“Satu malam lebih baik daripada seribu bulan,” itulah ungkapan yang
sering kita dengar. Dari mana didapat angka 1 (satu) malam? Di QS
al-Qadr, digunakan lafazh ليلة. Arti lafazh ليلة menurut kamus al-Mu‘jam
al-Wasîth adalah “satu malam”:
( الليلة ) واحدة الليل
Pakai
sarung menuju langgar
Tambah
syiar shalawat dilantunkan
Betapa
agung lailatul qadar
Satu
malam seribu bulan
Lalu, mengapa lebih baik daripada 1000 bulan? Mengapa bukan 500 bulan, 2000 bulan atau lainnya? Di tafsir al-Munîr yang ditulis oleh Syaikh Prof. Wahbah az-Zuhaili—ulama kontemporer asal Syiria—diterangkan:
وأخرج ابن أبي حاتم والواحدي
عن مجاهد: أن رسول الله صلّى الله عليه وسلّم ذكر رجلا من بني إسرائيل لبس السِلاح
في سبيل الله ألف شهر، فعجب المسلمون من ذلك، فأنزل الله: إِنَّا أَنْزَلْناهُ فِي
لَيْلَةِ الْقَدْرِ، وَما أَدْراكَ ما لَيْلَةُ الْقَدْرِ، لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ
مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ. التي لبس ذلك الرجل السِلاح فيها في سبيل الله.
Dari
Ibnu Abu Hatim dan al-Wahidi, dari Mujahid bahwasanya Rasulullah saw
menyebutkan ada seorang laki-laki di zaman Bani Israil mengangkat senjata
(berperang) di jalan Allah selama 1000 bulan. Mendengar hal itu, orang-orang
Islam (para sahabat) sangat kagum. Allah lantas menurunkan surah al-Qadr,
dimana satu malam lebih baik daripada 1000 bulan pertempuran yang dilakukan
laki-laki di zaman Bani Israil tersebut.
أخرج ابن جرير عن مجاهد قال:
كان في بني إسرائيل رجل يقوم الليل حتى يصبح، ثم يجاهد العدو بالنهار حتى يمسي، فعمل
ذلك ألف شهر، فأنزل الله: لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
عملها ذلك الرجل.
Dari
Ibnu Jarir ath-Thabari, dari Mujahid bahwasanya ada seorang laki-laki di zaman
Bani Israil shalat malam hingga fajar, kemudian jihad memerangi musuh siang
hingga petang, dan itu dilakukan selama 1000 bulan. Maka, Allah menurunkan
surah al-Qadr yang menjelaskan bahwa satu malam (lailatul qadar) lebih baik
daripada 1000 bulan yang dilakukan laki-laki tersebut.
Karena begitu besar karunia Allah tersebut, Rasulullah
Muhammad saw memerintahkan kita agar menghidupkan lailatul qadar. Beliau
bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ
الْقَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسـَاباً غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Siapa
menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan didasari iman dan semata-mata karena
Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Bukhari)
a. Sejak Tanggal
Berapa Upaya Meraih Lailatul Qadar?
Imam Nawawi
menjelaskan di Syarah Muslim, Kitab Puasa—Bab Keutamaan Lailatul Qadar bahwa ada pendapat yang menyatakan Lailatul
Qadar bisa saja terjadi pada malam berapa pun bulan Ramadhan (bisa sejak awal).
Ini pendapat Sahabat Ibnu Umara.
وَقِيلَ
بَلْ
فِي شَهْر رَمَضَان كُلّه وَهُوَ قَوْل اِبْن عُمَر وَجَمَاعَة مِنْ الصَّحَابَة
Namun, pendapat ini dianggap
kurang kuat (kemungkinan kecil terjadi) karena ada hadits:
تَذَاكَرْنَا لَيْلَةَ الْقَدْرِ عِنْدَ
رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَيُّكُمْ يَذْكُرُ حِينَ طَلَعَ
الْقَمَرُ وَهُوَ مِثْلُ شِقِّ جَفْنَةٍ
Kami
sedang mengingat-ingat lailatul qadar di sisi Rasulullah `, maka beliau
bersabda, “Siapakah di antara kalian yang ingat bahwa waktunya adalah saat
bulan terbit laksana syiqqi jafnah?” (HR Muslim)
Imam Nawawi menjelaskan
di Syarah Muslim bahwa syiqq berarti setengah, sedangkan jafnah berarti bejana;
mangkok besar atau kelopak mata. Al-Qadhi ’Iyadh berkata, “Dalam hadits ini ada
isyarat bahwa malam Lailatul Qadar hanya terjadi di akhir bulan, karena bulan
tidak akan seperti demikian ketika terbit kecuali di akhir-akhir bulan.”
Wallâhu a‘lam.
Meski demikian, di kitab
“An-Nashâih ad-Dîniyyah
wal-Washâyâ al-Îmâniyyah” Habib Abdullah Ba‘alawi
al-Haddad tetap menganjurkan agar kita memperbanyak dzikir, berbagai bentuk ibadah
dan amal shalih di setiap malam selama bulan suci Ramadhan. Dengan demikian,
insya Allah kita akan tercatat sebagai orang yang sedang beribadah tatkala
datang Lailatul Qadar, amin.
Adapun pendapat yang masyhur adalah pada 10 (sepuluh) malam terakhir
terutama malam ganjil.
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ
الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Bergiatlah kalian untuk mendaatkan Lailatul Qadar
pada sepuluh malam akhir Ramadhan. (Muttafaq ‘alayh)
إِنِّي أُرِيتُ
لَيْلَةَ الْقَدْرِ وَإِنِّي نُسِّيتُهَا فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ
فِي وِتْرٍ
Aku pernah melihat lailatul
qadar kemudian aku dibuat lupa (kapan waktunya), maka carilah ia pada
sepuluh hari terakhir di malam ganjil. (Muttafaq ‘alayh. Adapun lafazh hadits menurut
riwayat Imam Bukhari)
Di sepuluh malam terakhir Ramadhan, adakah tanggal pasti kapan Lailatul
Qadar? Tidak ada. Sekian banyak dalil menunjukkan tanggal berbeda. Imam Ibnu
Hajar al-‘Asqalani menyimpulkan bahwa tanggal bisa berubah-ubah setiap tahun,
tapi tetap di malam ganjil. Adapun mayoritas ulama berpendapat Lailatul Qadar insya Allah terjadi pada malam ke-27.
عند الجمهور ليلة سبع
وعشرين
Ulama Hanafiah juga menjelaskan bahwa lafazhليلة القدر terdiri
dari 9 (sembilan) huruf yaitu:
ل ي ل ة ا ل ق د ر
Di QS al-Qadr lafazh ليلة القدر diulang sebanyak 3 kali yaitu di ayat ke-1, 2
dan 3. Nah, 9 x 3 = 27. Dengan demikian
Lailatul Qadar insya Allah pada malam ke-27. Wallâhu
a‘lam.
Sebagian ulama menganjurkan agar tidak mengkhususkan malam ganjil, tapi
malam genap juga. Hal ini agar peluang yang didapatkan lebih besar.
Daftar
Pustaka
Abdullah
Ba‘alawi Al-Haddad, al-Habib,
“An-Nashâih ad-Dîniyyah wal-Washâyâ al-Îmâniyyah”
Software:
Maktabah
Syamilah al-Ishdâr
ats-Tsâlits
Web
site:
http://majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=&func=view&catid=9&id=18348,
“Re:Lailatul Qodr
- 2008/09/23 13:17”
http://majelisrasulullah.org/index.php?option=com_content&task=view&id=235&Itemid=1,
“Malam Lailatul Qadar”
mudah mudahan kita bisa menjum[ai malam Lailatul Qadar di bulan ramadhan ini.
ReplyDelete