Banyak murid atau santri mengalami kesulitan bagaimana berpidato dengan baik. Secara teori, sudah penulis ulas di artikel "Bagaimana Menjadi Khatib Efektif?"
Namun, semua teori tersebut butuh pembimbing. Sama seperti belajar silat atau tilawah Al-Qur'an, harus ada yang mengoreksi tampilan berpidato. Sesudah itu diulangi serta dikoreksi, lalu diulangi dan dikoreksi lagi, begitu seterusnya. Namun, sering kali pembimbing tak punya waktu untuk semua murid atau santri, sehingga perbaikan teknik pidato berpulang kepada diri sendiri.
Lantas, apakah ada cara praktis yang bisa diterapkan? Tentu saja ada. Apa itu? ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) atau dalam bahasa Jawa dikenal dengan metode 3N (Niteni, Nirokke, Nambahi).
Bagaimana implementasinya?
1. Amati teknik seorang dai yang menurut kita menarik dalam berpidato/ceramah. Misal kita suka dengan gaya ceramah KH. Zainuddin MZ.
2. Tiru cara beliau pidato, persis. Ibarat belajar silat, tiru saja cara pelatih melakukan tendangan maupun pukulan. Semakin mirip semakin bagus. Demikian pula kalau kita belajar tilawah, tirulah sang qari'/qari'ah semirip mungkin.
Apakah materi juga sama? Ya. Di tahap ini tugas kita adalah menjiplak, baik isi maupun teknik ceramah.
Bagaimana cara mengetahui sudah sesuai? Rekamlah, lalu dengarkan. Rekam lagi, dengarkan, begitu seterusnya. Sebaiknya kita juga minta pendapat orang lain, misalnya teman, saudara, bahkan orang tua.
Tatkala berlatih pidato, janganlah malu-malu. Saat nada tinggi, suara harus meninggi. Demikian juga jika ada guyonan dalam pidato, harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Memang, suara kita akan terdengar orang lain. Tak usah malu. Semua hal butuh praktik, tidak bisa hanya di angan-angan.
3. Setelah berhasil meniru seorang dai, pelajari metode dai lain. Teknik pidato dai pertama yang kurang sesuai dengan kondisi kita, diperbaiki dengan teknik dai lain. Bisa juga kita gabungkan dua model pidato.
Setelah menguasai dengan baik, selanjutnya gabungkan dengan gaya ceramah dai lain, begitu seterusnya. Alhasil, cara pidato kita adalah gabungan metode terbaik dari banyak ustadz/kyai.
Dengan konsep ini, lambat laun kita akan menemukan ciri khas pidato/ceramah yang berbeda dengan dai lain.
Tak kalah penting, sering-seringlah tampil di depan massa, misalnya ikut lomba, saat ada latihan di sekolah atau pesantren, dan kegiatan lain yang menunjang kemampuan berbicara di hadapan umum. Jam terbang diperlukan untuk meningkatkan dan memperindah teknik pidato/ceramah.