Mencari Data di Blog Ini :

Friday, August 28, 2009

Mengapa Tarawih Semakin Hari Semakin Berat? (1 of 3)

Seperti kita pahami bahwa di bulan Ramadhan, kita disunnahkan melaksanakan shalat Tarawih pada malam hari. Jumlah rakaat shalat Tarawih ada empat pendapat, yaitu 8 (delapan), 10 (sepuluh), 20 (dua puluh) dan 36 (tiga puluh enam).


Para muballigh kita memang jarang menceritakan shalat Tarawih dengan 10 atau 36 rakaat. Adapun bilangan shalat witirnya sama, yaitu 3 (tiga) rakaat. Semuanya baik, jadi tidak perlu saling menyalahkan. Yang lebih perlu diperhatikan adalah yang tidak melaksanakan shalat Tarawih. Di posting ini, penulis menekankan pada hal yang berhubungan dengan introspeksi diri, yaitu perasaan bahwa shalat Tarawih semakin hari semakin berat.


Sebagai pendahuluan, mari kita perhatikan pertanyaan dan pernyataan yang sering kita dengar tentang shalat Tarawih. Pertanyaan yang diajukan adalah, “Mengapa kian hari, shaf shalat Tarawih di masjid kian maju? Bukankah itu berarti bahwa yang melaksanakannya kian sedikit?”


Biasanya jawaban pertanyaan tersebut adalah, “Karena orang lebih sibuk belanja untuk keperluan lebaran. Dengan begitu, pusat perbelanjaan, super market, mall dan plasa penuh, sedangkan isi masjid berkurang.” Menurut penulis, jawaban ini tidak sepenuhnya benar, namun juga tidak keliru.


Jawaban kedua yang disampaikan oleh para ustadz lebih diplomatis, “Ibarat lomba, maka kian hari kian berkurang pesertanya. Itu wajar. Siapa bertahan sampai garis akhir, dialah pemenangnya.”


Sekarang mari kita jawab pertanyaan di atas dengan lebih lengkap. Mengapa barisan shalat Tarawih di masjid kian berkurang?

  • Para pelajar dan mahasiswa biasanya libur di awal puasa. Setelah itu masuk seperti biasa. Bagi pelajar yang ikut kursus sore hari dan mahasiswa yang mengambil kuliah sore, tentu tidak bisa mengikuti shalat Tarawih di masjid karena harus kursus atau kuliah.

  • Pegawai pabrik bagian produksi umumnya bergantian shift. Giliran kerja shift sore (shift II) yaitu pukul 14.00–22.00 atau 15.00–23.00. Bahkan ada juga yang long shift, yaitu pukul 19.00–07.00. Sedangkan di restoran, mall atau plasa, shift sore lazimnya pukul 13.00–22.00. Dengannya, mereka tidak akan bisa ke masjid ketika kewajiban ini memanggil.

  • Beberapa sekolah, kampus dan organisasi kepemudaan mengadakan Pesantren Kilat selama beberapa hari di bulan Ramadhan. Ini artinya para peserta, panitia dan pembina akan shalat Tarawih di tempat kegiatan.

  • Sebagian perusahaan atau instansi mengadakan buka puasa bersama, rata-rata hanya sekali selama puasa. Setelah itu mereka juga shalat Isya’ dan Tarawih berjamaah. Bukankah kegiatan ini tetap mengurangi barisan shaf di masjid?

  • Perempuan yang sudah baligh tentunya ada masa libur dalam sebulan dari beberapa macam aktivitas ibadah, salah satunya adalah shalat.

  • Mendekati hari raya, pusat perbelanjaan memang lebih banyak dikunjungi orang, terutama umat Islam. Mengapa?

    Berdasarkan Peraturan Pemerintah, THR (Tunjangan Hari Raya) minimal dibagikan seminggu sebelum lebaran. Misalnya hari raya jatuh pada hari Selasa. Itu berarti, THR minimal dibagikan hari Selasa sebelumnya. Para pegawai tentunya tidak bisa shopping di siang hari karena harus bekerja. Kalau dipilih hari Sabtu atau Minggu, tentu sudah sangat dekat dengan lebaran, apalagi mereka harus mudik ke kampung halaman. Inilah yang menyebabkan sebagian dari kita berbelanja di sore hari, yang berarti meninggalkan shalat Tarawih di masjid.

    Menurut penulis, sebagai solusi masalah ini, sebaiknya kita menabung dalam masa satu tahun sebelum lebaran. Dengan demikian, kita tidak hanya mengandalkan THR untuk belanja lebaran. Kita bisa belanja di siang hari pada hari libur, sehingga tetap bisa shalat Tarawih berjamaah. Bagi para pekerja dengan gaji setara UMK (Upah Minimum Kota/Kabupaten), mungkin akan terasa berat. Namun, bukankah bila niat sudah bulat, akan ada saja jalannya? Bukankah Allah Maha Membantu hamba-Nya yang ingin berbuat kebaikan? Sebuah pepatah Arab berbunyi :

    مَنْ جَدَّ وَجَدَ

    Siapa bersungguh-sungguh, dia menemukan (berhasil).

    Orang bule berkata, “There is a will, there is a way”, di mana ada kemauan, di situ ada jalan.

  • Mulai hari H-7, kebanyakan orang sibuk mengurusi mudik ke daerah asal. Bagi yang mudik pada malam hari, ada yang mudik setelah Tarawih, namun ada juga yang berangkat setelah buka puasa. Dengan demikian, mereka tengah dalam perjalanan ketika shalat Tarawih didirikan.

  • Saat ini banyak didirikan posko mudik, ada juga yang beroperasi 24 jam. Para petugas posko, baik dari jajaran TNI/Polri, instansi Pemerintah atau swasta, tentunya sedang bertugas ketika para jamaah di masjid melaksanakan shalat Tarawih.

  • Bagi yang mudik dan sudah sampai di kampung halaman, mereka akan shalat Tarawih di daerah masing-masing. Insyâ Allah. Hal ini berarti masjid di kampung halaman semakin ramai, sementara di daerah yang ditinggalkan semakin sepi.

Pertanyaan berikutnya adalah, “Dengan berlalunya hari, mengapa shalat Tarawih terasa semakin berat?”

Dalam pertanyaan tersebut secara sadar atau tidak, tersirat sebuah maksud bahwa semakin hari kita semakin mudah meninggalkan Tarawih, tanpa rasa penyesalan. Sebenarnya, berat atau tidaknya sesuatu bagi setiap pribadi, diri kita masing-masinglah yang mengetahui. Namun, kadang kita mencoba memanipulasi, seharusnya tidak berat tapi dibuat berat. Alasannya klasik, berdalih bahwa agama itu mudah—tidak sulit—jangan dipersulit. Jadi, kalau tidak sempat shalat Tarawih, ya tidak perlu, toh hukumnya sunnah saja.


Daftar Pustaka :

  • Manshur Ali Nashif, asy-Syaikh, “Mahkota Pokok-Pokok Hadis Rasulullah saw. (At-Tâju al-Jâmi‘u lil-Islâmi fî Ahâdîtsi ar-Rasûli)”, CV. Sinar Baru, Cetakan pertama : 1993

Tulisan ini berlanjut ke : Mengapa Tarawih Semakin Hari Semakin Berat? (2 of 3)


#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin…#

4 comments:

  1. matur suwun tentang informasinya. tolong saya dicarikan informasi tentang keutamaan bulan puasa. ini no telp ku 03216251404.weblok.ustadzkimia.blogspot.com semoga kita bisa jalin silaturrohmi

    ReplyDelete
  2. matur suwun juga saya haturkan atas kunjungan sampean...

    saudaraku,
    telah banyak diulas di internet tentang keutamaan ramadhan... cari saja di google "keutamaan ramadhan"...

    begitu dulu, saudaraku... semoga segenap ibadah kita di bulan ramadhan ini diterima Allah SWT, amin...

    ReplyDelete
  3. Assalamu 'alaikum.
    Kunjungi balik za http://ulumiyyah.blogspot.com

    ReplyDelete
  4. speechless... mau koreksi diri dulu. thx tulisannya mengingatkan saya untuk berbenah diri

    ReplyDelete