Mencari Data di Blog Ini :

Friday, July 17, 2009

Menerangi Rumah Orang Lain, Rumah Sendiri Gelap (4 of 4)

Marilah kita ingat lagi nasihat junjungan kita bahwa sebagai seorang mukmin, sudah seharusnya kita senantiasa membaca Al-Qur’an. Dari Abu Musa al-Asy‘ari ra., Rasulullah Muhammad saw. mengingatkan kita dalam sebuah hadits,


مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِيْ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ اْلأُتْرُجَةِ رِيْحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ، وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِيْ لا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ لاَرِيْحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ، ومَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِيْ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الرَّيْحَانَةِ رِيْحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِيْ لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ لَيْسَ لَهَا رِيْحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ

“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an seperti buah limau (jeruk), baunya harum dan rasanya lezat. Orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti tamar/kurma, dia tidak berbau sedang rasanya manis. Orang munafik yang membaca Al-Qur’an seperti pohon kemangi, baunya enak sedang rasanya pahit. Dan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an seperti labu pahit, dia tidak berbau sedang rasanya pun pahit”
(HR Sab‘ah : Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad)

Al-Qur’an juga merupakan hidangan (jamuan) dari Allah. Kalau kita dijamu oleh manusia saja kita bergembira, apakah kita tidak bahagia dijamu oleh Allah? Khalifah Ustman bin Affan ra. berkata, “Demi Allah, andaikan hati kita bersih, niscaya ia tidak akan merasa kenyang dengan Al-Qur’an.”

Untuk bisa memahami bahwa Al-Qur’an adalah hidangan dari Allah, maka kita harus senantiasa belajar untuk menertibkan bacaan, memahami, menghayati dan mengamalkannya. Bukankah sudah kita ketahui bersama bahwa membaca Al-Qur’an secara berulang-ulang akan menimbulkan makna dan pemahaman baru? Dengannya, kita bisa menikmati ayat-ayat Al-Qur’an, merasa senang membaca dan mendengarnya.

Ibnu Athaillah menjelaskan, “Siapa dapat merasakan buah amal ibadahnya di dunia, itulah tanda amal ibadahnya diterima di akhirat.” Buah amal ibadah dapat dirasakan manis-lezatnya. Ketika seorang hamba melaksanakan ibadah, maka dapat dirasakan kelezatan dan kenikmatan yang tiada tara. Apabila seorang hamba belum mampu merasakan kelezatan dan manisnya amal ibadah yang ia lakukan, berarti ia belum mengenyam buah dari ibadahnya.

‘Aidh al-Qarni menerangkan, “Kebajikan itu sebajik namanya, keramahan seramah wujudnya, dan kebaikan sebaik rasanya. Orang-orang yang dapat merasakan manfaat semua itu adalah mereka yang melakukannya. Mereka akan merasakan ‘buah’-nya seketika itu juga dalam jiwa, akhlak dan nurani mereka.”

Abul Laits as-Samarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Mas‘ud ra. Ibnu Mas‘ud berkata,

إِنَّ هٰذَا الْقُرْآنَ مَأْدُبَةُ اللهِ فَتَعَلَّمُوْا مَأْدُبَةَ اللهِ مَااسْتَطَعْـتُمْ. إِنَّ هٰذَا الْقُرْآنَ حَبْلُ اللهِ الْمَتِيْنِ وَنُوْرٌ مُبِيْنٌ وَشِفَاءٌ نَافِعٌ وَعِصْمَةٌ لِمَنْ تَمَسَّكَ بِهِ وَمَنْجَاةٌ لِمَنِ اتَّبَعَهُ لاَيَعْوَجُ فَيُقَوَّمُ وَلاَيَزِيْغُ فَيَسْتَعْـتِبَ وَلاَتَنْقَضِى عَجَائِـبُهُ وَلَمْ يَخْلَقْ عَنْ كَثْرَةِ التِّرْدَادِ أُتْلُوْهُ فَإِنَّ اللهَ تَعَالىَ يَأْجُرُكُمْ عَلَى تِلاَوَتِهِ بِكُلِّ حَرْفٍ عَشْرُ حَسَـنَاتٍ أَمَا إِنِّيْ لاَأَقُوْلُ آلمۤ عَشَرَةٌ وَلـٰـكِنَّ اْلأَلِفَ عَشَرَةٌ وَاللاَّمَ عَشَرَةٌ وَالْمِيْمَ عَشَرَةٌ

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini sebagai hidangan (jamuan) Allah, maka pelajarilah hidangan Allah itu sedapat-dapatnya. Sesungguhnya Al-Qur’an ini sebagai tali hubungan kepada Allah yang sangat kukuh, sebagai cahaya yang menerangi, obat penyembuh yang sangat berguna, dapat memelihara siapa yang berpegang padanya, menyelamatkan siapa yang mengikutinya, tidak kuatir berbelok untuk ditegakkan dan tidak akan menyesatkan, tidak akan habis hikmah mutiaranya dan tidak lapuk karena sering diulang-ulang. Bacalah ia, maka Allah akan memberimu pahala untuk tiap huruf sepuluh kebaikan. Ingatlah Aku tidak mengatakan ‘alif lâm mîm’ itu hanya sepuluh kebaikan, tetapi alif sepuluh, lâm sepuluh dan mîm sepuluh.”

Saat ini, banyak sekali buku, kitab atau software untuk mengetahui arti ayat-ayat Al-Qur’an berikut penjelasannya, antara lain :
  • “Al-Qur’an dan Terjemahnya” oleh Lembaga Penyelenggara Penerjemah Kita Suci Al-Qur’an, yang menerjemahkan per ayat.
  • Al-Ibrîz oleh Kyai Bisyri Mustofa – Rembang, menerjemahkan per kata dalam bahasa Jawa yang ditulis dengan huruf-huruf Arab (istilahnya Arab Pego).
  • “Terjemah Al-Qur’an Secara Lafzhiyah – Penuntun Bagi Yang Belajar” oleh Yayasan Pembinaan Masyarakat Islam (YA SALAM) Al-Hikmah Jakarta.
  • Al-Qur’an digital, software-software Al-Qur’an dan terjemahnya.
  • Situs-situs di internet.
  • Tafsir-tafsir yang ditulis oleh mufassir (ahli tafsir) Indonesia, misalnya Tafsir Al-Misbah karya Prof. M. Quraish Shihab.
  • Tafsir-tafsir terjemahan dari karya ulama-ulama salaf (zaman dulu) maupun khalaf (modern), yang edisi aslinya dalam bahasa Arab; misalnya Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir dan masih banyak lagi.
Namun demikian, janganlah kita lupa bahwa belajar itu harus dibimbing oleh seorang guru. Setinggi apa pun pendidikan kita, marilah kita serahkan setiap urusan kepada ahlinya. Janganlah hanya dengan membaca terjemah Al-Qur’an, kemudian kita mencoba untuk menafsirkan berdasarkan logika semata. Sebagaimana kita ketahui bersama, setiap ilmu punya tingkatan. Setiap tingkat punya syarat yang harus dipenuhi sebelum mempelajari dan memahaminya.
Akhirnya, marilah kita bersama-sama berdoa kepada Allah :

اللَّهُمَّ ارْحَمْنَا بِالْقُرآنِ وَاجْـعَلْهُ لَنَا إِمَامًا وَنُوْرًا وَهُـدًى وَرَحْمَـةً
Ya Allah, sayangilah kami dengan Al-Qur’an. Jadikanlah Al-Qur’an sebagai imam, cahaya, petunjuk dan rahmat bagi kami, amin.
Daftar Pustaka :
  • ‘Aidh al-Qarni, Dr, “Lâ Tahzan – Jangan Bersedih”, Qisthi Press, Cetakan Ketiga puluh enam : Januari 2007
  • Djamal’uddin Ahmad Al Buny, “Mutu Manikam dari Kitab Al-Hikam (karya Syaikh Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim Ibnu Athaillah)”, Mutiara Ilmu Surabaya, Cetakan ketiga : 2000
  • Salim Bahreisy, “Tarjamah Tanbihul Ghafilin (karya Syaikh Abul Laits as-Samarqandi) – Peringatan Bagi Yang Lupa – Jilid 1 dan 2”, PT Bina Ilmu
Tulisan lanjutan dari : Menerangi Rumah Orang Lain, Rumah Sendiri Gelap (3 of 4)

#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin…#

2 comments:

  1. Assalamu'alaikum Pak Faisol

    Artikel yang sungguh indah dan mengingatkan kembali pentingnya membaca Al-Qur'an dan Berguru

    bukan menjadi sombong hanya dengan modal Al-Qur'an dan Hadist terjemahan

    Terima Kasih Pak

    Salam Kuliah Gratis

    ReplyDelete
  2. Nanya: kalo Terjemah Al-Qur’an Secara Lafzhiyah versi ebook apakah sudah tersedia?
    Terima kasih.

    ReplyDelete