Contoh
lain QS al-Ikhlâsh [112]. Bila
kita berhenti di tiap ayat, maka bacaan yang benar adalah:
قُلْ
هُوَ اللهُ أَحَدْ (1) اللهُ الصَّمَدْ (2) لَمْ
يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا
أَحَدْ (4)
Huruf terakhir tiap ayat di-sukun dan kita mengambil nafas. Seringkali terjadi
kita membaca bersambung (washal) tapi huruf terakhir tiap ayat kita baca sukun dan tidak mengambil
nafas. Seharusnya, bila kita tidak mengambil nafas hingga ayat terakhir, maka
bacaan yang benar sebagai berikut:
قُلْ
هُوَ اللهُ أَحَدُنِ اللهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ
وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدْ
Mari
perhatikan bacaan di atas. Antara ayat ke-1 dan ke-2 bila disambung (washal) dibaca “Qul Huwallâhu ahadunillâhush shamadu”. Di sini lebih jelas perbedaan bacaan waqaf dan washal.
Tentang bukti
lain bahwa kefasihan kita dalam membaca Al-Qur’an bisa menurun—meskipun sudah pernah mengaji hingga
khatam saat di TPQ atau pondok—sering kali kita kurang menjaga konsistensi bacaan panjang (mad). Salah
satu jenis bacaan panjang adalah mad thabi‘iy.
Bacaan mad
thabi‘iy dengan contoh نُوْحِيْهَا, harakat fathah berdiri misalnya di huruf
lam kedua lafazh ِللهِ atau kasrah berdiri menurut ilmu
tajwid dibaca panjang satu alif.
Kita cenderung
kurang konsisten dengan panjang satu alif ini, sehingga bacaan mad thabi‘iy di satu ayat berbeda panjangnya
dengan ayat lain. Apalagi ketika tinggal beberapa ayat terakhir, bacaan kita tatkala
jadi imam shalat melambat sehingga tidak sama lagi panjang mad thabi‘iy di awal dan di
akhir bacaan.
Di buku “Pokok-Pokok
Ilmu Tajwid” KH. Basori Alwi menjelaskan bahwa membaca mad thabi‘iy kurang dari satu alif
hukumnya haram syar‘iy, sedangkan bila membacanya lebih dari satu alif sangat makruh.
Mungkin kita berkilah, “Toh membaca mad thabi‘iy melebihi satu alif hukumnya
tidak sampai haram, mengapa mesti dipermasalahkan?”
Bila memang demikian, lantas buat apa para ulama
mengajari kita perbedaan panjang bacaan antar mad? Apa semua itu cukup
sebatas wacana tanpa perlu dipraktikkan?
Dari bukti empiris yang ada, apa kita masih merasa
tidak perlu lagi minta tashih baca Al-Qur’an kepada ulama yang kompeten di bidangnya dengan
dalih kita sudah menjadi ustadz dan pernah mengaji tajwid kala pelajar?
Sebagai
penutup, untuk lebih memotivasi diri dan meningkatkan rasa cinta kepada
Al-Qur’an, mari kita perhatikan dan amalkan sabda Rasulullah saw. tentang orang
yang mahir membaca Al-Qur’an.
اَلْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ
الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ
عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
“Orang yang membaca Al-Qur’an, (dan) ia mahir,
kelak mendapat tempat dalam surga bersama-sama dengan para Rasul yang mulia
lagi baik. Dan orang yang membaca Al-Qur’an tetapi tidak mahir, membacanya
tertegun-tegun dan tampak agak berat lidahnya (belum lancar), ia akan mendapat
dua pahala (pahala membaca Al-Qur’an dan pahala karena kepayahan/kesulitan yang
dialami).” (Muttafaq ‘alayh. Adapun lafazh hadits menurut
riwayat Imam Muslim)
Tidakkah
kita rindu bertemu pemimpin, junjungan dan manusia termulia yang sangat kita
cintai, Rasulullah Muhammad saw?
Tidakkah
kita ingin satu tempat bersama Nabi saw di surga nanti?
Tidakkah pula
kita ingin berada di dalam surga bersama-sama para Rasul Allah?
Masuk
surga saja sudah rahmat yang sangat agung, apalagi bisa mendapat tempat di
surga bersama-sama dengan para Rasul yang mulia. Semoga Allah SWT senantiasa
menolong kita agar bisa tetap berusaha bisa fasih membaca Al-Qur’an dan kelak
mengumpulkan kita bersama para Rasul di surga-Nya, amin.
Daftar Pustaka
Achmad Faisol, “Muhâsabah
(Introspeksi Diri)—Apakah Implementasi Keberagamaan
(Islam) Kita Ada yang Kurang?!”, Ebook, April 2011/ Jumadal
Ula 1432 H
Irena Handono, Hj, et
al, “Islam Dihujat—Menjawab
Buku The Islamic Invation (Robert Morey)”
M. Abdul Manaf Hamid, “Pengantar Ilmu Shorof Ishthilahi—Lughowi”, P.P Fathul Mubtadin—Prambon,
Nganjuk, Jawa Timur, Edisi Revisi
Muhammad Basori Alwi Murtadho, KH,
“Pokok-Pokok Ilmu Tajwid”, Pesantren Ilmu Al-Qur’an (PIQ) Malang, Cetakan XVII
: September 1993
Software:
Maktabah Syamilah al-Ishdâr
ats-Tsâlits
Tulisan ini lanjutan dari: Agar (Tetap)
Fasih Membaca Al-Qur’an (2 of 3)
#Semoga Allah menyatukan
dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#
Terimah kasih telah berbagi ilmu,
ReplyDeleteSemoga bermanfaat...
oia salam kenal
dari
Pedagang Al Quran Readpen PQ15