a. Setan dari Golongan Manusia
Memilih teman sangat dianjurkan. Bergaul dengan orang-orang baik dan shaleh, sungguh diperintahkan. Orang-orang shaleh mempunyai sifat seperti seekor lebah, makan dari makanan yang baik dan menghasilkan madu yang baik pula. Bila hinggap pada setangkai bunga, ia tidak pernah merusaknya. Kelembutan tutur kata, senyuman tulus di bibir, dan sapaan-sapaan hangat yang terpuji saat bersua merupakan hiasan yang selalu dikenakan orang-orang mulia.
Mungkin kita akan bertanya, “Apakah kita tidak boleh berkawan dengan orang-orang yang notabene banyak berbuat dosa? Apakah itu tidak berarti kita pilih-pilih dalam berteman? Bukankah semakin banyak teman semakin bagus?”
Bila kita termasuk orang yang kuat iman, teguh pendirian, kokoh jiwa dan hati serta hebat pengaruhnya, maka boleh saja berteman dengan orang yang tidak taat dan selalu bermaksiat kepada Allah. Tentunya dengan harapan agar kita bisa membawa mereka ke arah kebaikan atau untuk diambil pelajarannya. Minimal, kita tidak terpengaruh oleh hal-hal negatif. Seorang bijak bestari berkata, “Aku mengetahui kejahatan bukan untuk melakukan kejahatan itu, tapi untuk menghindarinya. Siapa tidak mengetahui kejahatan, maka ia akan terjatuh ke dalamnya.”
Namun, jika kita adalah manusia biasa, yang hatinya terbolak-balik setiap saat, mudah dipengaruhi atau dipaksa—ibarat sehelai bulu ,jatuh di padang luas yang kosong, dihempas angin ke kanan dan ke kiri—maka pencegahan lebih baik daripada pengobatan.
Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS an-Nisâ’ [4] : 69)
مَثَلُ الْجَلِيْسِ الصَّالِحِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِنْ لَمْ يُصِبْكَ مِنْهُ شَيْئٌ أَصَابَكَ رِيْحُهُ وَمَثَلُ الْجَلِيْسِ السُّـوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْكِيْرِ إِنْ لَمْ يُصِبْكَ شَيْئٌ مِنْ شَرَرِهِ أَصَابَكَ مِنْ دُخَانِهِ
Perumpamaan teman yang shaleh itu seperti pemilik minyak misik (minyak wangi). Kalau toh minyak itu tidak mengenai kamu sedikit pun, maka engkau terkena bau harumnya. Dan teman yang jelek/jahat itu seperti pemilik alat pandai besi, kalau toh percikan apinya tidak mengenai kamu, maka kamu terkena sebagian asapnya. (HR Abu Daud)
Dalam riwayat lain, Rasulullah saw. bersabda dengan matan (kandungan isi) yang senada :
إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيْسِ الصَّالِحِ وَجَلِيْسِ السُّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيْرِ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يَحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْحًا مُنْـتِنَةً
Sesungguhnya perumpamaan berteman dengan orang yang baik dan dengan orang yang buruk adalah seperti berteman dengan penjual parfum dan peniup api pada pandai besi. Jika kamu berteman dengan penjual parfum, maka boleh jadi kamu diolesi parfum atau minimal mendapatkan bau harum darinya. Adapun jika kamu berteman dengan peniup api, maka boleh jadi bajumu terbakar atau kamu mendapatkan bau yang tidak sedap. (HR Bukhari dan Muslim)
الرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Seseorang mengikuti agama kawannya. Karena itu, lihatlah olehmu siapakah yang menjadi kawannya. (HR Abu Daud dan Tirmidzi)
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِخِيَارِكُمْ قَالُوْا بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ الَّذِيْنَ إِذَا رُءُوْا ذُكِرَ اللهُ تَعَالَىَّ
Maukah kalian kukabari tentang orang-orang pilihan (terbaik)? Sahabat menjawab, “Tentu, ya Rasulullah.” Beliau lalu berkata, “Yaitu orang-orang yang jika dilihat, diingat (pula) Allah Ta‘âla.” (HR Ahmad. Imam al-Haitsami juga mencantumkannya di “Majma‘ az-Zawâid”)
Ibnu Athaillah berpesan, “Janganlah kalian bersahabat dengan orang yang tidak membangkitkan semangat beribadah, serta ucapan yang tidak membawa kalian mendekati Allah. Apabila kalian berbuat salah, ia akan mengatakan bahwa itu kebaikan, sebab kalian bersahabat dengan orang yang perilakunya lebih jelek daripada diri kalian sendiri.”
Pada dasarnya persahabatan memengaruhi hidup manusia. Memilih pergaulan sebagai cara memperbagus persahabatan sama pentingnya seperti memilih makanan yang cocok dengan selera, juga makanan yang dapat memberi manfaat bagi kesehatan. Sebaik-baik orang yang bersahabat ialah mereka yang berjumpa karena Allah dan apabila berpisah juga karena Allah. Jangan sampai sahabat kita akan menenggelamkan diri kita sendiri, karena harus mengikuti kemauannya tanpa mengetahui tujuan dan arah yang jelas serta bermanfaat. Bersahabat dengan orang yang tidak memuliakan ibarat memenuhi hati dengan polusi nafas sehingga hati menjadi hitam pekat dan beban berat bagi jiwa.
Sebagai motivator, Mario Teguh menasihatkan bahwa mencari teman memang harus memilih. Dari kata “mencari”, sudah tersirat dan tersurat adanya aktivitas pemilihan. Misal, kita mencari permata yang hilang di sebuah gundukan pasir, apakah kita tidak memilih? Tidak mungkin setiap pasir kita masukkan ke dalam kotak perhiasan. Hanya yang benar-benar permatalah yang akan kita simpan. Dengan demikian, mencari adalah memilih. Mencari teman berarti memilih teman. Kalau tidak memilih, itu bukanlah mencari, tapi menemukan. Menemukan teman berarti kita tidak memilih, tiba-tiba saja bertemu. Semakin jelaslah perbedaan antara mencari teman dan menemukan teman.
Daftar Pustaka :
- Abul Qasim Abdul Karim Hawazin al-Qusyairi an-Naisaburi, asy-Syaikh, “Risalah Qusyairiyah Sumber Kajian Ilmu Tasawuf (Ar-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi at-Tashawwuf)”, Pustaka Amani, Cetakan I : September 1998/Jumadil Ula 1419
- ‘Aidh al-Qarni, Dr, “Sentuhan Spiritual ‘Aidh al-Qarni (Al-Misk wal-‘Anbar fi Khuthabil-Mimbar)”, Penerbit Al Qalam, Cetakan Pertama : Jumadil Akhir 1427 H/Juli 2006
- Djamal’uddin Ahmad Al Buny, “Mutu Manikam dari Kitab Al-Hikam (karya Syaikh Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim Ibnu Athaillah)”, Mutiara Ilmu Surabaya, Cetakan ketiga : 2000
- Salim Bahreisy, “Tarjamah Al-lu’lu’ wal-Marjân (karya Syaikh Muhammad Fuad ‘Abdul Baqi) – Himpunan Hadits Shahih Yang Disepakati Oleh Bukhari dan Muslim – Jilid 1 dan 2”, PT Bina Ilmu
Tulisan ini lanjutan dari : Kita Yang Menjaga Diri Sendiri dari Setan? (1 of 5)
Tulisan ini berlanjut ke : Kita Yang Menjaga Diri Sendiri dari Setan? (3 of 5)
#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#
Tulisan ini berlanjut ke : Kita Yang Menjaga Diri Sendiri dari Setan? (3 of 5)
#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#
Syukron Katsir tulisannya, semoga dakwah antum membawa berkah, untuk pembaca terutama penulisnya,amiiin
ReplyDelete