Di kitab “Tathrîz Riyâdhish Shâlihîn” dan “Dalîlul Fâlihîn li-Thuruqi Riyâdhish Shâlihîn”—keduanya syarah (penjelasan) kitab Riyadhus Shalihin—terdapat penjelasan:
إنَّ الصَّدَقَةَ
تَدْفَعُ اْلبَلاَءَ
Sesungguhnya
sedekah dapat menolak malapetaka.
Ada yang berpendapat bahwa sedekah yang dimaksud di sini bukan sedekah
harta benda (shadaqatul mâliyah) tapi non materi
misalnya mendamaikan dua orang dengan adil, ucapan baik, langkah menuju tempat
shalat dan ibadah-ibadah nafilah lainnya. Namun Syaikh Ibnu ‘Allan—penulis kitab “Dalîlul
Fâlihîn li-Thuruqi Riyâdhish Shâlihîn”—juga mencantumkan hal ini ketika menjelaskan
hadits tentang perumpamaan orang kikir dan orang yang menginfakkan rezeki di
jalan Allah. Banyak pula ulama yang menguraikan bahwa sedekah di sini bersifat
umum. Wallâhu a‘lam.
Ada pula ungkapan (maqâlah)
yang
cukup masyhur tentang sedekah dapat menolak bala, yaitu:
صَدَقَةُ اْلقَلِيْلِ
تَدْفَعُ اْلبَلاَءَ الْكَثِيْرَ
Sedekah sedikit dapat menolak banyak malapetaka.
Meskipun ungkapan terakhir
bukan hadits, tapi para ulama menjelaskan bahwa makna yang dikandungnya benar.
وَالْيَدُ الْعُلْياَ
خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُوْلُ
Tangan di atas lebih baik daripada tangan di
bawah. Mulailah dari yang menjadi tanggunganmu (memiliki hubungan kerabat).
(HR Ahmad, Baihaqi, Darimi, Muslim, Nasa’i dan Thabrani)
الصَّدَقَةُ عَلَى
الْمِسْكِيْنِ صَدَقَةٌ وَعَلَى ذِي الرَّحِمِ ثِنْتَانِ صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ
Sedekah kepada orang miskin adalah satu sedekah,
sedangkan sedekah kepada kaum kerabat adalah dua sedekah, satu sedekah dan satu
lagi menyambung silaturahmi. (HR
Ahmad, Baihaqi, Darimi, Hakim, Ibnu Hibban, Ibnu Khuzaimah, Ibnu
Majah, Nasa’i, Thabrani dan Tirmidzi)
Imam Nawawi menulis di kitab beliau “Al-Adzkâr an-Nawawiyyah” sebuah hadits yang menjelaskan bahwa sedekah dapat menghapus kesalahan, noda atau dosa yang pernah kita lakukan.
وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ
الْخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ
Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air
memadamkan api. (HR Tirmidzi)
Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh imam-imam hadits lain. Untuk
mengetahuinya bisa dicari misalnya di software Maktabah Syamilah. Secara lafazh,
semua riwayat sama pada kalimat:
وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ
الْخَطِيْئَةَ
Nah, siapakah yang tak
ingin terhapus dosanya?
إنَّ الصَّدَقَةَ
لَتُطْفِئُ عَنْ أَهْلِهَا حَرَّ اْلقُبُوْرِ وإنَّمَا يَسْتَظِلُّ
الْمُؤْمِنُ يَوْمَ القِيَامَةِ فِيْ ظِلِّ صَدَقَتِهِ
Sedekah memadamkan panasnya siksaan kubur.
Sesungguhnya orang mukmin akan mendapat naungan di Hari Kiamat di dalam naungan
sedekahnya. (HR Thabrani)
Adakah yang berkeinginan
mendapat siksa kubur?
Adakah yang
berangan-angan memperoleh siksa kubur?
Adakah yang bermimpi ingin
merasakan siksa kubur?
Bila tidak ada, akankah
kita abaikan bersedekah?
اِتَّقُوا النَّارَ
وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ
Bentengilah (jauhkanlah)
diri kalian dari neraka, walau dengan sebiji kurma. (Muttafaq
‘alayh)
Siapakah yang mampu bertahan
di atas api kompor gas?
Siapakah yang sanggup
bertahan di lahar panas gunung berapi?
Jika di kedua kasus
tersebut saja tak ada, tentu tak ada yang sanggup menerima pedihnya siksa
neraka.
Bila demikian adanya, apa
kita tak hendak membuat benteng agar tidak terkena api neraka?
مَنْ أَنْفَقَ زَوْجَيْنِ
فِي سَبِيلِ اللهِ نُودِىَ فِي الْجَنَّةِ يَا عَبْدَ اللهِ هَذَا خَيْرٌ. فَمَنْ كَانَ
مِنْ أَهْلِ الصَّلاَةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّلاَةِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجِهَادِ
دُعِيَ مِنْ بَابِ الْجِهَادِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ
الصَّدَقَةِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصِّيَامِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الرَّيَّانِ
Orang yang menginfakkan dua harta di jalan Allah, maka
akan dipanggil oleh salah satu pintu surga, “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk
menuju kenikmatan.” Yang berasal dari golongan yang suka mendirikan shalat, akan
dipanggil dari pintu shalat. Yang berasal dari kalangan mujahid, akan dipanggil
dari pintu jihad. Yang berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan
dipanggil dari pintu sedekah. Yang ahli puasa akan dipanggil dari pintu Rayyan.”
(Muttafaq ‘alayh. Adapun lafazh hadits menurut riwayat Imam Muslim)
Sebenarnya masih banyak hadits yang mengupas
keutamaan sedekah. Sengaja penulis batasi 7 (tujuh) bahasan tapi sudah mencakup
kemaslahatan di kehidupan dunia ini, alam kubur hingga akhirat kelak. Semoga
Allah SWT senantiasa memberikan hidayah, pertolongan dan rezeki kepada kita
semua sehingga kita bisa senantiasa bersedekah, amin.
Daftar Pustaka
Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi, asy-Syaikh, “Al-Adzkâr an-Nawawiyyah”
Achmad Faisol, “Muhâsabah (Introspeksi Diri)—Apakah Implementasi
Keberagamaan (Islam) Kita Ada yang Kurang?!”, Ebook, April 2011/ Jumadal Ula 1432 H
Faishol bin Abdul ‘Aziz Âlu Mubarok, asy-Syaikh, “Tathrîz Riyâdhish Shâlihîn”
Ibnu Hajar al-‘Asqalani, al-Hâfizh, “Bulûghul
Marâm – Min
Adillatil Ahkâm”
Software:
Maktabah
Syamilah al-Ishdâr
ats-Tsâlits
Web
site:
http://muslim.or.id/ramadhan/dahsyatnya-sedekah-di-bulan-ramadhan.html,
“Dahsyatnya Sedekah di Bulan Ramadhan”
Tulisan
ini lanjutan dari: Memberi
Makanan Berbuka=Puasa (2 of 3)
#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati
semua umat Islam, amin...#
0 comments:
Post a Comment