Mencari Data di Blog Ini :

Friday, February 13, 2009

Buang Angin, Kok Muka Yang Dibasuh?! (3 of 4)

Para ulama bahkan men-dawam-kan (melanggengkan) wudhu dalam keseharian, sehingga mereka terus dalam keadaan suci. Subhânallâh. Semoga Allah menolong kita untuk bisa meneladani kebaikan seperti ini, amin. 

Suatu ketika Rasulullah menuju para sahabat dan menceritakan perihal kenikmatan surga. Lalu beliau bersabda kepada Bilal,
“Ceritakanlah kepadaku perbuatan terbaik apa yang kau lakukan di Islam, karena aku mendengar suara terompahmu di surga.”

Bilal menjawab,
“Aku tidak melakukan apa-apa, hanya saja aku tidak pernah berwudhu, baik di waktu malam atau siang, kecuali sesudahnya aku melaksanakan shalat (sunnah wudhu).” (Muttafaq ‘Alayh)

Wudhu adalah salah satu syiar agama Islam. Dalam agama, tidak ada satu pun permasalahan cabang yang sederhana hingga orang meremehkannya. Tidak ada di dalamnya yang lahir dan batin atau kulit dan isi, melainkan semua permasalahan di agama adalah asli, inti dan wahyu dari Allah Yang Maha Mengetahui Segala Rahasia.

Dalam sebuah kisah disebutkan bahwa Allah melihat kepada hamba mukmin-Nya ketika bangun untuk melaksanakan shalat Subuh. Ia dengan takutnya mengambil air dingin dan berwudhu pada cuaca yang sangat dingin, lalu melaksanakan shalat. Allah berfirman kepada malaikat-Nya, “Wahai malaikat-Ku, lihatlah kepada hamba mukmin ini. Ia meninggalkan kasur dan selimutnya yang hangat, bangkit menuju air dingin untuk berwudhu. Ia bangkit memohon kepada-Ku. Kalian saksikan bahwa Aku telah mengampuninya dan memasukkannya ke surga.”

Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab bahwa Rasulullah bersabda :

مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّـأُ فَيُبْلِغُ أَوْ فَيُسْـِبغُ الْوُضُوْءَ ثُمَّ قَالَ : أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلـٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَـبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، إِلاَّ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابَ الْجَنَّةَ الثَّمَانِيَـةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ

Tiada seorang berwudhu dan menyempunakan wudhu, kemudian setelah wudhu membaca, “Asyhadu an lâ ilâha illallâhu wahdahû lâ syarîka lahû, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhû wa rasûluhû (Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya),” melainkan pasti dibukakan baginya delapan pintu surga; dan ia boleh memilih dari mana ia akan masuk. (HR Muslim)
Dalam riwayat Tirmidzi, doa di atas ada tambahan :

اللَّهُمَّ اجْعَلْنِيْ مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِيْ مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ

Ya Allah jadikanlah hamba dari golongan orang yang suka bertaubat dan bersuci.

Apakah kita menginginkan pahala yang lebih baik dari ini agar mendorong kita melakukan ibadah dengan sungguh-sungguh?!

Wahai yang menginginkan kenikmatan surga, terbuka kedelapan pintunya untuk kita, maka berwudhulah, lalu masuklah dari pintu mana pun yang kita inginkan. Kemudian marilah ke masjid agar suci dari dosa dan kesalahan.

Wudhu juga berguna dalam kehidupan sehari-hari, misalnya untuk menahan amarah. Perlu diingat, bahwa wudhu yang dilakukan untuk menahan amarah harus wudhu yang sempurna, dilakukan dengan tenang, perlahan dan khusyu‘. Penulis pernah ketika marah lalu berwudhu, tapi tidak ada efek yang signifikan. Setelah penulis amati dan teliti lagi, ternyata penulis berwudhu dengan tergesa-gesa, mungkin karena sudah hapal :-). Berwudhu dengan tergesa-gesa ibarat menyiram air ke api yang sudah besar, tapi dilakukan secara sembrono. Tentang wudhu untuk menahan amarah, Rasulullah bersabda :

إِذَا غَضَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ بِالْمَاءِ فَإِنَّمَا الْغَضَبُ مِنَ النَّارِ

Apabila salah satu dari kalian dalam keadaan marah maka berwudhulah, sesungguhnya marah itu berasal dari api. (HR Abu Daud)

إِنَّ الْغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانِ، وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ النَّارِ، وَإِنَّمَا تُطْـفَأُ النَّارُ باِلْمَاءِ، فَإِذَا غَضَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ

Sesungguhnya marah itu berasal dari setan, sedangkan setan diciptakan dari api, dan api dipadamkan dengan air. Karena itu, apabila seseorang di antara kalian marah, hendaklah ia berwudhu. (HR Abu Daud)


Daftar Pustaka :
  • Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi, asy-Syaikh, “Al-Adzkâr an-Nawawiyyah”
  • ‘Aidh al-Qarni, Dr, “Sentuhan Spiritual ‘Aidh al-Qarni (Al-Misk wal-‘Anbar fi Khuthabil-Mimbar)”, Penerbit Al Qalam, Cetakan Pertama : Jumadil Akhir 1427 H/Juli 2006
  • Asrori al-Maghilaghi, Kyai, “Al-Bayân al-Mushaffâ fî Washiyyatil Mushthafâ”
  • Bahrun Abu Bakar, Lc, dan Anwar Abu Bakar, Lc, “Khasiat Zikir dan Doa – Terjemah Kitab Al-Adzkaarun Nawawiyyah”, Penerbit Sinar Baru Algensindo, Cetakan I : Rabiul Awal 1416/Agustus 1995
  • Manshur Ali Nashif, asy-Syaikh, “Mahkota Pokok-Pokok Hadis Rasulullah saw. (At-Tâju al-Jâmi‘u lil-Islâmi fî Ahâdîtsi ar-Rasûli)”, CV. Sinar Baru, Cetakan pertama : 1993
Tulisan ini lanjutan dari : Buang Angin, Kok Muka Yg Dibasuh?!(2 of 4)
Tulisan ini berlanjut ke : Buang Angin, Kok Muka Yg Dibasuh?!(4 of 4)

#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#

0 comments:

Post a Comment