Mencari Data di Blog Ini :

Wednesday, November 19, 2008

Mencantumkan Gelar, Apa Niat Kita? (2 of 3)

Salah satu penyakit yang harus dicuci bersih dari dalam hati kita yaitu ‘ujub. ‘Ujub adalah bangga terhadap diri sendiri, misalnya terhadap ibadah, ilmu, harta, kecantikan, kedudukan, kekuasaan dan sebagainya.

Al-Ghazali menjelaskan bahwa ‘ujub dibagi dua, yaitu :

  • ‘Ujub terhadap perbuatan yang dilakukan atas kehendak diri (dengan usaha), misalnya ilmu, ibadah, sedekah, memberikan kesejahteraan kepada umat, perang dan sejenisnya.
  • ‘Ujub terhadap apa-apa yang bukan atas kehendaknya sendiri seperti garis keturunan, warna kulit, ras dan lainnya.


‘Ujub jenis pertama lebih banyak dilakukan orang dibandingkan jenis kedua.

‘Ujub mempunyai anak yang juga termasuk penyakit hati, yaitu sombong. ‘Ujub tidak memerlukan orang lain, sedangkan sombong membutuhkan orang lain sebagai pembanding.

Jika kita terjangkit kedua penyakit ini, misalnya ‘ujub dan sombong karena ilmu, maka kita akan enggan bahkan tidak mau berdiskusi atau bermusyawarah dalam suatu masalah.

Kita lebih senang kepada pendapat sendiri walaupun salah daripada pendapat orang lain meskipun benar. Hal ini karena kita mengira ilmu yang kita miliki sudah lebih dari cukup. Karena alasan tersebut, bagi kita pendapat kitalah yang valid dan ilmiah.

Kita merasa hanya kitalah yang menuntut ilmu dengan benar, sedangkan orang lain meraih ilmu hanya asal-asalan dan tidak jelas juntrung-nya.

Kita susah sekali mendengar usulan pihak lain. Menurut kita, usulan orang lain—terlebih lagi jika posisi dia di bawah kita—hanyalah angin lalu atau sekadar sekilas info ringan yang tak perlu ditanggapi serius.

Kita pun malas bahkan tidak mau mendengar nasihat orang lain, terutama bila orang itu bukanlah orang yang kita segani, bukan bagian dari kelompok kita apalagi jika ia tidak kita sukai. Padahal, sebuah kaidah telah ditetapkan,

اُنْظُرْ مَا قَالَ وَلاَ تَنْظُرْ مَنْ قَالَ

“Perhatikan apa yang diucapkan, dan jangan melihat siapa yang bicara.”

Kalimat-kalimat bijak pun telah disampaikan,


“Ambillah ilmu dan hikmah di mana pun berada, walaupun harus memungutnya dari pinggir jalan.”


“Sebuah intan, walaupun keluar dari mulut binatang, tetaplah sebuah intan.”

خُذِ الْحِكْمَةَ وَلَوْ مِنْ فَهْمِ الْبَهَائِمِ

“Ambillah hikmah/ilmu sekalipun keluar dari mulut binatang”

‘Ujub merupakan sifat tercela, baik berdasarkan firman Allah SWT maupun sabda Rasulullah Muhammad saw.

…dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun… (QS at-Taubah [9]:25)

ثَلاَثُ مُهْلِكاَتٍ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ


Tiga perkara yang membawa kepada kehancuran, yaitu pelit, mengikuti hawa nafsu dan suka membanggakan diri. (HR Thabari—hadits hasan)

إِذَا رَأَيْتَ شُحًّا مُطَاعًا وَهَوًى مُتَّبَعًا وَدُنْيَا مُؤَثَّرَةً وَإِعْجَابُ كُلِّ ذِى رَأْيٍ بِرَأْيِهِ فَعَلَيْكَ نَفْسَكَ


Apabila kamu berjumpa dengan seorang yang memperturutkan sifat pelit, mengumbar hawa nafsu, mengutamakan dunia dan selalu membanggakan pendapatnya sendiri, maka selamatkan dirimu. (HR Abu Daud)

Ibnu Mas’ud ra. menasihatkan, “Kehancuran seseorang apabila melakukan dua perkara, yaitu putus asa dan suka membanggakan diri.”

Ibnu Juraij berpesan, “Apabila kamu telah mengerjakan perbuatan baik, janganlah kamu katakan telah mengerjakannya.”

Basyar bin Manshur, salah seorang ahli ibadah yang selalu melakukan dzikir dan mengingat kehidupan akhirat, suatu hari melakukan shalat yang sangat lama. Di belakangnya ada seseorang yang melihat dan mengagumi ibadahnya.

Setelah selesai shalat, orang itu pun memujinya. Bashar bin Manshur berkata kepadanya,
“Janganlah kamu kagum atas apa yang telah aku lakukan, karena Iblis telah beribadah bersama-sama malaikat dalam waktu yang sangat lama, akan tetapi sekarang ia menjadi makhluk yang paling dilaknat.”

Daftar Pustaka :

  • I. Solihin, Drs, “Terjemah Nashaihul Ibad (karya Imam Nawawi al-Bantani)”, Pustaka Amani Jakarta, Cetakan ke-3 1427H/2006
  • Sa‘id Hawwa, asy-Syaikh, “Kajian Lengkap Penyucian Jiwa “Tazkiyatun Nafs” (Al-Mustakhlash fi Tazkiyatil Anfus) – Intisari Ihya ‘Ulumuddin”, Pena Pundi Aksara, Cetakan IV : November 2006
  • Salim Bahreisy, “Tarjamah Tanbihul Ghafilin (karya Syaikh Abul Laits as-Samarqandi) – Peringatan Bagi Yang Lupa – Jilid 1 dan 2”, PT Bina Ilmu

Tulisan ini lanjutan dari : "Mencantumkan Gelar, Apa Niat Kita?(1 of 3)"
Tulisan ini berlanjut ke : "Mencantumkan Gelar, Apa Niat Kita?(3 of 3)"

#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#

17 comments:

  1. salam/.///



    selamat..info bermanfaat

    tukar2 link ya

    ReplyDelete
  2. salam juga, saudaraku dek pon yg baik,

    semoga bisa saling memberi manfaat, amin...

    ReplyDelete
  3. Kalau tidak keberatan, sila berikan artikel mengenai pelaksanaan Solat Taubat dan Solat Hajat 2 rakaat. Terima kasih.

    ReplyDelete
  4. saudaraku Anonim yg baik,

    terima kasih saya haturkan atas masukannya... namun, mohon maaf saya haturkan juga krn saya tdk bisa memenuhi permintaan sampean...

    blog ini bertujuan u/ Muhasabah diri kita... oleh krn itu pokok bahasannya sekitar Muhasabah... istilah dlm ilmu marketing disebut diferensiasi...

    begitu dulu, saudaraku... semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin...

    ReplyDelete
  5. sifat ujub begitu bahayanya bagi manusia. tidak perduli kapan ia menyerang hati manusia. Mudah mudahan dengan tulisan ini kita TerhindarNanTerbebas dari sikap Ujub. Semoga Allah merahmati Panjenengan Bpk Faisol.

    ReplyDelete
  6. saudaraku jk supriono yg baik,

    atas doa sampean, amin... doa yg sama dihaturkan oleh para malaikat u/ sampean & semua orang yg mendoakan orang lain, amin... ini dr hadits riwayat Imam Muslim...

    ReplyDelete
  7. Salam ta'aruf....Alhamdulillah sampai pada blog yang bagus,artikelnya bagus-bagus

    ReplyDelete
  8. salam kenal juga, saudaraku azzahraf...

    blog sampean bagus sekali, sbg nasihat bg kita semua terutama para remaja... semoga semua usaha kita dimudahkan oleh Allah, amin...

    ReplyDelete
  9. maraknya situs2 SARA (FFI= KOMIK NABI Muhammad SAW yang mendidihkan kepala;http://febrina.wordpress.com/muhammad-seorang-penipu-dan-pelanggar-sumpah/ yang meletuskan emosi, deell) membuat anak bangsa ini jadi mengelus dada dalam2. Diluar hiruk pikuknya hujatan, makian, ancaman, cemoohan, dan ucapan - ucapan kotor tanpa peradaban, etika, moral, agama dan kejernihan hati dan pikiran ada suatu "GUBUG" yang damai, tenang, santun dan berwibawa, seelok bercengkeramanya sahabat dengan nabi Muhammad SAW. Moga kelembutan hati saudara mas faisol dan umat terbaik Nabi SAW bisa bersikap bijak, arif, bijaksana, tegas, dan adil yang berlandaskan syariah yang ittiba'.

    Moga aura kedamaian beragama dalam bingkai "lakumdinukumwaliyadin" dan atau "lana a'maluna lakum 'amalukum" dan atau "watawasyobilkhaqqi watawashoubisshober" bergema hingga beresonansi dengan dasyhat di dunia penikmat blogger dan anak bangsa Indonesia hingga mampu menapaki kegemilangan yang dijanjikan.


    @_pararaja

    ReplyDelete
  10. saudaraku @_pararaja yg baik,

    u/ semua harapan & doa sampean, amin...

    ReplyDelete
  11. 1. Bagaimana hemat anda dalam menyikapi "seseorang" lewat media khalayak (situs, blog, paper, etc.)yang "terlalu" membanggakan "SARA", etc, yang dengan sikap tersebut mengecilkan, merendahkan, menghujat, memaki, mencemooh bahkan dunia hewanipun disangkut pautkan tanpa mengenal etika, moral, norma, dan kaidah - kaidah peradapan yang menjunjung tinggi nilai - nilai (liberte, egalite, fraternite) atau (bhinneka tunggal ika) atau (rahmatan lil 'alamin)dll.?

    2. Apakah seyogyanya kita mengadopsi HR.yang kira2 berilustrasi bebas seperti ini (mohon dikoreksi) (...Apabila ada kemungkaran maka lawanlah dengan tanganmu, atau lisanmu atau hatimu. Dan yang terakhir inilah selemah - lemahnya iman...). Di zaman seperti (yang "konon" HAM dijunjung tinggi) dapat diterapakan? Apakah tindakan represif dari saudara muslim kita (cc.FPI, etc), atau se-moderat saudara muslim lainnya (NU, Muhammadiyah, etc) atau tindakan yang bagaimana yang dengannya itu kita tanpa harus menganulir esensi "amar ma'ruf nahi munkar" (tetap dalam domain bakat, talent, potent, ilmu, kadar iman, etc. individu yang bersangkutan)?

    QS:103:3; 109:6; 60:7-9

    Keep brothership.

    a_pararaja
    www.smk3ae.wordpress.com

    ReplyDelete
  12. saudaraku a_pararaja yg baik,

    setiap hal ada peraturan/konvensi masing2... di dunia internet dikenal istilah netiket (etika berinternet), yaitu :
    - email ditanggapi dg email
    - chat dibalas lewat chat
    - blog ditanggapi lewat blog
    - dll...

    saya pribadi, jika ada blog yg kurang tepat isinya, maka saya memberikan sedikit tulisan di blog tsb, misal berupa saran...

    saudaraku,
    sbgmn Rasul saw. dalam doa beliau, mungkin mereka blm mengerti... oleh krn itu, tugas kita membuat pengertian dg cara yg santun, ramah dan indah...

    terkadang kita terlalu bernafsu agar dakwah berhasil, padahal Allah tidak mewajibkan keberhasilan dakwah... dlm setiap hal, yg dinilai oleh Allah adalah usahanya, bukan hasilnya...

    contoh : belajar itu wajib tapi pintar tdk wajib... jika kita belajar koq belum pintar2, ya tetap bernilai ibadah... u/ itu, ya belajar lagi...begitu seterusnya...

    saudaraku,
    mungkin ada pemilik blog yg terhijab (tertutupi) dg ilmu atau egonya shg sulit menerima pendapat lain... apa pun pendapat orang, dia akan mencari celah u/ mengkritisinya, tanpa mau menelaah secara utuh (integral holistic)...

    u/ saudara2 kita yg semacam ini, kita contoh saja Rasul saw... mungkin bukan mereka yg mengerti, tp siapa tahu putra/i mereka, cucu mereka, cicit mereka dll... bukankah dakwah itu kadang hasilnya tdk langsung...? bukankah menanam pohon jati itu menikmatinya bukan saat sang penanam masih hidup...?

    saudaraku,
    kita tetap berdakwah dg memberi saran di blog2 tsb... selain itu, kita jg membuat blog sbg media dakwah (sbgmn netiket)... sekali lg, dg cara yg santun, ramah dan indah...

    begitu dulu, saudaraku... semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin...

    ReplyDelete
  13. Assalamu'alaikum, Jazakalloh khair atas kunjungan ke blog saya, semoga silaturahim di dunia maya ini menjadi sebuah ukhuwah yang realistis tentunya. Sedang sibuk apa nih Mas, sukses selalu ya?

    ReplyDelete
  14. Saya suka sekali dengan semangat kebersamaan dan kesatuan umat yang ada di postingan blog-blog ini, kira-kira apa penyakit utama yang membahayakan persatuan ini yang harus segera di tindak segera pengobatannya.

    ReplyDelete
  15. wa'alaykumus salam wr. wb, saudaraku Agus LukmanulHakim yg baik...

    u/ semua doa & harapan sampean, amin... kesibukan saya spt biasa, selain kerja juga menyiapkan tulisan2 berikutnya...

    alhamdulillah, saya mendapat tawaran dr Yayasan Nurul Hayat (www.nurulhayat.org) yg berpusat di Gunung Anyar-Surabaya u/ ikut menyumbangkan tulisan di Majalah Nurul Hayat...

    menurut Pak Bambang Heri selaku Pemred & juga direktur, visi & misi kami sama... Visi & Misi Majalah Nurul Hayat adalah Sejuk Untuk Semua...

    semoga bisa menjadi ilmu yg bermanfaat bg sebanyak-banyaknya orang di seluas-luasnya tempat, amin... (saya diajari doa ini oleh Prof. H. Moh. Ali Aziz, salah satu pengasuh saya ketika dulu mengaji di pesantren; beliau mengajar di IAIN Sunan Ampel Fakultas Dakwah)...

    saudaraku,
    menurut para ulama, obat pertama adalah rendah hati... kiranya, kita mudah terjangkit penyakit membanggakan diri sendiri, baik ilmu, kedudukan, golongan dll... dg demikian, kita terhijab oleh diri kita sendiri...

    kyai saya pernah berpesan bhw rendah hati memang mudah dipelajari dr segi ilmu, tp dr segi penerapan memang membutuhkan waktu...

    berikut ini penjelasan kyai saya ttg rendah hati ketika kami dulu mengaji kitab Syarah al-Hikam di pesantren :

    Para ulama menjelaskan bahwa rendah hati harus dimiliki dalam setiap kondisi dan tingkat atau kedudukan. Ketika kita masih belum menjadi apa-apa (tahap belajar), kita ibarat sebuah biji tanaman. Tanamlah biji itu di dalam tanah. Apabila diletakkan di atas tanah, dikuatirkan mudah dimakan binatang atau hilang disapu angin.

    Saat kita berusaha mencapai puncak, hal ini laksana mendaki gunung. Agar lebih mudah mendakinya, maka badan kita harus condong ke depan dan pandangan mata ke arah bawah. Pernahkah kita melihat seorang pendaki gunung berjalan sambil menegakkan badan, mendongakkan kepala dan membusungkan dada? Semakin curam jalan yang kita daki, kita pun semakin merunduk, bahkan merayap. Bukankah pada dasarnya panjat tebing dilakukan dengan merayap?

    Tatkala sudah di puncak, rendah hati tetap harus menghiasi diri. Angin pasti berhembus lebih kencang ketika kondisi kita di puncak. Agar bisa bertahan bahkan maju terus walaupun terpaan angin begitu besar, maka kita harus berjalan sambil membungkuk. Semakin kencang anginnya, berarti badan kita semakin membungkuk bahkan merayap.

    begitu dulu, saudaraku... semoga Allah senantiasa menolong kita semua agar bisa menerapkan ilmu tawadhu' (rendah hati) ini... semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin...

    ReplyDelete
  16. saudaraku Agus LukmanulHakim yg baik,

    lebih lanjut ttg tawadhu', Abu Hamid al-Ghazali memberi saran agar kita senantiasa rendah hati dalam hal amal kebaikan.

    Jika kita bertemu dengan orang yang lebih tua, katakanlah di dalam hati, “Orang ini lebih tua dari saya, pastilah amal ibadahnya lebih banyak dari saya. Allah jelas lebih memuliakan orang tua ini dibandingkan saya.”

    Bila kita menjumpai orang yang lebih muda, maka kita dinasihati untuk berkata dalam hati, “Usia orang ini lebih muda dari saya, tentunya kemaksiatan dan dosa yang diperbuat lebih sedikit dari saya. Sungguh, dia lebih terhormat di sisi Allah daripada saya.”

    Yang terakhir, tatkala kita melihat anak kecil yang belum baligh, maka berucaplah, “Anak ini belum punya dosa. Dia mendapat jaminan surga. Sedangkan saya, siapa yang akan menjamin saya masuk surga?”

    betapa indahnya hidup ini bila kita semua bisa mewujudkan tawadhu' dlm keseharian... semoga Allah menolong kita semua u/ mengimplementasikannya... semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin...

    ReplyDelete
  17. Assalamualaykum ustad..saya senang sekali ketemu blog ini..dan sllu sy baca saat senggang dikantor..mohon maaf klo setiap postingan sy ijin share di facebook..jazakallahu khairan

    ReplyDelete