kenikmatan dan keindahan surga, jiwa bersuka cita, berdendang dan merasa rindu.
Jika Al-Qur’an mengingatkan manusia tentang kematian, mereka bisa menangis dibuatnya.
Jika Al-Qur’an bercerita tentang kesenangan hidup duniawi, pikiran pun akan melayang.
Al-Qur’an telah menempatkan masing-masing sudut permasalahan dengan penekanan yang bisa memengaruhi dan memberi porsi keindahan bahasa secara tersendiri.
Al-Qur’an telah mengetuk pintu dunia, menggetarkan hati dan mencengangkan akal.
Al-Qur’an telah menundukkan para ahli ilmu bahasa dan mengungguli orang-orang fasih, sehingga manusia tidak akan mampu menggapai ketinggian Al-Qur’an ataupun mendekati derajat Al-Qur’an. Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Qur’an pada hamba-Nya agar dijadikan bahan peringatan.
Daftar Pustaka :
- ‘Aidh al-Qarni, Dr, “Nikmatnya Hidangan Al-Qur’an (‘Alâ Mâidati Al-Qur’an)”, Maghfirah Pustaka, Cetakan Kedua : Januari 2006
Tulisan ini lanjutan dari : Meragukan Al-Qur’an? Na‘ûdzubillâh (6 of 8)
Tulisan ini berlanjut ke : Meragukan Al-Qur’an? Na‘ûdzubillâh (8 of 8)
#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#
0 comments:
Post a Comment