Belajar tajwid dan makhraj (tempat keluarnya huruf-huruf hija’iyah dari mulut atau tenggorokan) agar tidak salah dalam membaca Al-Qur’an serta tidak merubah arti ketika membaca tulisan berbahasa Arab.
Belajar fiqh untuk mengetahui syarat, rukun dan
batalnya ibadah sehari-hari.
Belajar sirah/tarikh untuk mengetahui dan
mengambil pelajaran dari kehidupan Rasulullah saw, sahabat serta para ulama.
Belajar tafsir untuk memahami kandungan kalam
Ilahi demi memperkokoh keimanan dan ketakwaan.
Belajar kedokteran untuk mengetahui betapa Allah
menciptakan sistem tubuh kita begitu sempurna, juga untuk menolong sesama
karena Allah.
Belajar telekomunikasi untuk mempererat silaturahmi,
mendekatkan yang jauh sesuai perintah agama.
Belajar teknologi informasi untuk membuat aplikasi
yang bermanfaat bagi hidup dan kehidupan serta penyebaran ajaran agama.
Intinya, ilmu
harus membimbing pemiliknya semakin dekat kepada Ilahi. Namun kadangkala kita
justru melupakan Sang Pemilik Kehidupan ketika keasyikan bergulat dengan ilmu.
Terkadang,
tatkala sedang asyik-asyiknya membuat program, kita sebagai programmer kurang minat
membaca Al-Qur’an.
Terkadang,
saat sibuk belajar atau mengerjakan tugas, kita justru terlelap kala Subuh
menyapa.
Terkadang,
kita terbuai oleh praktikum yang sedang dikerjakan hingga shalat Dhuha
tertinggalkan.
Terkadang,
kita begitu semangat belajar hadits tapi hanya untuk berbantah-bantahan dan
berbangga diri jika lawan debat kita kalah dan mengakui kehebatan kita.
Imam Ibnu Katsir menulis di tafsirnya:
وعن
ابن مسعود رضي الله عنه، أنه قال: لَيْسَ الْعِلْمُ عَنْ كَثْرَةِ الْحَدِيْثِ، وَلَكِنَّ
الْعِلْمَ عَنْ كَثْرَةِ الْخَشْيَةِ.
Dari
Sahabat Ibnu Mas’ud ra. sesungguhnya beliau berkata, “Ilmu itu bukan banyaknya
meriwayatkan hadits, tetapi ilmu itu banyaknya takut kepada Allah.”
وقال
أحمد بن صالح المصري، عن ابن وهب، عن مالك قال: إِنَّ الْعِلْمِ لَيْسَ بِكَثْرَةِ
الرِّوَايَةِ، وَإِنَّمَا الْعِلْمُ نُوْرٌ يَجْعَلُهُ اللهُ فِي الْقَلْبِ.
Berkata Ahmad
bin Shalih al-Mishri dari Ibnu Wahab dari Imam Malik, beliau berkata, “Sesungguhnya
ilmu itu bukan dari banyaknya meriwayatkan hadits Nabi saw, akan tetapi ia
merupakan nur yang Allah jadikan di dalam hati (bercahaya dalam hati).”
Manfaat ilmu harus
mendekatkan manusia kepada Allah serta menjauhkannya dari kesombongan.
Daftar Pustaka
Maktabah
Syamilah al-Ishdâr
ats-Tsâlits
0 comments:
Post a Comment