Ibnu Khaldun dalam kitabnya yang berjudul “Muqaddimah” menjelaskan bagaimana naluri kepemilikan itu kemudian mendorong manusia bekerja dan berusaha. Hasil kerja tersebut apabila mencukupi kebutuhannya, dalam istilah agama disebut rizqi (rejeki) dan bila melebihinya disebut kasb (hasil usaha). Seorang penyair berkata :
Jika engkau punya ide, maka segera satukan tekad untuk melakukannya
Sebab rusaknya ide itu karena keraguan semata
Dengan demikian, kerja dan usaha merupakan dasar utama dalam memperoleh kecukupan dan kelebihan. Janganlah kita bermalas-malas, pesimis apalagi berputus asa dari rahmat-Nya. Andaikata rasa putus asa itu tiada akan pernah sirna, niscaya kehidupan ini akan menjadi gelap.
Kesulitan hidup akan berubah, belenggu kehidupan akan berujung pada kebahagiaan. Seandainya rasa takut itu kekal, maka jiwa manusia akan sia-sia. Sejatinya setiap ada ketakutan pasti akan berganti dengan ketenangan dan kedamaian. Andaikata kesedihan itu tiada berakhir, niscaya hati manusia akan berguncang. Hakikatnya, setiap kesedihan akan berujung pada suka cita.
Pandanglah dari celah pintu harap agar kita melihat alam yang terbuka, taman harapan yang menghijau dan kebahagiaan yang menyongsong; agar kita menyaksikan perhatian Tuhan menyelimuti diri kita, serta kelembutan-Nya mendekap kita.
Rasulullah saw. pernah bersabda dalam hadits-hadis beliau agar kita bekerja keras, tidak bersedih hati apalagi patah semangat.
لَأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَأْتِيَ بِحُزْمَةٍ الـْحَطَبِ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَـبِيْعَهَا فَيَكُفَّ اللهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْـأَلَ النَّاسَ أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُـوْهُ
Salah seorang di antara kamu mengambil tali, kemudian membawa seikat kayu bakar di atas punggungnya lalu dijualnya, sehingga ditutup Allah air mukanya, itu lebih baik daripada meminta-minta kepada orang, baik ia diberi atau ditolak. (HR Bukhari)
اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْـتَعِنْ بِاللهِ، وَلاَ تَعْجَزْ
Kerjakanlah sesuatu yang bermanfaat bagimu dengan sungguh-sungguh, memohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan patah semangat.
(HR Muslim, Ibnu Majah dan Ahmad)
اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَأَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَأَعُوْذُبِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ، وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sikap ragu-ragu untuk bertindak dan kesedihan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari lemah bertindak (pesimis/putus asa) dan malas. Dan aku berlindung kepada-Mu dari sikap pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada-Mu dari lilitan hutang dan penindasan (tindak semena-mena) orang-orang kepadaku. (HR Abu Daud)
Dalam Al-Qur’an telah ditegaskan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib kita, jika kita tidak mau berusaha mengubahnya.
إِنَّ اللهَ لاَيُغَـيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتـّىٰ يُغَـيِّرُوْا مَا بِأَنْفُسِـهِمْ
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS ar-Ra‘d [13] : 11)
Kalau di tempat kita berdomisili tidak ditemukan lapangan pekerjaan, Al-Qur’an menganjurkan kepada kita untuk berhijrah mencari tempat lain. Pasti kita akan menemukan di bumi ini, tempat perlindungan yang banyak rejekinyaز
Siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rejeki yang banyak. (QS an-Nisâ’ [4] : 100)
Tsabit ibn Zuhair berkata :
Jika seseorang tidak berusaha
Padahal nasibnya telah mengharuskannya berusaha
Dia telah menyia-nyiakan nasibnya itu, dan akan ditinggalkan
Namun orang yang bertekad baja tidak pernah menyerah pada ujian
Akan selalu melihat masalah dengan mata terbuka
Dia adalah penembus zaman, yang selalu bergerak
Jika ditutup satu pintu, dia akan menerobos pintu yang lain
‘Aidh al-Qarni berpesan, “Jika Anda meyakini diri Anda diciptakan hanya untuk meraih hal-hal kecil, maka Anda pun hanya akan mendapatkan yang kecil-kecil saja. Tapi sebaliknya, bila Anda yakin bahwa diri Anda diciptakan utuk menggapai hal-hal besar, niscaya Anda akan memiliki semangat dan tekad besar yang akan mampu menghancurkan semua aral dan hambatan.”
“Dengan semangat itu pula Anda akan dapat menembus setiap tembok penghalang dan memasuki lapangan kehidupan yang sangat luas untuk suatu tujuan hidup mulia. Ini dapat kita saksikan dalam kenyataan hidup. Siapa ikut lomba lari seratus meter misalnya, ia akan merasa capek tatkala telah menyelesaikanya. Lain halnya dengan seorang peserta lomba empat ratus meter, ia belum merasa capek tatkala sudah menempuh jarak seratus atau dua ratus meter. Begitulah adanya, jiwa hanya akan memberkan kadar semangat sesuai dengan kadar atau tingkatan sesuatu yang akan dicapai seseorang. Maka, pikirkan setiap tujuan Anda. Dan jangan lupa, hendaklah tujuan Anda selalu tinggi dan sulit dicapai,” kata ‘Aidh Al-Qarni meneruskan nasihatnya.
Daftar Pustaka :
- ‘Aidh al-Qarni, Dr, “Lâ Tahzan – Jangan Bersedih”, Qisthi Press, Cetakan Ketiga puluh enam : Januari 2007
- Maktabah Syamilah al-Ishdâr ats-Tsâniy
- M. Quraish Shihab, Dr, “Wawasan Al-Qur’an – Tafsir Maudhu‘i atas Pelbagai Persoalan Umat”, Penerbit Mizan, Cetakan XIX : Muharram 1428H/ Februari 2007
Tulisan ini lanjutan dari : Sudah Beriman, Mengapa Hidup Masih Miskin? (1 of 8)
Tulisan ini berlanjut ke : Sudah Beriman, Mengapa Hidup Masih Miskin? (3 of 8)
#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#
0 comments:
Post a Comment